All We Need Is Love [Chapter 4]

Hai hai hai…. It’s been a long time! Maaf baru update, karena baru sempat. Dan ini saya kebut semalam gara-gara efek ngga isa tidur. Kerena saya harus nyelesaiin pra tugas akhir saya jadi mungkin chapter selanjutnya juga bakalan sedikit lama, tapi tetep bakal update kok. Jadi mohon kesabaran para readers ya. Hehehe. Okay this chap for you all. Comment dan saran sangat diharapkan biar makin semangat lanjutnya. Hohoho. Thanks for all my reader ^^

Dan kalau pengen baca versi affnya silahkan the real Author (Taenggo99) : https://www.asianfanfics.com/story/view/847524/all-we-need-is-love-bomi-taeny-taeyeon-chomi

***

Character :

Kim Taeyeon

Yoon Bomi

Tiffany Hwang

Park Chorong

Lee Sunkyu

Jung Eunji

 

Wanna Be – Apink

Good Morning Baby – Apink

Lovely Day – Apink

Let It Rain – SNSD

Indistructible – SNSD

Girls – SNSD

Not Alone – SNSD

Crying Out – CNBLUE

Sad Movie – BEAST

Problem – Ariana Grande

Blackstreet – No Diggity

***

Bomi sudah dalam perjalanan pulang menuju apartmentnya. Setelah lelah bekerja seharian karena merasa bosan dan hari ibi juga tidak ada kelas. Sesaat belum sempat membuka pintu, dia mendengar ibunya berteriak-teriak tak karuan, membuatnya mengurungkan niat untuk masuk kedalam rumah karena dia tau apa yang sekarang ibunya lakukan, mabuk.

Dia masih berdiri didepan pintu apartmentnya, berpikir sejenak apa yang akan dia lakukan. Dia mengeluarkan handphonya, mendial nomor sahabatnya. “hey supp bom~ahh!” dia mendengar logat busan yang kental dari sahabatnya.

“eunji~ahh. Bisakah kau menggunakan logat yang benar? Kau selalu memarahiku jika aku menggunakan logatku. Gosh! Apa yang kau lakukan hari ini?”

Keluarga eunji sesang mengadakan gathering dirumahnya. Dia meminta maaf kepada bomi karena tak bisa menemaninya bermain. Bomi sendiri juga tak ingin sahabatnya merasa bersalah, dia mencari alasan “no problem eunji~ah. Masih ada taeyeon unnie. Aku akan bermain dengannya” bomi bahkan tau jika taeyeon malam ini akan perform di bar.

Bomi tidak sadar jika dirinya sudah berjalan sampai di han river, sebelun menyadari aroma parfum yang tak asing baginya berjoging melewatinya, dan membuatnya terfokus pada gadis yang barusan melewatinya, dan membuatnya mengulas senyum lebar. “eunji~ah. Aku harus pergi. Jangan khawatirkan aku. Bye jung!” dan memutus sambungan sebelum eunji menjawab.

“chorong unnie!” bomi berteriak kearah gadis yang berjoging didepannya. Gadis itu mengurangi kecepatannya dan berbalik badan. Saat mengetahui siapa yang memanggilanya dan ternyata itu adalah bomi, dia kembali berbalik arah dan meneruskan jogingnya, bahkan lebih cepat dari sebelumnya.

“unnieeee! Aihhh. Kenapa kau larii?!!” bomi ikut berlali mengejar sambil berteriak-teriak dan membuat chorong menengok kebelakang dia pun semakin menambah kecepatanya.

Bomi tergeletak ditengah jalan setapak taman tak jauh dari posisi chorong dengan terengah-engah sambil melambaikan tanganya, mengisyaratkan chorong untuk berhenti berlari.

Chorong berhenti berlari menatap heran kearah bomi, diapun juga merasa lelah dna nafasnya tersengal-sengal. “yaa! Kenapa… kau… selalu… mengikutiku? Dasar stalker” ucap chorong yang masih mengatur nafasnya.

“aniiyaa! Hanya kebetulan. Dan seharusnya kau tak perlu berlari meninggalkanku unnie.” bomi melawan.

Chorong menjulurkan lidahnya dan kembali berjalan. Bomi terbangung dan berjalan bersampingan dengan chorong. Bomi tertawa dengan sendirinya sambil mengeluarkan handphonenya, dan memberikan kepada chorong. “ini sudah kali ketiganya kita beetemu unnie. Dan ingat tentang perjanjian kita, Phone number?”

Chorong hanya menatap tajam ke arah bomi sambil menyilangkan tangannya. “aku tidak bilang setuju dengan perjanjian itu.” ucapnya dingin.

“ahhh unniiiee~” bomi merengek dengan puppy facenya.

“aihhh whyyy?! Apa ini penting untukmu? Dan alasan macam apa itu. Pertemuan ketiga kalinya dan memberikan phone number. Cih!” chorong masih dalam state dinginnya. Tidak setuju dengan tingkah bomi.

“that’s because a fate i think. Dan ini sangat penting bagiku, karena…” bomi berhenti sejenak karena tidak menemukan alasan yang tepat. Ia tak menyangka otak dan hatinya merasakan hal yang seperti ini. ” emhhh… Karena mungkin kita akan bisa menjadi teman baik. Right?” lanjut bomi sambil memberikan winknya kearah chorong.

“aku tidak bilang ingin berteman denganmu dan aku bukan temanmu. I’m your unnie!”

“SEE!! Kau unnieku! Kau mengatakannya sendiri! Dan ini wajar jika aku meminta phone numbermu my unnie” ucap bomi sedikit berteriak.

Chorong menutup telinganya mendengar suara berisik dari gadis disebelahnya. “YAA!! Aku disebelahmu dan aku tidak tuli! Kau tak perlu berteriak seperti itu!” chorong dengan cepat mengambil handphone milik bomi dan menekan deretan nomor. It’s her number.

“unnie. Aku tau kau juga menginginkan nomorku kan?! Hehehe” bomi senang hati menangkap handphonya yang dilempar pelan oleh chorong kearahnya.

“whatever” chorong bergumam dan setelahnya ia melanjutkan jogingnya.

Bomi menghela nafasnya melihatnya kembali tertinggal “ahh unnie! Aku tidak memakai sepatu runninku dan tas dipungguku begitu berat.” rengek bomi aambil berusaha mengejae chorong.

“aiisshh! Aku tak menyuruhmu mengikutiku!” chorong kembali berhenti dan menghentak-hentakkan kakinya ditanah beberapa kali.

“ahhh unniee~ cutee really!”goda bomi. Ia ingin mencubit pipi chorong tapi dengan cepat chorong menangkisnya.

“alllright allright unnie. Teruskan jogingmu unnie. Dan tunggu telfon dariku” bomi melambaikan tangan sambil tersenyum memamerkan eyesmilenya membuat chorong tertegun melihatnya dan menggelengkan kepalanya mengembalikan pikirannya yang mengira itu senyumannya sangat cantik.

“lekas pulang. Tak usah mampir-mampir. Ini sudah terlalu malam.” chorong bergumam sebelum melanjutkan joggingya.

Memndengar itu membuat senyum bomi merekah makin lebar. “omo! Dia perhatian padaku?” pikir bomo dalam hati dan semakin membuatnya terlihat seperti orang idiot. “unniee! Wait for my call!” dia berteriak pada gadis yang berjoging sudah cukup jauh meninggalkannya.

***

Taeyeon mendapat 4 free tiket amusement park dari pihak kampus sebagai hadiah karena sudah membawa pulang kembali gelar juara yang sudah lama tidak diraih oleh music faculty di kampusnya.

Dia langsung memberitahukan kabar baik itu kepada bomi dan menyuruhnya untuk membawa eunji. Dia tau mereka berdua begitu menyukai berbagai wahana di amusement park. 3 orang sudah dan tersisa 1 tiket, karena sunny sedang sangat sibuk mengurus bisnis barunya dan sooyoung yang harus bersiap-siap untuk kembali bekerja. Hanya ada satu solusi yang tersisa. Tiffany.

“fany~ahh. Wanna come?” ucapnya lewat telphone.
“aku tak tau mengapa mereka memberiku sebanyaj ini. Hahaha.” lanjutnya.
Dan pastinya tiffany tidak menolak. “arrasso. I will come.”

The Day

Tiffany memacu mobilnya menuju apartment taeyeon untuk menjemput mereka bertiga, bomi dan eunji sudah sejak kemarin berada di apartment taeyeon karena terlalu tidak sabae untuk menunggu hari ini.

“hmmm. Taeyeon~ahh. Jangan bilang kau mengajakku karena kau membutuhkan supir?” gurau tiffany saat mereka bertiga masuj dalam mobil.

“aniiyaa. Aku mengajakmu karena aku tau kau butuh refreshing. Dan karena fans milikmu juga menginginkanmu ikut.” celetuj taeyeon sambil melirik kearah kedua dongsaengnya.

“just kidding taeyeon~ah. Oh btw. Hi bomi friend. Tiffany imnida.” tiffany menengok kebelakang menyapa eunji.

“ne annyeong tiffany unnie. I’m eunji.” balas eunji sedikit berteriak riang.

“dua monyet ini sangat berisik. Aku mengingatkanmu lebih dahulu fany~ah.” ucap taeyeon dan disambut oleh keributan dari kursi belakang.

“hahaha. Its ok taeyeon~ah. Karena aku juga salah satu dari mereka. Waaaaaa~” tiffany ikut bergabung bersama bomi dan eunji membuat taeyeon bergidik menggelengkan kepalanya.

Saat mereka sampai, bomi dan eunji sudah berlari sambil melihat peta taman bermain itu.
“kids! Hari ini kau harus menjadi guide tour. Apapun yang ingin kalian naiki, it’s okay for me. Ahh. Jika ingin membeli sesuatu, feel free. I got my pay” ucap taeyeon dengan nada sombong disambut pukulan ringan dipundaknya dari tiffany.

“ASSSAAA!!! Unnie! Cotton candy! There!” teriak bomi riang sambil menyeret eunji dan taeyeon. Tiffany yang melihat itu tertawa geli.

“this is bomi, and eunji.” taeyeon memberikan satu persatu cotton candy pada kedua adiknya. Melihat tiffany yang memandangi warna pink dari cotton candy itu membuat taeyeon mengulas senyum “you want that?” tanya taeyeon.

Tiffany mengangguk pelan “tapi aku tak yakin bisa menghabiskannya sendirian.”
“tae unnie! Kau juga seperti itu. So. Go Share then!” celetuk bomi. Eunji yang disebelahnya mengangguk menyetujui saran bomi.

Kedua unnie itu hanya tersipu mendengar celetukan bomi.

Merek menghabiskan waktu sembari menaiki beberapa permainan. Untuj yang terakhir kalinya mereka menyisakan roller coaster sebagai penutup.

“unnie! Kau terlihat seperti hantu-hantu diTV. Hahahaha” celetuk bomi melihat rambut taeyeon berantakan setelah menaiki roller coaster.

“yaaa! Jika kau tak mengkucir rambutmu, kau lebih terlihat seram bom~ahh! You just lucky!” balas taeyeon tak mau kalah sambil merangkul adiknya dan mengacak-acak rambutnya.

Mereka melanjutkan langkah mereka menuju bazzar sambil mencari makan untuk makan malam.

“unnie! Couple Hairband itu sangat lucuuuu!” bomi dan eunji berteriak sambil menyeret taeyeon menuju sebuah toko.

“unnieee~” bomi dan eunji memamerkan aegyo mereka.

“arraaa! Pilih yang kalian suka. On me! I cant resist your cutness” ucap taeyeon sambil bergidik melihat tingkah kedua dongsaengnya.

Mata taeyeon tertuju pada tiffany yang sedang menatap hairbands warna pink dihadapannya.
“kau suka?” dari sisi kanan taeyeon terus memperhatikan tiffany.

Tiffany yang tak sadar karena sedari tadi terus memperhatikan hairbands itu tersenyum malu sambil mengangguk pelan, tak bisa menahan karena sangat menginginkan benda itu. Pink!
Tanpa berpikir panjang taeyeon mengambil hairbands yang sejak tadi dipandangi oleh tiffany berjalan menuju kasir. Melihat itu senyum tiffany semakin melebar.

“thankyou unnieee!!” celetuk bomi dan eunji disambut senyuman dari taeyeon.

“here you go.” taeyeon berjalan menuju tiffany dan memakaikan  hairbans dikepala tiffany. Perlakuan taeyeon itu membuat tiffany semakin tersipu. Degup jantungnya yang semakin kencang.

“tha-thanyou.” ucapnya tergagap.

“unnie! Kau juga harus memakainya! Tiffany unnie tak mungkin memakai keduanya!” bomi yang sedari tadi memperhatikan kedua unnienya yang terlihat awkward.

“fany unnie!” bomi memberikan kode pada tiffany.

Tiffany yang mengerti maksud bomi hanya terdiam karena degup jantungnya yang semakin kencang membuatnya terdiam. Selanjutnya apa yang dilakukan taeyeon padanya dilakukan juga olehnya. Memakaikan couple hairband itu dikepala taeyeon. “cute~” bisik tiffany sambil terus mengulas senyumnya.

“unnie! Itu! Lets go!” bomi yang melihat sesuatu dari kejauhan kembali menyeret kedua unnienya.

“Haunted House!” teriak bomi.

“bom~ah! Lets take break! Unnie sangat lapar.” rengek taeyeon.

“unnie! Ini yang terakhir. Unniee~ahh!” kembali bomi merengek dan kembali taeyeon tak bisa mengelak dari aegyeo dan puppy eyes milik bomi.

“hahhh. Okee bom~ah.” jawab taryeon lemas.

“fany~ahh. You come?” taeyeon menengok kearah tiffany yang sedikit ragu. “oke. Kau tak perlu memaksakan diri. Bom-”

“aku ikut tae. Hehehe” tak ingin membuat bomi kecewa dan tak ingin taeyeon merasa bersalah tiffany memutuskan untuk masuk kedalam permainan itu walau dia tau bahwa dia tak cukup nyali dengan permainan itu karena hal yang paling ditakuti tiffany adalah serangga dan hantu.

Mereka mulai memasuki rumah hantu itu. Efek suara mulai membuat tiffany merasa takut. “pegang tanganku. Aku tau kau takut fany~ahh.” ucap taeyeon dengan nada serius.
Mereka beruntung karena didalam sangat gelap so, pipi merah mereka tak terlihat satu sama lain tentunya.

Selama didalam tiffany terus bersembunyi dibalik punggung taeyeon dan tak sekalipun melepas genggamannya dari tangan taeyeon. Sebaliknya apa yang dirasakan taeyeon bukanlah suasana menyeramkan, bahkan dia tak ingin keluar dari sini. It’s because tiffany.
Setelah terlihat tulisan exit. Taeyeon merasa sedikit kecewa karena moment indah mereka harus berakhir.

“kalian berdua! Just date!” bomi berteriak kearah kedua unnienya sambil berlari menghidari hukuman dari taeyeon.

***

‘unnie. Ini aku. Bomi! Apa kuliahmu sudah selasai?’ bomi menunggu balasan sambil terus memandangi handphonenya saat tak ada balasan setelah beberapa menit. Dia memutuskan untuk mengirim pesan lainnya.

‘unnie. Hari ini jam 3 nanti akan ada singing competition dan hari ini adalah semifinal. Dan sahabatku lolos. Apa kau mau pergi bersamaku? Jeball unnie? Buing buing~’.

Dan lagi. ‘unnie. Come on~ kau tidak akan menyesal pergi kesana. Promise!’
Bomi menghela nafas mengistirahatkan kepalanya diatas meja. Merasa sangat bosan karena kelasnya selesai lebih awal, dan dia sudah berjanji dengan eunji akan datang dan memberi dukungan.

Beberapa menit kemudian dia merasakan handphonenya bergetar, dengan cepat dia mengambilnya dan membaca ‘bomi? Who?’

Bomi mengeluarkan poutnya dan membalasnya cepat.
‘unnie! Why?!’

‘why? Why?’ Bomi terdiam sesaat. Tak tau harus membalas apa dan disisi lain dia sangat ingin chorong menemaninya.

‘hahaha. Okay okay. Just kidding. Kau tidak perlu menyepam seperti ini. Aku baru saja menyelesaikan kelasku.’

‘asssssaaaa! Unnie. Tunggu disana. Aku akan menyusulmu. Dont move unnie!’ setelah membalas bomi bergegas membereskan barang-barangnya dan berlari keluar kelas.

“unnie! Hows your day?.” setelah bertemu dengan chorong bomi kembali nampak ceria, matanya tak lepas dari wajah chorong. Terus memandangi sambil terus tersenyum.

“membosankan kupikir. Dan berhentilah melihatku seperti itu” balas chorong.

“well. Sekarang ada aku yang akan membuatmu tak bosan hari ini unnie!”

Mereka berdua berjalan menuju theatre dimana kompetisi bernyanyi diadakan. Bomi mencoba mencari temannya, tangannya tak lepas menggenggam tangan gadis dibelakangnya.

“jung eunji!!!” bomi berteriak sambil melambaikann kedua tangannya berkali-kali.

“yaahh! Berhenti seperti itu! Kau sangat memalukan!” chorong berusaha menghentikan tingkah gadis yang lebih muda darinya.

Bomi sendiri tak berhenti dan semakin keras berteriak, membuat chorong menyerah. Walaupun begitu chorong merasa terhibur karena tingkah gadis didepannya. Gadis yang ceria, mood maker. Membuatnya tak berhenti tersenyum.

“unnie! This is eunji! Pemilik suara terindah nomor 2setelah unnieku” bomi memperkenalkan sahabatnya.

“senang bertemu denganmu unnie” ucap eunji sambil memamerkan eyesmilenya.
Chorong membalas senyuman dari eunji dan memberinya semangat.

“ahhh unnie! Kenapa kau bersikap baik pada eunji dan kau baru saja bertemu dengannya.” bomi memamerkan poutnya. Membuat chorong kemabali tersenyum dan ingin terus menggodanya.

“why? Tak ada salahnya aku bersikap baik pada eunji.” eunji hanya tertawa melihat tingkah mereka. Setelahnya dia harus bersiap dibelakang panggung.

“eunji~ah! Fighting!” teriak bomi.

“gomawo bom~ah!”

Setelah kepergian eunji, mereka berdua keluar dari backstage mencari tempat duduk.
“yaaaa! Bom~ah!” satu suara tak asing membuat mereka menengok kesumber suara, membuat bomi tersenyum “awww. My little unnie!” sapaan bomi membuatnya mendapatkan jitakan ringan dikepalanya.

“unnie! Appoo! Bukankah panggilanku membuatmu terlihat lebih muda?” celetuk bomi tak terima.

“yaa! Aku lebih tinggi darimu. Dan apa yang kau katakan memang bukan hanya terlihat. Memang aku masih sangat muda” balas taeyeon bangga.

“arra! Gezz! Ahhh unnie. This-”

“ahhh! Kau pasti park chorong. Hahaha. Bomi banyak bercerita tentangmu” belum selesai bomi berucap taeyeon memotong dengan percaya diri.

“ahhh ne miss. Park chorong imnida.” chorong memberikan bow pada taeyeon. “jangan seperti itu. Membuatku terlihat tua chorong~ahh. Just unnie.” melihat tingkah unnienya yang begitu ceria dihadapan chorong, bomi merasa sedikit tak aman.

“ahhh. Ne taeyeon unnie. Apa yang bomi katakan padamu unnie?” tanya chorong sedikit akward menggunakan bahasa yang akrab pada orang yang baru saja ia temui.

“soooooo mannnnnyy. The good chorong~ahh.” sekali lagi taeyeon mengulas senyumnya sambil memamerkan gigi rapinya. Melirik kearah dongsaengnya sambil memberikan wink.
“stop it! Its dirty unnie!” ejek bomi melihat aegyo unnienya.

“well. Whatever bom~ah, kita bicarakan dirumah. Gonna sit? Setelah satu penampilan ini dan giliran eunji.”

Mereka kembali bercakap-cakap tentang banyak hal dan menyaksikan penampilan eunji yang terlihat memukau dengan suara angelicnya. Dan saat pengumuman juara. Eunji berhasil mengambil hati para juri dan membuatnya memilili vote tertinggi. Eunji memberikan thanks to nya

“yes. Untuk teman-teman atas dukungnya. Khusus untuk my little reckless! Yoon bomi! Tak lupa juga untuk taeyeon unnie! Ahhh. Miss taeyeon! Dia banyak berperan untuk piala ini. Gomawooo unnie!” setrlahnya tepuk tangan meriah dialhadiahkan untuk eunji dan meminta encore.

***

“yaaa! Yoon bomi! Hahaha. Jadi kau memiliki rasa untuknya? Awww. Park chorong for my love right? Hahaha” taeyeon tak habis-habis menggoda dongsaengnya.

“aa-aisshh! Unnie! Kenapa jadi aku? Unnie! Jangan mengalihkan pembicaraan!” ucap bomi jengkel.

“tapi memang benar adanya. Tak ada apa-apa antara aku dan tiffany.”

“unnie! Aku bisa melihat tatapanmu pada tiffany unnie. Sangat berbeda! Aku tau itu!” bomi tak mau kalah.

“dan aku juga bisa melihat tatapanmu yang begitu hangat untuk chorong bom~ahh.” debat taeyeon yang juga tak mau mengalah.

“woaaahh! Unnie! Thats my line! Aisshh!” bomi yang merasa kalah membalikan badanya memunggungi taeyeon

“bom~ah! Com~on! Cerita pada unnie! Apa yang hatimu katakan?”

“ahhhhhrrggg mooooollllaaa!” bomi menggeleng-gelengkan kepalanya.

Taeyeon menatap sejenak gadis dihadapannya. Setelahnya memberikan jitakan ringan dipuncak kepala gadis itu.

“what now? Appooo unnie!” bomi mengusap puncak kepalanya.

“tell me. Apa yang kau pikirkan saat melihatnya?” taeyeon kembali melontarkan pertanyaannya kali ini dengan nada sedikit lembut.

Bomi berpikir sejenak. “emmm. Seperti orang yang penting untukku? Aku merasa tenang saat melihatnya. Feel diferent? Ahhh molllaa!” bomi menutup wajahnya yang sekarang memerah dengan bantal.

“aku sangat mengenalmu bom~ah! Kau memiliki rasa yang besar untuknya. Jangan terlalu lama untuk mengakuinya! Go on! My little baby!” taeyeon merengkuh bomi kedalam rangkulannya dan kembali memberikan jitakan-jitakan kecil pada dongsaengnya.

***

Bomi berdiri didepan tempat karaoke sambil menengok kiri dan kanan menunggu gadis yg dia tunggu. Malam sebelumnya bomi mengajak chorong untuk menghabiskan waktu bersama karena hari ini adalah hari libur. Sesuai yang chorong minta, mengapa dia berdiri ditempat itu.
Dari kejauhan dia melihat gadis yang dia tunggu berjalan maaih dalam state mengantuk.

“chorong unnie! Here!” bomi berteriak san melambaikan tangannya kearah chorong dengan riang.

“ini masih terlalu pagi bom~ahh. Kau merusak tidur cantikku” ucap chorong merajuk.

“good morning to you too unnie~” balas bomi sengaja tak menanggapi rajukan gadis yang masih memamangkan poutnya.

“letscicigoooo!” bomi menarik chorong memasuki tempat karaoke. Mereka berdua memesan room untuk 2 orang dan snack.

Baru saja masuk chorong sudah menempatkan diri dan mulai mencari judul lagu yang akan dia nyanyikan.

“huh! Bahkan kau sangat bersemangat unnie!” ucap boki melihat tingkah chorong.

“aku ingin cepat menyelesaikan ini dan kembali tidur!” celetuk chorong.

“whatever unnie. Lets have fun! Yeahh!”

Mereka mulai menyanyikan beberapa lagu, dan suasana mulai semakin gila setelah bomi’s rap. Chorong tak henti-hentinya tertawa karena itu. Dia tak tau dirinya dan bomi bisa semakin dekat seperti ini. Bisa mulai merasa nyaman saat bersama bomi. Ada perasaan spesial yang dia rasakan, sudah hampir 1 bulan mereka saling kenal. Perasaan yang sebenarnya dia sendiri belum mengerti.

Suara alarm dalam room menandakan waktu mereka tak banyak tersisa membuat mereka kembali memilih lagu untuk penutup.

“lets sing together unnie!” ucap bomi.

“aku tak tau lagu ini.” balas chorong.

“heol~ arra. I’ll sing for you unnie”

I wanna be love love for you. I wanna be love love for you.

Every night, I sit by my window (be my baby my love)
Every night, I close my eyes (be my baby my love)
Without anyone knowing or anybody knowing, you whispered into my ears yeah

oh my boo~ I keep on seeing you Baby yoo hoo hoo I’m always thinking about you Baby dumdumduroo ddooddoo dumdumduroo ddooddoo I want to call you my baby yeah

Will it be alright to leave it as a dream Everyday day I’m thinking
Sometimes I imagine me being next to you
It’s alright if it’s a dream, I just want to see you even like that (what to do with me) Today I’m thinking of you again, on this dark night

Sometimes I sleep fitfully (be my baby my love)
It’s tiring thinking of you (be my baby my love)
But I encouraged myself that even like this I’m happy, yeah

Oh my boo time keeps on going Baby yoo hoo hoo I wonder if he wouldn’t forget me Baby dumdumduroo ddooddoo dumdumduroo ddooddoo I want to call you my baby yeah

Will it be alright to leave it as a dream Everyday day I’m thinking
Sometimes I imagine me being next to you
It’s alright if it’s a dream, I just want to see you even like that (what to do with me) Today I’m thinking of you again, on this dark night

I wanna be love love for you. I wanna be love love for you.
If I’m beside him, If I’m beside him
I wanna be love love for you. I wanna be love love for you. Wanna Call You My Love Oh

Melihat bomi bernyanyi, pikiran chorong kembali melayang. Perasaan yang selana ini dia rasakan saat bersama bomi semakin kuat. Entah perasaan macam apa dia sendiri tak mengerti. Dia tau dia sudah pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya, tapi dalam hatinya dia masih belum mau untuk mengakui. Luka lama yang dia miliki masih terasa baru dan sia masih belum mau untuk terbuka walau gadis yang ada dihadapannya ini memiliki posisi yang spesial dihatinya.

Bomi sendiri merasa sedikit lega karena apa yang dia nyanyikan adalah perasaan sesungguhnya yang dia rasakan untuk chorong, tapi dia berpikir chorong mungkin tak mengetahuinya. ‘let it flow’

***

Ini sudah hari ketujuh setelah mereka menghabiskan waktu liburan mereka di tempat karaoke. Mereka masih tetap bertukar pesan lewat pesan. Hubungan mereka semakin dekat setelah bomi mengungkapkan perasaannya lewat lagu yang dia sendiri tak tau apa chorong menyadari itu.
Bomi dengan malas melanjutkan langkahnya keluar dari restaurant tempat dimana ia bekerja part time.

Setelah dia sampai didepan pintu apartment dia menyadari pintu apartmentnya tidak tertutup.
“hahhh! Umma mabuk lagi.” dia menghela nafas dan melanjutkan langkahnya. Saat memasuki ruang tamu dia terkejut karena isi apartmenya sangat berantakan. Suara gelas pecah membuatnya berjalan menuju pantry. Dua sosok laki-laki sedang menghamburkan isi pantry. “si-siapa kalian?” bomi mulai merasa takut melihat kedua laki-laki itu.

“woahhh! Ternyata wanita tua itu mempunyai gadis yang cantik!” salah satu dari mereka berjalan mendekat kearah bomi.

“a-apa yang kalian lakukan?!” bomi sedikit berteriak tergagap sambil menarik langkah mundur.

“diamana dia menyimpan uangnya?” pria itu berjalan semakin dekat kearah bomi. Bomi tak menjawab pertanyaan itu karena dia tak tau apa yang dimaksudkan.

“keluar dari sini! Atau aku akan menelfon polisi!” bomi mengancam sambil mencari ponselnya.

“kita lihat siapa yang lebih cepat.” belum sempat bomi bisa menemukan ponselnya kedua pria itu berlari kearah tubuh mungilnya.

Satu dari mereka mengambil kain dan membungkam mulut bomi dan yang lain mendorong tubuh bomi menuju tempat tidur. Kondisi seperti ini tak bisa membuat bomi melawan tubuh mungilnya tertindih.

Pria yang kini berada diatas tubuhnya dengan kasar merobek baju yang ia kenakan, menampakan bra miliknya sambil memamerkan smirk menjijikan dihadapan bomi. Bomi terus berusaha memberontak tapi apa daya, dia sudah sangat lelah.

Pria itu mulai menjelajahi tubuhnya. Kedua pria itu mulai melucuti kain yang menutupi tubuhnya. Bomi terus berteriak dan mencaci. Tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Desiran darah didalam tubuhnya memuncak sengatan-sengatan kecil yang dirasakannya membuatnya bungkam dan matirasa.

Dia mulai merasakan nyeri dan sakit dibagian kewanitaannya. Keringat dingin yang tak berhenti mengucur bercampur dengan air mata yang sedari tadi terus dia keluarkan. Dia kotor san ternoda secara paksa oleh dua anjing kelaparan yang kini memakan habis fisik dan psikisnya.

Dia terus memejamkan matanya, tak ingin menjadi saksi bahwa dirinya kini ternodai. Tamparan dipipinya, rambutnya yang terus dijambak dan belaian-belain kasar dan menjijikan ditubuhnya tak bisa dia hindari. Kejadian ini terjadi begitu cepat dan tak bisa dia elakkan. Dia hanya terkapar lemas diatas tempat tidurnya setelah kedua pria tadi meninggalkan banyak noda didirinya, tubuhnya yang membiru dan beberapa luka lecet dan bagian bawah tubuhnya yang terasa kaku membuatnya tak bisa bergerak. “un~tae~unnie”

***

All We Need Is Love [Chapter 3]

hai hai hai. kembali lagi nihh.. hohoho… terikamasih sekali lagi buat readers yang udah pada mampir khususnya yang udah pada comment, maaf kalau belum isa bales satu-satu. but i really appreciate it. dan maap jika agak aneh bahasanya, yaa karena belum sepenuhnya dapet feel buat nulis. tapi saya tetep usahain dan lanjutin. maap kalau banyak typo. maklum udah tuak. hahahaaha xD enjoy all! 🙂

Here the link for the FF from the real Author (Taenggo99) : https://www.asianfanfics.com/story/view/847524/all-we-need-is-love-bomi-taeny-taeyeon-chomi

***

Character :

Kim Taeyeon

Yoon Bomi

Tiffany Hwang

Park Chorong

Lee Sunkyu

Jung Eunji

My Darling – Apink BnN

Secret – Apink

Letter To You – Aurette and The Polska Seeking Carnival

This – Ed Sheran

When You Love Someone – Endah and Rhesa

I Love You Anyway – Mocca

I think I’m In Love – Mocca

Everyday Love – SNSD

Girls – SNSD

Stay Girls – SNSD

Not Alone – SNSD

OMG – TaeTiSeo

***

Tiffany menyelesaikan pidatonya dengan senyumannya, dan disambut meriah oleh tepuk tangan dari para siswa. Dia memperhatikan keramaian yang berkumpul di auditorium dan menemukan bomi yang duduk dibarisan paling depan yang sedang mengacungkan ibu jari untuknya.

Ini adalah salah satu acara tahunan yang diadakan oleh facultas psikologi, dan tiffany ditunjuk oleh pihak universitas untuk berpidato sebagai alumni.

Dia kembali duduk dikursinya dan acara itu berlanjut. Dia merasa sangat terhormat diberi kesempatan untuk bisa berbicara didepan mahasiswa dan dosen sebagai alumni dan juga merasa bangga pada mereka yang juga diberi kesempatan sama sepertinya.

Setelah acara selesai, tiffany ditahan oleh keramain yang ingin meminta berfoto bersama, dan dengan senang hati tiffany mengiyakan. Dia melihat bomi masih terduduk menyaksikannya. Ulasan senyum diwajah bomi trrlihat begitu merekah. Bangga.

Setelah sesi foto-foto selesai dan tiffany mengucapkan goodbye pada mereka, dia mendengar suara bomi “the famous tiffany sunbae!”

Tiffany berbalik badan “oh bomi hobae! Ohh! Aku harus pergi. Tak ada waktu untuk foto bersama, mungkin lain waktu.” candanya.

“heol. Siapa yang bilang ingin berfoto bersama?” ejek bomi.

Tiffany mengangkat alisnya “ohhh! Jadi karena sekarang ada taeyeon, kau berbicara seperti ini padaku? Kukira kau mengidolakanku bom~ah”

“kau tetap idolku unnie. Tapi karena kau menyuruhku memanggilmu unnie, jadi aku akan memperlakukanmu sebagai unnieku! Ahhh. Bicara soal tae unnie, do you wanna find her? Aku berencana menemui temanku di fakultas music.”

Tiffany dengan senang hati menerima tawaran bomi, merangkul bomi seperti adiknya berjalan dengan riang tak lepas senyum dari wajahnya menuju fakultas music yang berbeda beberapa blok saja.

Dijalan tiffany menanyakan tentang hubungan bomi dengan baekhyun karena penasaran. Bomi menghela nafas karena ternyata taeyeon menceritakannya pada tiffany. Walaupun dia merasa sebal, disisi lain dia juga merasa bangga karena sekarang kakaknya sudah mau terbuka. Membuat kekhawatarin bomi berkurang saat melihat bagaimana kakaknya yang dulu, yang selalu menyimpan semua tentangnya sendirian.

Dan itu juga dirasakan oleh tiffany, dia juga merasa senang dan bangga merasa ingin menjadi lebih dari teman dengan taeyeon. Lebih dari yang istimewa.

Saat mereka berjalan dalam koridor mereka mendengar suara yang tak asing walaupun dari kejauhan terdengar begitu lembut. Dan mereka berdua yakin suara itu adalah milik taeyeon.
Seketika bomi berbinar-binar “ahh! Taeyeon unnie pasti ada disini unnie”.

Setelah mereka mengintip pintu studio terlihat sosok perempuan berdiri disitu sedang bernyanyi sambil memegang teks lagu ditangannya.

Bomi meletakan telunjuk dibibirnya mengisyaratkan tiffany untuk diam sambil membuka perlahan pintu studio.

Pintu studio sedikit berisik saat terbuka, tetepi taeyeon tidak memperdulikannya karena konsentrasi bernyanyi.

Saat taeyeon menghentikan nyanyiannya dan kembali mempelajari teks lagu, bomi berteriak kencang sambil mengangkat kedua tangannya diatas “UNNIEEEEE!!!”

Taeyeon berteriak dan hampir terjatuh karena terkejut sebelum berbalik badan dan melihat adiknya tertawa lepas dan puas.

“YA! Yoon Bomi!!!” taeyeon memberikan death glarenya sebelum menangkap bomi dan mengurung bomi dengan jurus heaslock miliknya, membuat bomi berhenti tertaws karena kehabisan udara.

Taeyeon menengeok dan melihat tiffany tertawa dengan gaya khasnya. Tertawa tanpa suara sambil bertepuk tangan dengan eyesmilenya.

Dan jurus headlock sekaramg berubah menjadi pelukan. Taeyeon dengan sengaja menepuk-nepuk butt milik bomi.

Tiffany yang sudah puas tertawa maju mendekati mereka berdua “that was really beautifull tae. Aku bisa merasakan emosimu dalam lagu tadi. Gosh! Kenapa kau tak menjadi penyanyi?”

Bomi merengek dan melepaskan pelukan dari taeyeon karena kakaknya mulai mencubit-cubit buttnya. “aaihhhh! Stop it byuntae!”

Taeyeon terkikik dan menampar pelan bomi’s butt “thanks fany~ahh. Ini sudah menjadi seperti pekerjaan sampinganku.” taeyeon menjawab pertanyaan tiffany.

“yeahhh! Aku akui. She is the best singer in the world, but still a pervert too.” celetuk bomi sambil bersembunyi dibalik tiffany.

“yang aku maksud seperti penyanyi. Memproduksi album dan menggelar concert. Dunia sangat merindukan suara seperti yang kau miliki.

Pujian tiffany padanya membuat Taeyeon menyeringai ” kau menyanjungku terlalu berlebihan fany~ah. Anyway. Bom~ah. Tadi eunji bilang akan menemuimu.”

Dengan wajah kaget bomi tergesa berlari keluar ruangan meninggalkan keduanya yang melihatnya dengan bingung. Taeyeon tau bagaimana eunji jika sudah terlalu lama terabaikan. Bisa saja bomi dimakan habis olehnya? Hanya tersisa tulang belulang.

“fany~ahh. Apa kau bisa membantuku?” taeyeon bertanya sambil melihat teks lagu miliknya.
Tanpa berpikir panjang tiffany mengangguk.

“bisakah kau menyanyikan lagu ini bersamaku?”

“EH. WHAT?” tiffany membelalakan matanya terkejut. Taeyeon tertawa kecil sambil menjelaskan lagu itu akan dinyanyikan duet bersama sunny di club tapi dia tidak bisa berlatih dengan benar tanpa partner yang menyanyikan bagian milik sunny.

Setelah banyaj bujukan sari taeyeon, tiffany setuju. Pertama kali dia merasa sangat malu tapi setelah mengulang beberapa kali, dia bisa menemukan emotionnya dalam lagu itu.

I don’t know how long

It’s been since we’ve loved each other

I still don’t know your heart for sure

I’m laughing like it’s okay

But in reality, I’m not

Why is my heart like this, like this, I don’t know

You’re the hot sun and in front of you I’m ice

I melt from your gaze, my anger releases

You’re the brilliant moon, my steps toward you

I fell in love, Baby you’re my Darling

 

My eyes are wet from tears

I was originally arrogant until I met you Woo

Don’t make it hard for me, it hurts

I love you so much (I’m so sad)

You, please know my heart

 

Taeyeon terkagum mendengar suara husky milik tiffany. Riffany yang bernyanyi sambil memejamkan mata, memberikan emosi tersendiri saat bernyanyi. Sama sepertinya yang selalu memejamkan mata mencerna setiap lyric yang terucap.

Setelah mereka selesai berduet, tiffany menutup wajahnya “ahhh this is so embarrassing. Aku bernyanyi jika saat aku sedang sendirian.”

Tiffany merasakan tangannya ditarik dengan perlahan dan menatap wajah gadis dihadapannya. “that was awesome fany~ah! Kenapa kau menyembunyikan suara seindah itu?” tayeon tertawa kecil.
Taeyeon kembali merasa senang karena menemukan something new dari gadis bereyesmile didepannya. Gadis yang sudah membuatnya merasakan hal yang berbeda.

***

Kuliah telah usai, bomi berjalan lenggang tanpa arah didalam kampus, karena rasa penat dan lelah dengan mata kuliah yang diambilnya. Jam menunjukan pukul 4pm dan dia tidak berpikiran untuk pulang. Eunji sedang ada project dan dia harus pergi bersama teman kelompoknya, membuat mereka berdua tidak bisa menghabiskan waktu bersama.

Itu bukan berarti bomi tidak mempunyai teman lain, karena bisa disebut bomi cukup populer di kampusnya. Dia hanya sedang butuh waktu sendiri karena merasa lelah menjadi energy pill bagi teman-teman lainnya. Satu-satunya teman yang tau luar dan dalam dirinya tak lain dan tak bukan ialah eunji, dimana dia bisa terbuka pada eunji.

Bomi berpikiran ingin mengunjungi unnienya karena dia tau hari ini taeyeon tidak ada jadwal private lesson, dan pasti masih ada di kampus.

Dia menengok kekanan dan kekiri dan menyadari saat ini sedang berada di fakultas kesehatan, dimana dia belum pernah mengunjungi fakultas itu karena memang tak ada keperluan apa-apa. Dia melihat ayunan ditengah taman dan merutuki kenapa di sekitar fakuktasnya tidak ada yang seperti itu.

Dia meletakkan dirinya disisi kanan ayunan, mulai mengayun perlahan sambil menatap kosong taman yang mengelilinginya. Memikirkan tentang betapa frustasinya masalah dirumah.

Dia benci karena kenyataannya dia merasa sangat lelah melakukan apapun saat dirinya menghabiskan waktu luangnya untuk mencari kerja sebagai tumpuan keluarga, biaya kuliah dan untuk membayar berbagai hutang ibunya. Cafe dimana dia bekerja sekarang sudah banyak pegawai. Jadi dia hanya bekerja saat weekend saja.

Ucapan taeyeon kembali terngiang dipikirannya. Taeyeon mengatakan untuk tidak khawatir tentang masalah keuangan, karena dia akan membantunya. Tapi bomi merasa, dia tak ingin terus-terusan bergantung pada unnienya.

Dia menunduk melihat kedua kakinya yang terayun. Berpikiran ingin mencari pekerjaan lagi. Dan sekali lagi, jika dia membayar hutang-hutang ibunya, ibunya tetap tidak akan berhenti berjudi, dan lebih parahnya adalah karena ibunya alcoholism.

Dia merasa cukup kuat untuk bertahan tetapi tidak bisa melawan balik, karena itu adalah ibu kandungnya.

Dia menghela nafasnya lagi karena beban pikiran itu sambil memejamkan matanya. Beberapa saat dia mendengar hela’an nafas.

Sekali, duakali, tigakali… Bomi membuka matanya dan menengok sebelahnya. Seorang gadis dengan rambut hitam panjang, poni yang menutupi dahinya terlihat lebih muda darinya, duduk diayunan disampingnya.

Gadis itu juga sedang memandang kosong kedepan. Boki terus memperhatikannya. Dia terlihat seperti bidadari. Pikiran bomi terganggu saat terdengar kembali helaan nafas dari gadis itu.

“hey! Stop sighing! Feel depresing you know.” sifat bomi yang blak-blak kan tak bisa menghentikan omongannya.

Gadis itu menengok kearah bomi dan menatap bomi tajam, sebelun kembali pada pandangan kosong yang sebelumnya. “kau juga melakukannya!”

Bomi menggigit bibirnya menyeringai malu-malu saat dia tau apa yang dikatakan gadis itu benar. “itu berarti kita berdua sama-sama sedang depresi. Yoon bomi, you?”

Gadis itu terlihay ragu-ragu sesaat sebelum bergumam “Park chorong”

Bomi hanya mengangguk menanggapi “so, apa yang sedang kau pikirkan? Wanna share?”

“aku rasa tak ada perlunya aku berbagi cerita denganmu” jawab gadis itu dingin.

Bomi mengangkat alisnya menanggipi bagaimana dinginnya gadis itu, tapi dia biarkan. Tiba-tiba muncul pikiran gila dari otaknya.

Dia berdiri menggapai tangan chorong menariknya untuk berdiri dari ayunan “let’s have ice cream! My treat!”

“wha-yaahh!! Lepaskan aku!” chorong hendak berteriak dan meminta tolong sebelum bomi menatapnya dengan senyumnya yang lucu. “it’s my treat. Bagaimana bisa kau menolak sebuah ice cream pada cuaca yang terbilang gerah seperti ini.”

Chorong menyerah dan membiarkan bomi membawanya kemana dia akan pergi.

Chorong mengistirahatkan kepalanya ditelapak tangannya, sikunya berada diatas meja. Dia menatap sambil menghela nafas ketika melihat bomi kembali kemejanya sambil membawa 2 cups ice cream.
Bomi terkikik dan memberikan sendok padanya.

Mereka menyantap dalam diam sebelum bomi mencoba bersuara “kau tidak menyukainya?”
Chorong melihat kearah bomi. Merasa sedikit gusar karena melihat bomi yang mencoba membuatnya tenang. Bomi mencoba untuk membantunya, tapi dirinya tidak ingin peduli dan bersikap dingin.

“nah. Hanya saja aku merasa aneh karena bersama orang asing dan makan ice cream bersama” chorong kembalo menghela nafas dan memainkan ice creamnya.

“well. Aku tau kau park chorong and kau tau aku yoon bomi. Jadi kita saling kenal. Jangan khawatir. Unnie tidak akan membuatmu keracunan dengan ice cream ini.”

Chorong mengangkat alisnya “unnie?”

“yeahh. Kau bisa memanggilku unnie. Tak perlu terlalu formal.” bomi mengulas senyum dengan eyesmilenya.

“emhhh. Berapa umurmu?” chorong bertanya meremehkan

“21. Why?”

“i’m 23 kid! Damn you!”

Mendengar itu bomi meminta maaf dengan wajahnya yang memerah merasa malu. “woaahh. Slow down unnie. I’m sorry okay. Kau terlihat lebih muda dariku unnie.”

Mereka melanjutkan menghabiskan ice creamnya dalam diam. Dan bomi merasakan keringat didahinya karena sedikit takut pada senior dihadapannya kerena tingkahnya. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati karena sedikit tidak sopan.

Mereka masih terduduk disitu dalam diam setelah ice cream mereka lenyap. Mereka berdua tak saling pandang. Bomi masih terus merutuki dirinya dalam hati karena menyeret seorang senior.
“aku harus pergi. Thanks for the ice cream. Here.” chorong beranjak dari tempatnya sambil menaruh beberapa uang diatas meja sebelum pergi.

Bomi hanya terdiam. Merasa sedikit lega setidaknya karena kini dia bisa merutuki dirinya dengan sedikit leluasa.

“that’s unnie is cute” gumamnya.

***

Taeyeon mengusap dahinya mencoba mencari solusi. Dia berencan bernyanyi duet dengan sunny malam ini. Sudah menjadi kebiasaan mereka tampil berdua setiap bulannya karena sunny adalah pemilik bar ini.

Dan sunny sedang tidak sehat hari ini. Suaranya yang parau karena flu membuatnya tak bisa tampil malam ini.

Taeyeon tak bisa menyalahkan sunny karena sunny biasanya menjaga kesehatannya dengan baik. Itu mungkin memang kondisi sunny yang tidak sehat.

Taeyeon teringat saat latihan duet dan mengira tiffany akan sangat baik untuk menggantikan posisi sunny. Karena memang terbukti kemampuan tiffamy sedikit diatas sunny jika masalah vocal.
Taeyeon tidak mau mengecewakan para pelanggan yang kembali memenuhi bar.

Bar milik sunny ini sedikit berbeda dari bar yang lain. Kare a disini siapapun boleh unjuk gigi. Sudah banyak band-band dan penyanyi yang tampil dan itupun juga para pelanggan yang tampil. Saling menikmati karena mereka disini menghargai kemampuan masing-masing dari seseorang. Bukan hanya menanyi, tapi juka bermain alat musik, atau dance, dan sebagainya. Karena itulah taeyeon tak ingin mengecewakan mereka semua.

Tersisa 10 menit sebelum penampilan taeyeon. Dia kembali harus membujuk tiffany beberapa kali untuk tampi duet bersamanya. Taeyeon beberapa kali meyakinkan tiffany jika mereka semua akan menyukai suaranya. Karena memang tiffany mempunyai skill. Karena dorongan tayeon dan teman-temannya tiffany tak punya kekuatsn untuk menolak. Akhirnya dia mau untuk berduet. Dan lagu yang dipilih taeyeon memang pernah dinyanyikan bersama dengannya. Jadi tak perlu waktu lama untuk penyesuaian.

“thanks fany~ah!” taeyeon dengan refleksnya memeluk tiffany, lalu menggandeng tangannya berjalan menuju backstage.

“calm down and look at me. Dengar, suaramu indah. Kau bisa melakukan ini dan aku yakin mereka akan menyukaimu. Trust me!” perkataan taeyeon membuat tiffany merasa tenang walau sekarang rasa grogi memenuhi dirinya. Tapi dia percaya pada taeyeon dan dengan itu saatnya mereka berdua melangkah keluar menuju stage.

Tepuk tangan dan teriakan yang meriah menyambut mereka. “hey again! Good night everyone. Malam ini seharusnya aku dan sunny yang tampil tapi karena sang boss tidak dalam stage fit.” teriakan kecewa dari para penonton terdengar riuh “but! here! Aku membawa seorang bidadari dengan suara yang tak kalah indah she is Tiffany. Dan aku yakin kalian akan menyukainya” mendengar itu para penonton kembali berteriak dan bertepuk tangan. Antusias dari mereka kembali muncul.

Tayeon menepuk lengan tiffany lembut. Memberikan tatapan hangat padanya. Tiffany membalas tatapan itu dengan eyesmilenya. Membuat tayeon juga merasa tenang.
“okay here we go!”

Sepanjang penampilan mereka berdua terus bertukar pandang. Saling menatap satu sama lain menciptakan eyecontact yang indah. Membuat penampilan mereka berdua semakin mempesona dan seluruh bar kini berteriak dengan penuh antusias.

“cheerrsss!” sooyoung berseru sambil mengangangkat gelasnya diikuti oleh taeyeon, tiffany dan bora. Setelah perform taeyeon dan tiffany kembali bergabung bersama dengan bora dan sooyoung, dan kembali membicarakan tentang duet mereka.

Orang-orang yang berlalu lalang melewati meja mereka terus memberikan pujian untuk tiffany, dan membuat pipi tiffany bertahan seperti tomat. Dia sangat berterima kasih kepada mereka karena pujian-pujian dari mereka, sambil memamerkan eyesmilenya yang cantik. Melihat itu taeyeon ikut merasa bangga dan terlihat dia terus tersenyum memandang tiffany. “I told you. Mereka akan menyukai penampilanmu. Kau mendapat fans baru fany~ah!” ucap taeyeon sambil bercanda.

“kurasa sunny akan mengijinkanmu sebagai artis disini jika kau mau.” Celoteh sooyoung disambut pukulan ringan dari tiffany sambil tertawa.

“yeahh. Sebenarnya tiffany memang dulunya bagian dari anggota paduan suara, dan aku tak tau mengapa diawal dia terus menolak. Heihh! Tiff, you’re so mean!” sambung bora sambil menyipitkan matanya menatap tiffany.

Taeyeon sedikit terkejut mendengar cerita tiffany dari bora “kenapa kau tak bilang padaku?”
“well. Kau tak bertanya padaku.” jawab tiffany sanbil terkikik ” itu sudah sangat lama, sekitar 10 tahun yang lalu? Since highschool.” tambah tiffany.

Mereka berempat berbincang-bincang sedikit lebih lama sebelum taeyeon berencana akan pulang, dan sooyoung harus melanjutkan shiftnya.

Tiffany menawarkan tumpangan untuk taeyeon karena bora membawa mobilnya sendiri.

“aku tidak mabuk tae. Jangan khawatir.” canda tiffany disambuy anggukan polos dari taeyeon. “this girl really cute. Super cute!” Melihat ekspresi taeyeon membuat tiffany merutuk dalam hati.
Dalam perjalan taeyeob tak berhenti memberikan complimentnya untuk tiffany. Karena dimata taeyeon. Penampilan tiffany tadi sunggu mengagumkan, dan kembali membuat wajah tiffany memerah.

“emhhh. Taeyeon~ahh. Siapa yang memilih lagu itu?” tiffany menengok kearah taeyeon.

“of course it’s me!” jawab taeyeon sambil. Menyibakkan rambutnya kebelakang, berlagak sombong.

“ahhh. It’s you?” taeyeon mengangguk ” then who is this?” tiffany kembali bertanya dan kini membuat taeyeon membelalakan matanya.

“who? What?”

“jangan berlagak bodoh taeyeon~ah. I know it! Dari riliknya benar-benar menggambarkan saat kau sedang jatuh cinta.” ucap tiffany sambil memberikan smirk evil pada taeyeon.

“aniiyaa.” jawab taeyeon pendek. Tak ingin memperpanjang pembahasan. Sudah jelas bukan, jika lagu itu memang untuk tiffany. Akhirnya taeyeon tau dan merasakan rasanya jatuh cinta. Saat menanyikan lagu itu, taeyeon tak pernah melepas pansangannya pada tiffany. Dan yang ia sendiri rasakan saat itu seperti dirinya terjatuh diawan yang lembut nyaman dan hangat. Hanya dengan menatap matanya.

“I really like you taeyeon~ahh.” satu kalimat itu berhasil membuat taeyeon memerah.

“thanks fany~ahh. And i’m too. Really really like you.” dan mereka berdua kini sama-sama memerah.

“thanks tae. Aku mendapat pengalaman besar hari ini” ucap tifdany dari dalam mobil setelah mereka sampai di depan apartment taeyeon.

“aku yang seharusnya berterima kasih padamu karena mau mengisi tempat sunny untuk berduet denganku. You really have a great voice tippany.” balasan taeyeon sambil memberikan winknya.

“good night tae. Have a nice sleep and dream then”

“you too fany~ah. And have a safe drive”

“bye!”

Tiffany merasa sedikit lega karena sekarang ia bisa tersenyum lebar mendengar kata-kata dari taeyeon. Dan dia sedikit merasa gila karena mulutnya yang tak bisa diajak kompromi, mengatakan bahwa dia menyukai taeyeon. Tapi itu tak membuatnya menyesal karena apa yang ia katakan benar adanya dan langsung dari hatinya, keluar begitu saja. Walaupun dia masih merasa bingung dengan perasaanya sendiri terhadap taeyeon. Dia mengakui jika kehangangatan dan rasa nyaman selalu ada ketika ia sedang bersama dengan taeyeon. Mulai dari humor yang dilontarkan, compliment tentang dirinya, dan juga tatapan hangat dari taeyeon saat dia menatap matanya. “aihhh! Apa yang sebanrnya ada dipikiranmu miyoung~ah!” tiffany merutuki dirinya sendiri.

***

Bomi berpamitan pada bossnya sebulum berjalan keluar meninggalkan cafe dimana dia bekerja. Menghela nafas panjang, memikirkan segala sesuatu yang dia kerjakan hari ini. Merasa sedikit lelah. Dia berjalan melenggang menikmati angin yang menghembusnya. Melihayly sepinya han river dari jarak tak begitu jauh dari temparnya, membuatnya menunda rencana istirahatnya walaupun sekarang sudah menunjukan pukul 10pm. Dia selalu menikmati berjalan-jalam sendirian di han river. Tenangnya air di sungai itu membuat merasa sedikit nyaman.

Ketenangan membuat pikirannya yang penuh dengan beban sedikit terlupakan. Dia kembali berjalan, melihat beberapa pasangan yang sedang menikmati waktu mereka. Boki melewati satu diantars beberapa pasangan itu, mencari tempat untuk duduk yang terasa pas dan tidak ada banyak orang. Dari jaraknya dia dapat melihat seseorang gadis yang sedang terduduk sambil memeluk lulutunya, terdengar isakan dari gadis itu. Bomi merasa tertarik karena sedikit tak asing dengan postur dari gadis itu.

“chorong unnie?” bomi memastikan.

Gadis yang sedang tertunduk itu mengangkat kepalanya menatap bomi. Wajahnya penuh dengan air mata walau dia terus berusaha mengusap-usapnya.

Tanpa berpikir panjang bomi duduk desebelahnya dan memberikan pelukan untuk gadis yang kali ini harus mengalah untuk melepaskan kesedihannya.

“let it all out unnie. It’s okay.” ucap bomi lenbut masih memeluk gadis itu. Perlakuan bomi membuat chorong menangis lebih deras dan isakannya semakin terdengar kencang. Melihat itu bomi merasakan hatinya yang bergejolak. Bomi semakin mengeratkan pelukannya mengusap-usap punggungnya, memberikan kenyamanan yang besar untuknya. Dan berharap akan berhenti menangis karena bomi merasa tak ingin melihat tangisan dari gadis itu.

Perlakuan protective darinya membuat dia mengingat bagaimana dulu dia sering melakukan itu untuk taeyeon, dan yang ingin dia lakukan adalah membantu menghilangkan kesedihan yang sedang “dirasakan unnienya.

“Bom~ahh. Entah apa yang akan terjadi jika setelah ini kau yang akan pergi jauh meninggalkanku. Setelah kepergian ayahku sekarang, aku merasa sangat takut jika setelahnya aku akan kehilanganmu dengan cepat.” Taeyeon terus menangis dipelukan bomi. Saat ini dia sangat membutuhkan kekuatan disaat dia hanya bisa tersungkur lemas didepan nisan sang ayah yang pergi menyusul ibunya.

“unnie. Aku bahkan tak ada keinginan untuk meninggalkanmu, yang aku inginkan hanya bersamamu, membuatmu merasa nyaman dan terus menyayangimu. Tae unnie, kau sangat berharga bagiku, aku akan terus ada untukmu, aku akan terus menjadi kesayanganmu.” Bomi mengusap lembut punggung taeyeon, memberikan rasa nyaman pada gadis yang sekarang tak berhenti menangis.

“unnie, ini kali pertama aku melihatmu menangis, dan aku begitu mengerti kesedihanmu. Dan melihatmu seperti ini, membuatku semakin ingin untuk bisa terus melindungimu. Aku tau aku lebih muda dariku dan aku tau kau tak akan setuju dengan ini. Tapi inilah keinginanku unnie. Kita akan terus bersama.” Ucap bomi, dia semakin mengeratkan pelukankannya untuk taeyeon.

Setelah beberapa saat, tangisan chorong mulai reda, dia melepas pelukan dan menatap bomi. Terlihat baju bomi yang sudah basah karena ulahnya.

“mianhe. aku membuat bajumu basah.” Chorong bergumam sambil menunjuk baju bomi.

Bomi melihat kebawah kearah bajunga sebelum dia kembali menatap chorong. “ini hanya baju unnie. Tak masalah. Apa kau sudah merasa baikan?”

Chorong hanya mengangguk dan kembali memeluk lututnya.

“kau bisa berteriak unnie, mengeluarkan amarahmu.” ucap bomi sambil menatap wajah chorong.

Kediaman tercipta beberapa saat, mereka berdua hanya menatap kosong kearah depan, kearah sungai.

“My ex. Dia kembali bermain hati. Aku melihatnya berjalan berdua dengan gadis lain lagi di mall hari ini. Aku pikir aku sudah bisa benar-benar melupakan setelah kami mengakhiri hubungan. Tapi ternyata kembali melihatnya bersama gadis lain, tetap saja aku merasa sakit.” Kembali ia bergumam. Menceritakan apa yang membuatnya menangis.

Bomi menatap gadis itu sambil mengerutkan keningnya. “dia tidak pantas mendapatkanmu unnie.”

Dan saat tidak ada jawaban dari gadis itu, bomi melanjutkan “dan kau terlalu baik untuknya. Setidaknya kau sudah tau seperti apa dia. Dia bukan untukmu unnie”

Chorong hanya menatap kedepan, tidak ada niatan untuk membalas apa yang dikatan bomi.

“ahhh unnie! Aku ingin menceritakanmu tentang apa yang terjadi padaku hari ini. Aku merasa ini sedikit lucu. Emmhh. Orang yang aku sukai, hari ini dia mengajakku hangout. Dan ternyata dia mengajakku hangout untuk bercerita bagaimana dia sedang menyukai orang lain, dan lucunya orang yang dia sukai itu adalah orang yang sangat dekat denganku, lucu bukan? Dan dia bilang itu adalah love at first sight, mendengar itu aku ingin menertawakannya, tapi dia juga temanku. Dan herannya, saat mendengar ceritanya, aku tak merasakan apa-apa. Mungkin memang aku merasa sedikit kecewa tapi entah kenapa aku tidak merasa sedih. Jadi mungkin, aku tak mempunya rasa apa-apa padanyakan?”

Dia terkiki dan kembali melirik gadis disebelahnya sambil menghela nafas. Dia tau bahwa dia tak akan mendapatkan jawaban atau respon dari gadis yang sekarang masih menatap kosong kearah sungai. Tapi dia merasa tak ingin meninggalkan gadis itu sendirian.

“mungkin memang dia bukan untukmu.” Chorong buka bicara.

Mereka berdua saling menatap. Bomi sedikit bergidik mendengar jawaban dari chorong. Chorong tersenyum melihat tampang bomi.

“thanks bomi~ah. Ini sudah larut, kau harus pulang.” Ucap chorong lembut sebelum berdiri. Sebelum chorong bisa melangkah, bomi menahan tangannya.

“unnie, ini kedua kalinya kita bertemu. Jika kita bertemu kembali untuk yang ketiga kalinya, kau harus memberiku nomor kontakmu, okay!? Bye unnie, and cheer up!” bomi tertawa sebelum berjalan pergi kearah yang berlawan dari chorong. Chorong sendiri hanya menggelengkan kepalanya tak percaya.

***

Bomi menjatuhkan tubuhnya dikasur milik taeyeon, bersamaan dengan sunny, mereka berdua sedang berkompetisi dalam game di handphone mereka.

Taeyeon berjalan masuk ke kamarnya sambil membawa snack. “yaa! kita bisa bermain diluar! Kenapa harus dikasurku?!”

Dia menghela nafas sesaat karena tak ada jawaban dari mereka berdua yang sangat serius dengan gamenya. Taeyeon menaruh snacknya diatas meja dan melompat dipunggung sunny dan bomi.

“ahhh! Yaa! get off me!!” pekik sunny.

“unniee! Aiihh! Don’t! aku bisa kalahh!” disisi lain bomi merengek. Mereka berdua masih terfokus pada layar mereka masing-masing.

Taeyeon memejamkan matanya tak menggubris celotehan mereka berdua yang kini berada dibawah punggungnya sambil menggeliat-geliat.

Mereka mendengar suara bell pintu, dan membuat taeyeon terbangun.

“AHHH UNNIEE! Aku kalahh! Ini semua karena tingkahmu!!” bomi kembali merengek dan menutup wajahnya dibalik bantal sedangkan sunny berteriak merayakan kemenangannya.

Taeyeon mengangkat kedua alisnya sambil mengusap-usap keningnya melihat tingkah mereka berdua sebelum berjalan keluar kamar untuk membuka pintu. Dia merasa sedang merawat dua ekor monyet dikamarnya.

“oh baekhyun~ah? Apa kau mencari bomi?” taeyeon sedikit terkejut melihat siapa yang berada didepan pintu.

Baekhyun menggaruk kepala bagian belakangnya “anni. Sebenarnya aku kemari untuk bertemu denganmu Ms.Kim.”

“me? Why?” taeyeon mengangkat dua alisnya bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.

“yeahh, errmmm…” baekhyun berhenti sejenak sambil berdehem membasahi tenggorokannya. “Ms.Kim aku menyukaimu. Sejak saat pertama kali aku melihatmu. Aku tau, aku masih seorang pelajar, tapi aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku, a-aku benar-benar menyukaimu. Emm.. jika suatu saaat nanti aku lulus, dan kau masih sendiri, setidaknya beri aku kesempatan, emm nuuna?”

Taeyeon melihat baekhyun dihadapannya dengan terkejut sebelum baekhyun menarik tangannya dan meletakan bouquet bunga digenggaman tangan taeyeon. “kuharap kau tak berubah saat melihatku Ms.Kim karena apa yang aku lakukan hari ini. hanya saja aku harus melakukan ini karena otakku yang benar-benar gila karenamu. Aku akan menerima dan sudah siap jika kau menolakku.”

Taeyeon mengedipkan matanya beberapa kali dan menemukan dirinya terbungkam tak berkata apa-apa karena masih shock. Tawa dan teriakan yang keras dari dua monyet dari kamarnya membuatnya tersadar.

“mianhe baekhyun~ah. Aku sekarang sudah memeliki orang lain. Ani, aku juga sedang merasakan sama seperti yang kau rasakan. Emm, apa bomi tau tentang ini?”

“yeah. Sebenarnya aku sudah bercerita padanya. Bahkan dia memberikan semangat untuk ini karena inilah kata hatiku. Dan. Emmmh… kurasa orang itu sangat beruntung karena sudah mengambil hatimu, Ms.Kim. dan, aku rasa aku harus pergi. Dan , jangan memperlakukanku berbeda karena aku melakukan ini Ms.Kim” ucap baekhyun sedikit tergagap karena rasa nervous.

“don’t worry baekhyun~ahh. Kau laki-laki yang berani. Dan aku harap kau bisa menemukan gadis yang cocok untukmu saat waktunya nanti.” Taeyeon tau apa yang dia lakukan benar, karena dia tak mau membuat anak itu merasa sedih.

Setelah kepulangan baekhyun, taeyeon berlari menuju kamarnya untuk menemukan bomi, dan ternyata dia sedang terperangkap dibawah tubuh sunny yang sedang menggelitikinya.

“unnie! Selamatkan akuu! Please!” bomi tertawa sambil mengeluarkan air matanya berusaha pergi dari siksaaan sunny.

Taeyeon hanya berdiri didepan pintu. “bom~ah! Kenapa kau tak menceritakan padaku tentang baekhyun?”

Pertanyaan dari taeyeon membuat mereka berdua berhenti bermain dan menatap kearah taeyeon. “apa yang terjadi dengan baekhyun?” Tanya sunny.

Taeyeon menceritakan apa yang terjadi barusan, terus menatap bomi meminta jawaban. Taeyeon berpikiran bahwa bomi sangat menyukai baekhyun. Tapi setelah mendengar penjelasan dari bomi, taeyeon merasa lega karena dia tak mau menjadi penghancur kebahagiaan adiknya.

“so unnie, jangan khawatir, itu hanya perasaan singkat saja, tak lebih”

Taeyeon menganggukan kepalanya dan tersenyum, sebelum itu berubah menjadi evil smirk sambil menatap sunny memberikan kode dengan winknya.

Bomi menyadari itu, tapi sebelum dia bisa menghindar dan lari, taeyeon dan sunny sudah menangkapnya cepat dan kembali menerima gelitikan dari kedua unnienya.

***

All We Need Is Love [Chapter 2]

Hellooo. here the update. thanks buat kunjungannya, udah mampir juga. spesial thanks buat yang udah comment, it’s mean alot for me, and comment again for my goods 🙂 dan maaf kalau typo – typo ^^ nggak panjang-panjang, check it out.

Here the link for the FF from the real Author (Taenggo99) : https://www.asianfanfics.com/story/view/847524/all-we-need-is-love-bomi-taeny-taeyeon-chomi

***

Character :

Kim Taeyeon

Yoon Bomi

Tiffany Hwang

Park Chorong

Lee Sunkyu

Jung Eunji

 

Cater To You – Destiny Child

Take A Bow – Rihanna

Someone Like You – Adele

Mayday Mayday – BoA

Thank You – CNBlue

Wanna Be – Apink

U You – Apink

Day By Day – SNSD

Dear Mom – SNSD

***

Suara yg tak asing dari beberapa langganan menyapa taeyeon sesaat setelah taeyeon masuk kedalam bar. Dia tersenyum menyapa mereka sambil berjalan menuju kearah meja bartender menemui temannya.

“hei youngie~ahh.” dia menempatkan diri dikursi depan bar sambil menatap sooyoung yang sedang meracik mimuman para pelanggan.

“hey taenggoo! Ingin sesuatu?” ucapnya dengan riang melihat temannya.

“nah. Emmhh. Dimana sunkyu?” taeyeon mulai mencari sosok teman baiknya.

“hahh! Yaa! Apa hanya sunny yg selalu kau cari? I’m here you midget!” celetuk sooyoung dengan kesal sambil memamerkan aegyo murahan miliknya.

Taeyeon hanya menatap heran. “damn it! Stop that disgusting face!”

“two margaritas please” suara yang tak asing itu membuat taeyeon menengok keaeah sumber suara, menajamkan matanya pada gadis itu.

“ohh! Ms.hwang!?” dia bertanya terkejut saat menyadari gadis itu adalah tiffany. Tiffany dengan cepat menengok kearah taeyeon. Dia mengangkat alisnya sambil menunjuk gadis yang memanggilnya tadi. “ehh? Ohh! Taeyeon?!” tak berbeda dengan taeyeon. Wajahnya juga terkejut saat melihat taeyeon.

Taeyeon tertawa kecil dan menangguk sebagai jawaban, sedikit kecewa karena tiffany hampir melupakan namanya.

“wow hey. Kebetulan sekali. Taeyeon~ahh. Berhenti memanggilku ms hwang. Looks really old.” tiffany tertawa sembari memamerkan keindahan eyesmilenya. Taeyeon yang melihat itu kembali terpesona.

“who is this?” gadis disebelah tiffany bertanya pelan.

Tiffany mengenalkan sahabatnya, bora pada taeyeon, sebelu sooyoung memberikan minuman pada mereka. Mereka berbincang bincang sebelum taeyeon harus pergi untuk bersiap akan tampil.
Tiffany memandang taeyeon yang berjalan menjauh. Dia mengobservasi masa depan taeyeon saat mereka berbincang. Dia merutuki dirinya kenapa dia

Tidak menyadari kecantikan taeyeon saat sesion dengannya. Matanya yang lucu, hidung, telinga dan…bibirnya. Terlihat sangat cantik.

Disisi lain taeyeon merasa berbeda, kali ini dia merasa sedikit nervous sambil meregangkan otot-ototnya. “ini tak jauh berbeda dari penampilan-pemampilanku yang sebelumnya, tapi kenapa aku merasa sangat nervous. Damn it! Karena dia menonton? Arrgg!! What the hell going here?!” taeyeon merutuki dirinya dalam hati sambil menampar pipinya pelan. Mencoba mengembalikan kesadarannya.

Saat lampu sorot mulai menyala, dia berjalan menuju panggung kecil dengan senyum yang lepas dari wajahnya, disambut dengan tepuk tangan dari para pengunjung club.
“nice too see you again! Haii! Taeyeon menyapa mereka. Teriakan dan tepuk tangan terus mengiringinya.

“malam ini aku ingin menyanyikan sebuah lagu yang bercerita tentang seorang gadis yang menginginkan pasangannya menjadi kebahagiannya. Dan dia ingin memberikan hidupnya pada pasangannya. Jika kalian sudah memiliki cinta itu, pastikan kalian selalu menghargainya. Here for you all. Cater to you”

Let me cater to you

Cause baby this is your day

Do anything for my man

I got your slippers, your dinner, your dessert, and so much more

Anything you want just let me cater to you.

Inspire me from heart

Cant nothing tear us apart

You’re all i want in a man

I put my life in your hand

I got your slippers, your dinner, your dessert, and so much more

Anything you want just let me cater to you

Setelahnya penampilan itu, kembali tepuk tangan meriah dan teriakan dari pengunjung club terus terdengar dan setelahnya pengunjung mulai berteriak “encore encore encore”
Karena suasana hangat malam ini, sunny yang berdiri disamping stage memberikan kode pada taeyeon untuk menanggapi permintaan mereka.

“wooww! You all the best for me! Thanks for all the time. And here! Take a bow” tambah taeyeon sebelum kembali bernyanyi. Memberikan kode pada kru band dibelakangnya.

Oh. How about around of applause?

Standing ovation? Ooh. Oh yeaahh.

Yeah y-yeah yeahh.

You look so dumb right now

Standing outside my house

Trying to apologize

You’re so ugly when you cry

Please, just cut it out

Sekali lagi setelah penampilan selesai, tepuk tangan dan teriakan semakin meramaikan suasana club “thats for today. Thanks and have a great night everyone” ucap taeyeon dengan senyuman yang tak lepas darinya sebelum meninggalkan stage. Orang-orang mulai maju kedepan memberikan tips dikotak besar didepan panggung, merasa sangat terhibur dengab penampilan taeyeon malam ini.

“taeyeon~ahh. Siapa gadis itu?” sunny menyambut tayeon yang baru saja turun dari stage.

“huh? Gadis?” taeyeon bertanya balik mengangkat kedua alisnya.

“eeihhh! I know it! Tatapanmu tak pernah lepas darinya selama penampilan tadi”

“ahhh!!?? Kau menyadari itu? Damn it you midget! Stupid me!” taeyeon tak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah karena godaan sunny.

“who is she?” sunny kembali bertanya.

“tiffany” setelah dia berucap, satu tepukan lembut dipundaknya membuatnya berbalik. Tekejut melihat tiffany yang kini berada dibelakangnya. “taeyeon~ahh! Tadi itu sangat cantik. Aku tak tau kau punya suara seindah itu.” tiffany memuji. Membuat wajah taeyeon semakin memerah.

“ahhhh. T-thanks. Aku senang kau menikmatinya.” ucapnya. Dia menghela nafas lega karena lampu yang redup. Dia tak ingin tiffany melihat wajahnya yang terlihat seperti tomat sekarang.

Taeyeon memperkenalkan tiffany pada sunny sebelum sunny pergi untuk mencari sooyoung dan meninggalkan mereka berdua sambil memberikan wink pada taeyeon sebagai kode.
Saat mata mereka terkunci satu sama lain, mereka bertatapan sesaat bersamaan dengan
Yang sudah mulai awkward.

“umm. Kalau begitu aku pamit taeyeon~ahh. Bora menungguku diluar. Sampai bertemu lagi. And your performance really beautifull. I’m your fans now.” ucap tiffany kembali tersenyum dengan eyesmilenya yang indah. Membuat taeyeon berbunga-bunga.

“take care tiffany”

***

Bomi terus memperhatikan sekitar sambil sesekali melihat jam ditangannya. Mencoba untuk menemukan kakak tercintanya.

“bom~ahh!” suara itu membuat bomi menengok kebelakang melihat kakaknya yang kini sudah memeluknya. Memberikan senyuman pada kakaknya dan berjalan bersama menuju ke gedung fakultas music.

Dia mendengar dari eunji bahwa sekarang department music sedang mencari vocal trainer untuk mengganti guru senior yang akan pensiun. Dan dengan segera menyampaikan info itu untuk kakaknya. Dan dengan mudah taeyeon lolos interview. Yaa. Tak diragukan lagi kemampuan dari kakak kesayangannya itu.

Taeyeon menerima tawaran itu karena dari sisi payment dia akan mendapat lebih besar daripada private vocal yang dia tekuni. Dan yang terpenting taeyeon bisa lebih sering bertemu bomi walaupun mereka berbeda gedung.

“aku tau kau akan terkenal dengan cepat disini unnie. Berhenti panik seperti itu.” bomi tertawa kecil melihat tingkah kakaknya. Tayeon selalu panik jika dia dalam state nervous “aku terbiasa mengajar satu orang, dan sekarang aku harus mengajar 1 kelas. Omaigaad!” rengek taeyeon.

“ohh! Heyy bomi!” dua gadis itu menengok ke sumber suara bersamaan. “o-ohhh! Baekhyun. Hi!” bomi sedikit terkejut. Taeyeon menahan tawanya melihat adiknya yang sekarang memerah.
Baekhyun menatap taeyeon setelahnya kembali pada bomi “ahh. Dia kakakku. Taeyeon. Ani. Ms kim.” bomi menatap malu pada kakaknya.

“ewww. Ms Kim? Terasa sangat aneh jika panggilan itu keluar dari mulutmu” bisik taeyeon sebelum menatap baekhyun “hi! Baekhyun. New vocal trainer disini. Oh! Apakah bomi mempunyai reputasi buruk disini?” pertanyaan itu membuat bomi memukul pelan lengan taeyeon.

Baekhyun tertawa “nah. Dia sangat terkenal sebagai energy pill, sangat ceria” kalimat itu membuat bomi semakin memerah membuat taeyeon bergidik melihat tingkah adiknya.
Panggilan dari teman baekhyun membuatnya harus pergi. Membuat taeyeon kini lebih puas menggoda adiknya.

“kalian terlihat lucu” ucap taeyeon dan kembali menghadiahkan pukulan dilengannya.
Bomi berpamitan padanya untuk menuju kegedungnya. Membuat taeyeon kembali panik. Dia hanya berdiri didepan pintu kelas sambil terus-terusan menghela nafas. Menghinotis dirinya sendiri supaya berkurang rasa nervousnya.

Taeyeon mulai memperkenalkan diri didepan kelas sebelum memulai. Dia merasa lega karena
Baekhyun ternyata ada dalam kelasnya. Dan dia akan diberondong banyak pertanyaan oleh bomi jika tau baekhyun ada dikelasnya.

Kelas hari ini terasa lancar baginya. Disaat dia diminta untuk bernyanyi. Taeyeon tak menilak dan memperlihatkan sisi profesionalnya sebagai dosen dan juga sebagai penyanyi.
Seisi kelas terkagum pada suaranya membuat banyak pertanyaan yang mereka lontarkan untuk taeyeon.

Sesaat setelah kelas usai. Baekhyun menghampiri taeyeon. ” emm. Ms kim bisa aku minta contact-” belum selesai baekhyun berucap taeyeon memotong. “ahhh. Bomi?” baekhyun hanya mengangguk sebagai jawaban.

“sangat lebih baik jika kau menanyakan langsung padanya” taeyeon memberikan senyumnya pada baekhyun.

“ahhh. Okay ms kim. Emm. Kau memiliki suara yang indah by the way ms kim”
Taeyeon berterimakasih padanya sebelum beranjak dan merasa senang dalam hati karena mendapat berita baik untuk adiknya.

***

Suara desahan kerasa beberapa kali terdengar olehnya. Membuat dirinya merasa penasaran dan bangun dari kasurnya. Berjalan pelan menuju keruangan dimana sumber suara itu. Suara itu berasal dari kamar ayahnya. Pintu yang sedikit terbuka membuat suara itu terdengar lebih kerasa. Taeyeon sedikit ragu untuk mengintip, tapi rasa penasaran membuatnya tak menghentikan langkah.
Dia tak pernah menyesali apa yang dia lakukan saat itu.

Dia kembali ke kamarnya, memastikan bahwa bomi masih berada dalam alam mimpinya. Dia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Apa yang dia lihat dan apa yang ayah dan ibu tirinya lakukan dia bisa memahami itu dan tau. Itu adalah kenyataan dimana ayahnya memang sudah bisa beranjak dari masalalu dari mendiang ibunya. Dia merasakan amarah dari dirinya yang begitu besar untuk ayahnya. Bagaimana mungkin semudah itu untuk melakukannya dengan orang lain. Apa itu cinta?

Tapi sembari waktu berjalan taeyeon merasakan bagaimana tatapan ayahnya untuk ibu tirinya itu sangat berbeda saat bersama dengan ibu kandungnya.

“aku merasa ayahku melakukan itu karena terpaksa. Aku merasa ayah hanya mencintai mendiang ibuku dan tidak pernah bisa beranjak darinya. Dan aku tau mengapa wanita itu mau bersama dengan ayahku. Uang. Aku melihat bagaimana terkejutnya saat pengacara ayahku mengumumkan bahwa dari 70% hartanya diberikan padaku. Yeahh. Dan akhirnya dia mengambil semuanya.” taeyeon tertawa pahit mengingat bagaimana tingkah laku ibu tirinya.

Tiffany mengangguk menanggapi cerita taeyeon dan mempelajari kisah dari gadis dihadapannya. Dia merasa lega karena ayahnya tidak ingin mencari pengganti dari mendiang ibunya.
“what is love for you taeyeon~ahh?”

pertanyaan itu membuat taeyeon terdiam sesaat. Tak tau harus menjawab apa. Setelah kepergian ibunya, dia tak pernah merasakan cinta lagi.

“i dont know. Emhh. Aku tau banyak orang yang mencintaiku dari berbagai sisi. Tapi apa yang kurasakan entahlahh. Apa aku membuatmu bingung?”

“nope. Aku tau kau taeyeon~ahh. Cinta memang sulit untuk dijelaskan karena itu adalah
sebuah perasaan. Dan saat ini aku rasa kau kehilangan kepercayaan dengan cinta itu. Karena jika kau memberikan cinta makan kau akan takut jika terabaikan” jelas tiffany. Perkataan itu membuat taeyeon kembali mengingat ibu kandungnya. Betapa besar cintanya untuk sang ibu.

“kau harus bisa melawan rasa takut ini taeyeon~ahh. Ahhh. Kau selalu bercerita tentang adik tirimu. Kau bilang kau begitu bangga padanya dan kau selalu bersikap protective padanya. Kau mencintainya tae. Adikmu adalah bukti bahwa cinta itu ada untukmu”. Pikiran taeyeon seketika merasa hangat saat mengingat adiknya. Ya. Dia sangat mencintai adiknya. Dia merasa hanya adiknyalah satu-satunya cinta yang dia miliki saat ini.

“thanks tiffany.” ucapnya bangga. Waktu berlalu dan banyak cerita dari dirinya yang dia bagikan pada tiffany dan itu membuat taeyeon merasa penasaran juga pada tiffany. Dia ingin mengetahui lebih tentang tiffany.

“that’s what are friend for right? Aku akan selalu ada untukmu taeyeon~ahh.” balas tiffany sambil memamerkan eyesmilenya. Taeyeon merasakan dadanya berdegup cepat setelah mendengar ucapan tiffany.

“tiffany. Apa kau ada waktu kosong besok? Dinner? Adik kecilku sangat ingin bertemu denganmu. You’re an idol for her.” ucap taeyeon. Dia merutuki dalam hati tentang keberanianya. Sudah menjadi nalurinya saat dia berhadapan dengan tiffany. Ada rasa yang begitu besar untuk tiffany.

“ahh! Sure!” dengan senang hati tiffany menerima karena memang itu yang dia inginkan.

“allright! I’ll text you for the time and place.” ucap taeyeon sembari keluar dari ruang terapi. Menyembunyikan wajahnya yang memanas sambil melonjak kegirangan. Disisi lain tiffany tak berhenti tersenyum.

“that’s cutie girl” Entah apa yang ada dipikirannya saat ini yang jelas tiffany hanya ingin ada untuk taeyeon apapun yang terjadi.

***

“mau kemana kauu!!?” dia mendengar suara ibunya sebelu. Keluar dari rumah.

“dinner dengan taeyeon unnie” dia menjawab tanpa berbalik melihat ibunya. Dengan cepat dia menutup pintu rumah tak ingin mendengar apapun jawaban dari ibunya.

Disisi lain taeyeon sudah terduduk dihalte bus sambil menunggu adiknya. “unnieee!!” teriak bomi riang.

Taeyeon menoleh kearah adiknya dan tersenyum hangat. Memberikan pelukan untuk adiknya.
“unnie, apa aku sudah terlihat cantik?” bomi memamerkan pakaiannya yang ia kenakan. Taeyeon menelusuri setiap inchi dari tubuh adiknya. “you always looks beautifull bom~ahh. Looks like me indeed” celetuk taeyeon. Bomi memukul pelan lengan taeyeon mendengar ucapannya.

Mereka berjalan menuju restaurant yang telah dipilih untuk bertemu tiffany. Mereka berangkat lebih awal, and surprised. Ternyata tiffany datang lebih dahulu dan berdiri didepan restaurant.

“Hi! Tiff. Apa kami membuatmu menunggu lama!” tanya taeyeon khawatir.

“nope! Aku baru saja sampai. Dont worry.” dia memastikan gadis dihadapannya tidak terlihat murung sebelum menatap bomi “ohh! Kau pasti bomi?”

“hello tiffany sunbae. Yes. I’m bomi” bomi memberikan bow memberi salam pada tiffany “ohh! Itu terlalu formal.” balas tiffany sambil tertawa pelan.

Melihat mereka berdua taeyeon hanya tersenyum. Dan menarik mereka berdua masuk kedalam restaurant.

Setelah mereka memesan makanan. Mereka menghabiskan waktu berbincang-bincang. Dan bomi terlihat begitu nyaman dengan tiffany. Taeyeon terus mengamati mereka berdua, dia tidak habis pikir karena mereka berdua begitu mirip. Kedua gadis itu sangat berlawanan dengannya. Mereka berdua sangat berisik, easygoing, dan selalu tertawa sambil memamerkan eyesmilenya.

“so tiffany unnie. Bagaimana dengan kakak tercintaku ini?” celetuk bomi disela-sela kunyahanannya.

“pertanyaan macam apa itu?” pertanyaan itu membuat taeyeon tersedak dan terbatuk membuatnya menatap tajam kearaha bomi.

“what? Aku hanya ingin tau kau bersikap baik terhadap my beloved Senior” jawab bomi dengan wajahnya yang polos. Taeyeon tau jika sekarang adiknya sedang menggodanya.

“beloved? Bagaimana denganku? Huh! Anak ini!” taeyeon bercanda menggeleng-gelengkan kepalanya seakan akan kecewa dan bomi hanya menjulurkan lidahnya menggoda kakaknya.

Melihat itu membuat tiffany tertawa. Bagaimana lucunya mereka berdua berinteraksi. “cute”
Ucap tiffany dalam hati. “unniemu sangat lucu. Membuatku terhibur dengan candaanya. Kurasa kita akan menjadi teman yang baik jika kita sering menghabiskan waktu bersama. Right tae?”

Mendengar jawaban itu membuat taeyeon memerah seketika. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya dengan terfokus pada makanannya.

Setelah selesai mereka menghabiskan makanan mereka dan waktu mereka untuk pulang. “tae. Kau mau mencoba menyetir?”

Mendengar itu, bomi menatap kakaknya sejenak. Dia tau bahwa tiffany hanya membantu taeyeon menghilangkan luka dan ketakutannya. Bomi meleyakan telapak tangannya dipundak taeyeon. Memberi dukungan pada kakaknya “kami percaya padamu unnie. Kau pasti bisa” ucap bomi. Taeyeon merasa tergerak. Tak ingin mengecewakan mereka berdua.

“i trust you” ucapnya sambil menatap hangat tiffany dan selanjutnya memberikan senyuman pada bomi.

“aku bangga padamu unnie” bomi tak berhenti tersenyum melihat kakaknya merasa lebih baik dab berani.

Sesampainya didepan ruamh bomi taeyeon memberikan goodbye hug untuk adiknya. “kim taeyeon! Janga. Kau coba mendekati anakku!!” ibu tirinya keluar dengan amarahnya membuat mereka berdua menghentikan pelukan mereka. Taeyeon menarik tangan bomi mundur dibalik tubuh mungilnya.

Meremas pelan genggaman ditangannya mengisyaratkan pada bomi untuk tidak khawatir. “umma! Kau mabuk! Hentikan itu” bomi yang tau keadaan ibunya mencoba melerai peperangan perasaan yang sedang terjadi.

Tiffany keluar dari mobil berjalan pelan menuju taeyeon, menatap khawatir. “it’s okay” ucapan pelan itu membuat tiffany sedikit tenang.

“yoon bomi! Masuk kedalam!”

Bomi melepaskan genggaman taeyeon menatap taeyeon hangat. “aku akan baik-baik saja unnie. Dont worry. Tiffany unnie, bawa pulang kakakku dengan selamat please. Aku senang hari ini” ucap bomi sambil berjalan menjauh. Tiffany mengangguk

Bomi melepaskan genggaman taeyeon menatap taeyeon hangat. “aku akan baik-baik saja unnie. Dont worry. Tiffany unnie, bawa pulang kakakku dengan selamat please. Aku senang hari ini” ucap bomi sambil berjalan menjauh. Tiffany mengangguk.

“jika terjadi apa-apa dengannya. Aku tak akan tinggal diam, umma” ucap taeyeon sarkatis sambil menatap tajam ibu tirinya.

“dia anakku. Aku berhak atasnya” ibu tirinya menatap balik taeyeon. Bomi yang marah melihat itu berjalan cepar kearah ibunya dan menariknya masuk kedalam rumah. “take care unnies”

“dia akan baik-baik saja. Dia anak yang pintar benar?” ucap tiffany. Taeyeon tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

-tbc-

All We Need Is Love [Chapter 1]

Hi there! Hahaha it’s been long time since when I dunno. Here the fanfic that I found in AFF, I made this and got the permission from the author and I can remake this, not much I think. I have reason why this fanfic, because I think I have 1 new couple that I love. Hahaha. Takut ada yang ngga ngerti, pake indo aja deh :p nemu sambilan di girlgroup baru, apink, dan tiap saya suka girlgroup baru yang pertama saya cari itu yang ngga jauh beda dari taeyeon, dan ternyata nemu taeyeon kedua kalau menurut saya. Dan setelah itu langkah kedua adalah cari pasangannya. Dan ternyata pasangannya ni orang adalah taeyeon ketiga. Nahloo. Yaudahh, lama kelamaan ngikutin mereka jadi suka beneran kann. Hahaha. Yang taeyeon kedua itu park chorong, yang taeyeon ketiga itu yoon bomi. Tapi setelah liat beberapa moment, beberapa ff, beberapa FMV, ternyata mereka emang banyak yang nyebut kalau mereka turunannya TaeNy, dan saya setuju, chorong sebagai tiffany dan bomi sebagai taeyeon kalau versi saya, ngga tau versi yang lain. Hahh! Dan searching di AFF dapet dahhh ni TaeNy ChoMi, dan ceritanya juga jujur suka banget! Makanya saya minta izin ke authornya buat sedikit remake FF punya dia, dan dapet dehhh. Dann cukup sekian curhat saya, maaf kalau kepanjangan para reader. Here the link for the FF from the real Author (Taenggo99) : https://www.asianfanfics.com/story/view/847524/all-we-need-is-love-bomi-taeny-taeyeon-chomi

comment for my good’s and sorry for typo 🙌

***

Character :

Kim Taeyeon

Yoon Bomi

Tiffany Hwang

Park Chorong

Lee Sunkyu

Jung Eunji

 

Amnesia – 5 Second Of Summer

She Looks So Perfect – 5 Second Of Summer

A Sky Full Of Stars – Coldplay

MyMy – Apink

Sunday Monday – Apink

Tinkerbell – SNSD

Baby Mybe – SNSD

***

Sinar matahari pagi menerangi setiap sudut ruangan memberikan kesan pagi yang cerah. Taeyeon dengan malas menendang selimut yang menyelimuti tubuhnya semalaman. Matanya belum benar-benar terbuka karena sinar matahari yang membuatnya belum terbiasa dipagi ini. Berharap dia kembali menemukan posisi nyamannya untuk melanjutkan hibernasinya, masih sangat malas untuknya terbangun. Setelah beberapa saat dia menyerah dan membuka matanya, meregangkan tubuhnya kekanan dan kekiri, mengambil handphonenya yang tergeletak di meja kecil disamping tempat tidurnya.

Beberapa saat dia membaca beberapa artikel-artikel dan berita-berita disosial mediannya, asyik tenggelam dalam duniannya. Tangannya berhenti sesaat dia mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka “taeyeon~ahh. Kau tak sarapan? Aku membuatkanmu waffle.” Gadis yang lebih pendek darinya berucap sambil menjatuhkan tubuhnya ke Kasur.

“yaah! My dookong! Go away!” taeyeon berdiri seketika, mencoba menarik peas mainannya yang tertindih teman baiknya, sambil menendang-nendang seperti anak kecil.

“aisshh! Siapa yang menendang teman terbaik, paling baik dan teristimewa seperti ini?!!! haa!? Gadis pendek itu mengomel dengan suara imutnya

taeyeon mengerinyitkan dahinya melihat tingkah laku temannya sambil memeluk mainan kesayangannya “aku!” sambil menjulurkan lidahnya.

“ohh sunkyu~ahh! Selagi kau ada disini, bantu aku membersihkan kasurku!” dia berkata tanpa dosa sambil berjalan menuju kamar mandi.

“yaaa!!” sunny kembali mengomel, tapi tetap membatunya membererskan kasurnya selagi taeyeon membersihkan tubuhnya.

Saat setelah selesai mandi taeyeon duduk dimeja makan, dilihatnya sunny sudah berdandan rapid an bersiap-siap. “tae, aku membawa mobilku untuk service bulanan. Apa hari ini kau akan berpergian? Aku akan mengantarmu.”

“emmhhh?” taeyeon berpikir sejenak sambil mengunyah-ngunyah waffle miliknya, tak lupa membuka handphonenya mengecek jadwal milikknya. “nope!” ini hari minggu dan dia tidak ada jadwal les vocal yang dia dirikan. Dia hanya aka nada performance di bar malam nanti.

Dia menikmati karirnya menjadi seorang vocal trainer. Hampir semua dari murid-muridnya menyuruhnya menjadi seorang idol. Suaranya yang terbilang luar biasa membuatnya terkenal, tak lepas dari pekerjaan sambilan yang diberikan oleh temannya yang mengelola bar, menjadikan taeyeon idol walau hanya disebuah bar. Tapi hal itu tak membuat taeyeon berkecil hati. Karena yang dia inginkan adalah menghibur orang-orang dengan suara indah yang dia miliki.

“okay then! See you later, giliranmu membuatkan makan malam untuk kita nanti, jangan lupa taeyeon~ahh!” ucap sunny sebelum beranjak keluar dari apartmentnya.

Taeyeon menyandarkan tubuhnya malas disofa. Mencari ide apa yang akan dia lakukan seharian ini. cuaca yang terik membuatnya malas keluar. Tak lama dia tenggelam dalam pikirannya dering handphone membuatnya tersadar. Dia melihat penelpon dilayar “BOM~AHHH!” dengan begitu semangat dia menjawab panggilan itu.

“unniee!!! I miss you! Apa kau kosong hari ini??” suara imut diseberang sana membuat taeyeon melonjat kegirangan. Hanya sunny dan adik tirinya yang bisa membuat taeyeon merasa aman dan nyaman.

“I miss you too Bom~ahh! I’m free today! Come here my baby!! kita bisa menghabiskan waktu seharian bersama sampai malam nanti.” Dia menawarkan.

“arraaa unnie! Kita bisa menonton film dan bercakap disitu? Akan ku belikan ice cream favoritemu unnie!” ucap bomi dengan kegirangan.

“yeahh bomi~ahh! I’ll be waiting! See ya!” dia tertawa kecil sebelum mengakhiri pembicaraan dengan adiknya.

Taeyeon tersenyum bangga. Dia tidak melihat bomi sebagai adik tirinya. Dia merasa kalau mereka berdua memang adik dan kakak. Like legit.

Setelah pembicaraan dengan adiknya, dia tidak bisa bisa berhenti memutar balik memory yang begitu indah dan buruk bersama dengan bomi. Bagaimana dia bisa terbuka hanya pada bomi sebelum dia bertemu dengan sunny, bagaimana protectivenya bomi pada dirinya padahal dia lebih muda dari dirinya, disisi lain dirinya juga sangat protective terhadap adiknya. Hanya saja bomi lebih sering memperlihatkan cinta untuk kakaknya lewat ucapan dan taeyeon lebih kepada perlakuan sebagai kakak.

Mereka sangat berbeda dan berlawanan. Tapi bomi berhasil melelehkan dingin dan passive sang kakak walau memekan waktu yang cukup lama.

“taeyeon~ahh. Kemari, appa mengenalkanmu pada bibi eva dan gadis kecil miliknya, bomi. Bomi 4 tahun lebih muda darimu.” Ayahnya menggandeng taeyeon mendekat pada wanita yang terlihat seumuran dengan umur ayahnya yang sedang menggandeng gadis kecil bomi.

Taeyeon memberi salam dengan sopan dan disisi lain gadis kecil itu berlari menuju tepat dihadapannya dan menarik-narik tangan taeyeon “hello unni, bomi disini” ucap gadis kecil itu dengan riang, tatapan matanya yang lucu dan polos membuat taeyeon terdiam sejenak.

Dan sejak saat itu pertama kalinya taeyeon tersenyum lembut pada seseorang setelah kepergian ibunya.

Walau dia saat ini berumur 11 tahun, dia sudah mengerti apa yang sedang terjadi saat ini. dia bisa melihat bagaimana ayahnya dan aunty eva begitu dekat dan memiliki rasa satu sama lain. Taeyeon yang hingga saat ini belum bisa dan tidak mau posisi ibunya tergantikan oleh wanita lain. Tetapi taeyeon juga tak ingin melihat ayahnya sendiri dan depresi menanggu keluarganya. Dia mulai bisa menerima keadaan walau memang sangat berat baginya. Tapi untuk ayahnya, dia akan berusaha menerima.

Malam itu ayahnya mengatakan akan berdiam ditempat aunty eva dan bermalam disana. Dia menatap kosong langit-langit dikamar dimana dia tertidur. Suasana baru membuatnya susah terlelap. Kembali dia teringat dengan ibunya. Dia tidak bisa mengelak, air mata kembali mengalir dipipinya, sebisa mungkin dia menyembunyikan isakkannya, tak ingin gadis kecil yang saat ini berbagi kamar denganya mendengar tangisannya.

“unnie, kenapa kau menangis?” gadis kecil itu bersuara dengan lembut dan wajahnya penuh dengan kekhawatiran dari tempat tidurnya.

“tak ada apa-apa bomi~ahh. Tidurlah.” Dia berbisik menyembunyikan suara paraunya sambil membelakangi bomi, dan menutup matanya sejenak.

Setelah beberapa saat tak ada suara, taeyeon merasa jika bomi telah terlelap tapi seketika dia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh pipinya.

Taeyeon perlahan membuka matanya, membalikan badannya dan terlihat bomi berada tepat didepannya dengan kepalanya yang dia miringkan dengan sangat lucunya. Taeyeon terus menatap gadis kecil itu, penasaran apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Bomi mengedipkan matanya beberapa kali dan memperlihatkan boneka peas yang dia genggam dan memukul-mukul pipi taeyeon pelan dengan boneka itu beberapa kali. Taeyeon hanya terdiam dan bingung melihat tingkah laku bomi. Dan lagi, bomi kembali memukul-mukul taeyeon, dan sekarang bomi tersenyum saat melihat lucunya peas yang dia pikir melompat-lompat dipipi taeyeon.

Taeyeon tertawa pelan melihat tingkah gadis kecil itu. “bomi~ahh, apa itu? Apa yang kau lakukan?” ucap taeyeon disela-sela tawanya. Gadis kecil itu terlihat begitu manis dan lucu dimata taeyeon.

“ini dookong. Dan ini selalu membuatku merasa lebih baik saat aku merasa sedih, hanya dengan memeluknya unnie. It’s magic! Jadi aku memberikan magic ini padamu dan kuharap kau tidak sedih lagi unnie.” Ucap bomi polos.

Taeyeon merasa hangat didalam dadanya. Merasakan kembali perasaan hangat dan nyaman yang sudah lama tidak dia rasakan sejak terakhir dia tidur bersama dengan ibunya. Dan yang membuatnya lebih merasa bangga ada, bagaimana gadis kecil ini dengan polos mencoba membatunya.

“aigoo. Bomi~ahh. You’re so cute!” ucapnya sambil mencubit pelan pipi bomi. “come bomi~ahh, ayo tidur!” taeyeon merengkuh tubuh gadis kecil itu “good night bomi~ahh.” Ucap taeyeon sambil memeluk erat tubuh bomi. “good night unnie.”

Taeyeon beranjak dari tempatnya setelah mendengar bell pintu apartmentnya berbunyi. Dengan cepat dia membuka pintu dan terlihat gadis yang sangat berhaga dan sangat dia sayangi berdiri didepan pintu. Tanpa dia sadari sepasang tangan sudah melingkar sempurna dipinggangnya, sangat erat.

“unnie! I miss you so much!” ucap bomi sambil meringkuk manja dileher taeyeon.

“yaaa! Kita selalu bertemu setiap minggu! Pabo!” balas taeyeon sambil tertawa kecil walau dihatinya berkata dia juga sangat merindukan sosok gadis dihadapannya.

Bomi melepas pelukan, memampangkan poutnya membuat taeyeon kembali tertawa dan mengulurkan kedua tangannya, kembali meminta pelukan. “oke-oke bomi~ah. I miss you a lot really-really!”

“unnie, look here!” bomi memamerkan kantung plastic berisi es cream favourite kakaknya, sambil menggoyang-nggoyangkannya dengan bangga.

Ketika mereka berdua terduduk santai disofa, mereka kembali berbagi cerita tentang apa yang terjadi selama seminggu ini. Sudah menjadi kegiatan tetap mereka selama ini. saling terbuka, tak ada yang disembunyikan satu sama lain.

Bomi bercerita tentang bagaimana dosennya yang terus-terusan memberikan tugas yang menumpuk, dan cerita tentang salah satu temannya yang gila setelah terlalu banyak minum, dan banyak hal kecil yang terjadi satu minggu ini.

Taeyeon berbagi cerita tentang murid-muridnya yang semakin banyak, dan lagu-lagu baru yang sekarang masih dia tulis.

Setelah beberapa jam mereka berbagi cerita, akhirnya mereka memutuskan untuk menonton film yang mereka ambill dari ‘Sunday collections’ taeyeon berbalik menghadap bomi dan bertanya apakah ingin ice cream yang dia beli.

“bomi~ahh?” taeyeon menggoyangkan pergelangan tangan bomi karena tak ada jawaban darinya. Setelahnya bomi mendesis lemah, menarik kembali tangannya dan menatap taeyeon.

Kerutan diwajahnya seketika hilang, mengusahakan untuk bersikap biasa seperti sebelumnya, bomi tampak sangat nervous. “hmm?”

Taeyeon mengertukan wajahnya masih menatap heran tingkah adiknya, bomi tak berani menatap balik sang kakak, dengan nalarnya tatapan taeyeon mengarah pada pergelangan tangan bomi. Selanjutnya dia menarik tangan bomi dan menarik lengan panjang yang dikenakannya, terlihat memar yang cukup besar.

Matanya melebar saat taeyeon melihat memar itu “apa yang terjadi bom~ahh??”

Bomi mencoba menarik kembali tangannya tapi taeyeon tak mengizinkannya, mata taeyeon tetap mengarah tajam pada mata bomi. Bomi mencoba tersenyum, menutupi ketakutannya. “ahhh ini… aku terjatuh saat latihan dance dilapangan unnie. Tidak apa-apa unnie, don’t worry to much. Hehehe”

Bagaimanapun juga senyumannya hilang saat matanya bertemu dengan taeyeon, kembali dia mengalihkan pandangannya, tak berani menatap sang kakak.

“bom~ahh. Kau tau kau adalah pembohong yang buruk saat berada didepanku.” Ucap taeyeon tegas.

Bomi menggigit bibirnya dan mengalihkan tatapannya, masih tak berani menatap taeyeon.

“dia yang melakukan ini padamu kan??!” taeyeon mencoba melemparkan pertanyaan, tapi bomi masih tak menjawabnya. “yoon bomi!” taeyeon menaikan suaranya perlahan. Beraharap mendapat jawaban yang jelas dari sang adik.

Bomi tau, seharusnya dia menceritakannya, karena taeyeon sangat jarang memanggilnya dengan nama lengkapnya, taeyeon melakukan itu jika dia berada diposisi sedang marah atau serius. Jadi, bomi hanya menjawabnya dengan anggukan pelan.

Taeyeon mengepalkan tangannya sesaat setelah mendapatkan jawaban dari adiknya “that’s bitch. Aku tak peduli bagaimana dia menganiayaku dulu tapi bagaimana mungkin dia melakukan ini padamu? Dan kau! Kenapa kau tak bercerita padaku bom~ahh?” dia berdiri dan berjalan menjauh.

Bomi masih menggigit bibir bawahnya dan memeluk kedua lututnya sambil menatap taeyeon yang berjalan keluar kamarnya sambil membawa first aid kit. Film yang mereka putar terlupakan begitu saja. Taeyeon menghela nafas dan dengan lembut menarik tangan bomi dan mengoleskan healing cream untuknya.

Dia merintih kesakitan saat ibu tirinya menampar pipinya lagi. itu bukan masalah baginya, tapi sewaktu dia merasakan sengatan itu, dia tak bisa menahan betapa rindunya dia pada kedua orang tuanya dulu yang tak pernah melakukan hal kejam seperti ini.

“tidakkah aku menyuruhmu menyelesaikan pekerjaan ini, cuci piring dan cuci baju sampai 10pm!!? Jam berapa sekarang!? Dasar anak tak berguna!” ibu tirinya kembali marah-marah padanya. Kembali tamparan telak dipipinya untuk kesekian kalinya. Pipinya sudah memerah, merasa darah mengalir dibibirnya akibat tamparan yang begitu keras dan beberapa kali ia terima pada hari ini.

Dia memejamkan matanya kembali menunggu tangan jahat yang akan kembali mendarat bebas dipipinya tapi ternyata yang dia rasakan adalah pelukan hangan dari belakang tubuhnya.

“umma! Berhenti memukuli taeyeon unnie please!” taeyeon membuka matanya saat dia mengetahui pemilik suara itu, dan menyadari bomi menjadi perisai dari ibu tirinya.

“bomi~ahh! Pergi dari situ! Anak sialan dan pemalas ini harus diberi pelajaran” dia berusaha melepaskan bomi dari taeyeon, tapi pelukan erat dari bomi untu taeyeon semakin mengerat.

“umma! Andweee! Pukul aku jika kau ingin! Jangan sakiti taeyeon unnie!” bomi berteriak. Air matanya mengalir deras dipipinya. Tak ingin taeyeon menerima pukulan lagi dari ibunya.

“arrrrgggg!!!!” sang ibu tiri berteriak menyerah meninggalkan mereka berdua, berjalan cepat menuju kamarnya dengan membanting pintu keras.

Bomi melepas pelukannya, mengusap lembut pipi memar sang kakak. “unnie, ini pasti sangat sakit. Aku akan mengobatinya unnie, come” bomi membantu taeyeon berdiri, berjalan kekamarnya. Bomi mengoleskan pelan healing cream dipipi taeyeon.

Taeyeon berusaha menahan air matanya, tak ingin terlihat lemah dimata gadis kecil dihadapannya, sekali lagi dia tak ingin tampak sedih.

“unnie, mianhae” ucap bomi, masih dengan isakannya.

“ini bukan salahmu bom~ahh. Terimakasih kau kembali menjadi perisaiku. Tapi lebih baik jika kau tak melakukan itu, aku tak ingin kau yang terluka.” Taeyeon menepuk lembut puncak kepala adiknya memberikan senyuman padanya.

Dia tak ingin menyerah, dia terus berusaha bertahan dengan kehidupannya saat ini karena 2 alasan besar. Pertama, dia tak ingin membuat ibunya tercinta melihatnya menyerah semudah ini karena itu akan membuat mendiang sedih. Kedua, karena gadis berumur 14 tahun yang begitu mencintainya, sangat mencintainya, adiknya. Taeyeon tau itu.

“apa yang terjadi bom~ahh?” ucap taeyeon masih sambil mengusap lembut memar ditangan bomi

Bomi menghela nafas “gambling addiction. Dia membutuhkan uang lebih. Dia terus berkata padaku kalau ini yang terakhir dan dia akan menang untuk itu, dan mengambil kembali semuanya. Tapi saat aku bilang tidak akan memberinya lagi karena dia tidak akan berhenti..” bomi berhenti sejenak, menutup matanya, menahan air mata yang tertahan.

Taeyeon yang melihat itu membuatnya bergetar hebat, merengkuh sang adik kedalam pelukannya, memberikan kehangatan yang dia rindukan. Rasa ingin melindungi yang begitu besar dimiliki oleh taeyeon tak pernah pudar bagi bomi. Bomi adalah orang satu-satunya yang sangat penting bagi dirinya. Tak ingin melihat bomi merasakan sakit dan kesepian seperti ini.

Bomi kembali menghela napas melanjutkan ceritanya, “dia kembali lepas kendali dan mulai memukuliku. Dia bukan umma yang aku kenal. Ini, ini hanya sangat sulit, aku bekerja di café setelah kuliahku dan aku hanya tidur tak lebih dari 5 jam karena tugas-tugasku. Dan dia hanya mengambil semuanya. Dia sudah sangat banyak menghamburkan uang lebih-lebih karena dia meminjam uang dari banyak orang. Aku hanya, entahlah. Aku harus bagaimana lagi menghadapi ini.”

Bomi bergumam. Dia tak ingin menangis, dia memang gadis yang lembut, tapi kali ini dia tak ingin terlihat lemah hanya dengan menangis. Dia bukan tipe gadis yang mudah menumpahkan air matanya.

Setelah beberapa saat terdiam dan taeyeon hanya menenenangkan adiknya, dia berucap “apa kau ada pikiran untuk berhenti? Pergi darinya?”

Dengan cepat bomi menggelengkan kepalanya. Meskipun sekarang taeyeon berumur 21 tahun, dia sudah bebas secara hokum dari wanita menyeramkan itu. Taeyeon menganggap itulah kado terbaik baginya saat ini. Tapi disisi lain dia tau itu akan susah untuk bomi melakukan itu.

“aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja unnie. Kerena dia adalah ibuku” ucap bomi. Taeyeon sudah tau jawaban dari bomi.

Taeyeon berjalan menuju kamarnya, dan kembali membawa dompet miliknya. Memberikan beberapa lembar uang cash untuknya.

“aku punya sedikit simpanan uang untuk bulan ini, pelanggan di bar memberikan tips lebih untukku karena penampilanku dan juga lagu-laguku, ambilah, kau membutuhkan ini. dan jangan kau berikan padanya.”

Bomi mengerutkan dahinya, ragu untuk menerima itu karena dia tau keadaan keuangan kakaknya tak jauh berbeda dari dirinya. Kakaknya hanya beruntung karena dia memiliki sunny sebagai teman baiknya. Karena jika kakaknya tak beruntung, maka sunny bisa mengerti keadaan kakaknya, menunda membayar biaya sewa.

“bom~ah kita berjanji akan saling ada satu sama lain kan? Ambilah. Ini tidak sebanding dengan perlakuan protectivemu yang sudah banyak kau lakukan dimasalalu untukku.” Taeyeon meletakan uang itu ditelapak tangan bomi dan menggenggam erat.

“gomawo unnie” bomi menatap kakaknya dengan senyuman kecil, benar-benar merasa kembali hidup setelah tau bahwa ada orang yang selalu ada untuk dirinya yang sudah lelah.

“yeahhh! This is what sister for.” Taeyeon membalas senyuman adiknya dengan manis. Berusaha meringankan suasan yang terjadi sambil menepuk lembut puncak kepala adiknya.

“just one more time, jika wanita jahanam itu kembali melakukan pada gadis berharga ini, aku tak akan tinggal diam!” ucap taeyeon dalam hati.

***

Dia terduduk dikursi belakang mobil, menikmati pemandangan indah diluar jendela. Dia sangat menyukai bagaimana langit yang begitu biru, terlihat sangat menenangkan. Karena keingintauannya yang begitu besar terhadap lingkungan, dia tak pernah berhenti untuk melihat bagaimana orang-orang diluar sana sibuk dengan kegiatan mereka, kemana orang-orang pergi dan bagaimana hari-hari mereka, apakah itu baik juga bagi dia nantinya.

“taeyeon~ahh, bagaimana dengan hari ini? apa kau menikmatinya?” ibunya yang sedang menyetir bertanya pada gadis itu sambil tersenyum melihat lucu dan imutnya gadis kecil itu.

Mereka berdua menghabiskan waktu dan bersenang-senang seharian di amusement park seharian tadi. Ayahnya mendapat free ticket karena perusahaannya menjadi sponsor untuk amusement park itu. Tapi sedihnya, sang ayah tidak bisa ikut karena ada meeting mendadak. Gadis kecil itu terlihat sangat sedih sebelumnya karena sangat ingin bermain bersama kedua orang tuanya.

“NE umma! Apa kita bisa bermain kesana lagi nanti? Aku ingin naik vikking lagi, bersama appa!” taeyeon dengan riang berucap.

Mendengar itu, sang ibu tertawa kecil “of course taeyeon~ahh! Bersama appa selanjutnya. Kau pasti sangat lelah setelah bermain seharian ini. tidurlah baby.”

Taeyeon tidak merasakan kantuknya yang ternyata datang sejak tadi karena terlalu riang. Dia memejamkan matanya, mencoba tertidur, dirasakannya mobil berhenti saat berada dilampu merah.

Saat dia hampir masuk kedalam alam mimpinya, dirasakannya mobilnya melaju dengan begitu cepat, terdengar suara sang ibu berteriak. Apa yang terjadi setelahnya itu terjadi begitu cepat bagi gadis kecil itu untuk mengerti. Tubuhnya  terasa bergetar hebat karena benturan yang dia terima, terdengar kaca pecah yang begitu nyaring. Dirasakan kepalanya yang sangat nyeri karena benturan dengan pintu mobil, dia perlahan membuka matanya.

Sebuah truck dari sisi kiri menabrak telak mobil mereka. Dia melihat ibunya yang terdiam bersandar pada steering mobil kedua tangannya yang tergerai lemas dikanan dan dikiri tubuhnya, darah  segar mengarlir tak terhenti dari kepalanya.

“ummmaaa??” panggil taeyeon, beberapa detik tak ada respon dari ibunya “umm..umma?” taeyeon terus berteriak dan mengguncang tubuh wanita itu, sebisa mungkin meminta jawaban dari sang ibu, tapi tetap tak ada jawaban.

“UMMAA!!” taeyeon membuka matanya lebar, nafasnya yang menggebu dan dirasakannya keringat dingin mengucur diseluruh tubuhnya, setelah beberapa saat dia berusaha tenang, dia tersadar ternyata hanya sebuah mimpi buruk yang sekali datang dalam tidurnya. Satu dari banyak mimpi buruk yang selalu dia dapat selama bertahun-tahun ini. dengan perlahan dia terduduk merapikan rambutnya yang berantakan.

Tangannya mengepal saat dia berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia berjalan pelan menuju pantry, menghela nafas sebelum menegak segelas air untuk membasahi kerongkongannya yang kering.

Dia bersandar pada meja makaan dan kembali dia menghela nafas. Hal ini sudah dia alami sejak ayahnya pergi menyusul sang ibu karena penyakit yang dideritanya. Dan lagi taeyeon juga mendapat tekanan yang begitu luar biasa dari sang ibu tiri. Disaat seperti, bomi lahh yang dulu selalu membantu menenangkannya.

Bomi memang lebih muda darinya tapi dia selalu bisa memberikan apa yang taeyeon butuhkan saat taeyeon sendirian dan termenung sedih. Ceria dan positive itulah kepribadian bomi, sedangkan tertutup adalah kepribadian taeyeon.

“mimpi buruk lagi?” suara kantuk tiba-tiba terdengar olehnya.

“yaa! Kau mengagetkanku!” ucap taeyeon sambil mengelus dada.

Sunny menyalakan lampu sambil menatap bingung taeyeon “kau yang membuatku takut! Berdiri seperti itu dalam gelap!”

Taeyeon menatap tingkah sunny yang masih berada didepan refrigerator, mengambil sebungkus keripik membukanya dengan cepat “yaa! apa kau kerasukan roh sooyoung? Kenapa kau terlihat seperti hantu yang sedang lapar ditengah malam?”

Sunny menatap taeyeon tak terima sambil terus mengunyah keripiknya. “oh please! Jangan samakan aku dengan tiang shikshin itu!” sunny berhenti sejena sebelum melanjutkan “tae, apa kau mau mengikuti saranku untuk ikut terapi itu? Ini sudah sangat sering terjadi padamu, apa kau tak lelah?”

Sunny sudah menawarkan untuk mencoba hypnosis therapy yang bisa mengurangi bahkan menghilangankan beberapa masalah psikologi, dan taeyeon selalu menolaknya karena menurutnya dia tidak membutuhkan itu.

“mungkin ini sudah waktunya” gumam taeyeon.

***

Minggu selanjutnya. Taeyeon berdiri didepan bangunan klinik. Mengikuti saran dari teman baiknya untuk mengikuti terapi.

Dia menarik nafas sebelum melanjutkan langkahnya memasuki klinik.

“selamat pagi, apa ada yang bisa saya bantu?” ucap wanita muda yang berada dibelakang meja counter. Taeyeon masih sedikit ragu, mengikuti arah matanya yang mengeksplorasi sekitarnya. Tidak terlalu besar, luas dan terasa nyaman.

“emmhh. Saya sudah menelpon dan ingin bertemu dengan ms.. hwang? Sepuluh menit lagi.” dia merutuki dirinya sendiri karena hampir melupakan nama dokternya.

“ahh ne, Ms. Kim taeyeon benar? Silahkan menuju ruang paling pojok, Ms.Hwang baru saja menyelesaikan sesionnya dengan pasien sebelumnya” wanita itu tersenyum dan menunjukan ruangan pada taeyeon dengan sopan.

Dia mengetuk pintu beberapa kali sebelum dia mendengar suara asing dari dalam ruangan. “silahkan” dan dengan perlahan membuka pintu. Wajahnya sedikit terkejut saat dia disambut dengan wanita cantik yang terlihat seumuran dengannya. Rambut coklatnya yang terurai bebas terlihat cocok untuknya. Senyuman dimatanya yang mebuat taeyeon hampir lupa diri. “hi. Ms Kim Taeyeon?”

“ahhh.. Ne. Ms.Hwang right?” matanya terus menatap gadis dihadapannya. Sepasang mata yang cantik saat ternsenyum. “Well. Aku pikir lebih cantik dari milik bomi” taeyeon merutuki dalam hati.

“yes. Silahkan duduk taeyeon. Ahhh. Bisa aku memanggilmu seperti itu? Atau kau lebih nyaman dengan Ms.Kim?”

“Taeyeon it’s fine.”

“okay then, call me tiffany” sekali lagi senyuman dimata gadis itu membuat taeyeon hilang kesadarannya sesaat, merasa dirinya melihat hal yang sangat mustahil didunia, dan sekarang ada dihadapannya.

Setelah beberapa saat tiffany melihat dan membaca form didatanya, taeyeon tak melepas sama sekali padangannya pada gadis didepannya. “so, aku ingin apapun yang aku bicarakan atau aku tanyakan kuharap kau bisa menjawab dan terbuka, percaya padaku dan bekerja sama, dan setelah itu aku bisa mengurangi sedikit demi sedikit luka yang saat ini kau alami. How?”

Hangat dan tenangnya suara tiffany membuat hati taeyeon berdebar. Entah apa yang saat ini dia rasakan. “yeah. Sure!”dia menjawab datar, tak tau apa lagi yang harus diucapkan.

“that’s good then. Untuk pertama ini kita tidak melangkah terlalu jauh, aku tau akan sangat susah untuk terbuka pada orang yang baru saja kau temui, dan untuk session pertama ini, ceritakan tentang dirimu sedikit lebih jauh.” Ucap tiffany lembut.

“ohhh. Hmmm” taeyeon mengerutkan dahinya, mencari hal-hal yang menarik dari dirinya untuk diceritakan. Setelah beberapa saat tak ada respon dari taeyeon, tiffany tertawa kecil melihat taeyeon. Dan tawa kecil itu membuat taeyeon mengangkat pandangannya pada gadis dihadapannya.

“I will help you. Haii. Tiffany hwang miyoung. 25 years old. Aku tinggal cukup lama di LA saat aku kecil dan pindah kemari untuk melanjutkan studyku. Aku sangat menyukai warna pink, tapi aku tidak setuju jika aku dikatakan sangat terobsesi dengan warna pink.” Dia berhenti karena menyadari melihat taeyeon memperhatikan benda-benda dimejanya.

Pink pen, pink phone case, pink tablemap, pink mug, pink earphone, pink pink and pink… taeyeon menengok bingung kearah gadis yang sekarang sedang tertawa.

“what?” taeyeon menatap tiffany yang tak berhenti tertawa sambil mengerutkan dahi. Tiffany membasahi tenggorokannya sebelum bicara dengan meneguk minumannya. “jangan berpikiran sama seperti teman-temanku. Aku berharap.” Ucapnya pelan, hampir seperti berbisik.

“yeahhh, aku pikir kau sangat terobs- ahh. Yeahh, kau sengat menyukai pink aku rasa”

“tiffany menggelengkan kepalanya setelahnya menatap taeyeon. “dan kau juga salah satu dari mereka. Huff.”

“no no. errrr. Ahh dan kenapa kita membicarakan ini?” taeyeon mengerutkan dahi dan setelahnya mereka berdua tertawa lepas.

Session pertama berjalan dengan mereka mengetahui diri mereka satu sama lain, dan tak terasa waktu mereka selesai.

“okay, thankyou for today tiffany. Nice to see and know you.”

“yeahh. Me too. Well, kita bertemu lagi minggu depan taeyeon” tiffany kembali memberikan senyuman terindahnya pada taeyeon.

***

“Yoon bomi!!” dia mendengar suara berisik dari teman baiknya dari belakang sambil membereskan barang-barangnya dengan kesal. “yahh! Kenapa kau lama sekali jung eunji!? Aku sudah sangat lapar! Kau harus-” dia berhenti mengoceh saat dia lihat sahabatnya bersama orang lain.

“sorry. Ada sedikit masalah dengan audisi hari ini. ahh. Dia baekhyun kami bertemu saat audisi tadi, and baekhyun~ahh, dia bomi. My retarded friend and my lovely friend.” Jika tidak ada baekhyun disitu, bomi sudah pasti akan menghajarnya. Bomi memberikan silence glarenya pada eunji yang menertawakannya sebelum memberikan bow pada baekhyun. Dia berjanji akan menghajar eunji saat mereka hanya berdua karena membawa baekhyun saat ini. eunji tau kenapa bomi bertingkah seperti ini, eunji tau jika baekhyun adalah laki-laki yang disukai bomi.

“hi bomi. Nice to meet you today. Ahh, aku rasa aku harus duluan, teman-temanku menunggu dilapangan. Kita akan bertemu lain waktu, hangout together.” Baekhyun tersenyum sebelum pergi dari tempatnya.

“nice meeting you too.” Setelah melihat baekhyun menghilang dari pandangan, eunji melepaskan tawa puasnya pada bomi sambil memukul-mukul pelan lengan bomi. “yaa! bomi~ahh! Wajahmu seperti tomat sekarang!” ucap eunji disela-sela tawa lebarnya.

“YAHH! JUNG EUNJI! DAMN YOU! Kenapa kau tak memberitauku sebelumnya jika kau akan membawanya?” bomi merengek sambil mengacak-acak rambutnya.

“bomi~ahh, seharusnya kau berterima kasih padaku karena membawanya dan mengenalmu. Sudah berapa lama kau memendam suka padanya? Sudah waktunya kau melakukan sesuatu sebelum dia diambil alih. Hahahaha. Aku akan menceritakan ini pada taeyeon unnie.” Eunji masih tertawa tak tertahan sambil sesekali menepuk-nepuk pundak bomi.

Mereka mulai berjalan bersama, hari ini hari jumat dan mereka berencana akan hangout bersama ditempat taeyeon.

“ahhh! Why eunji~ahhh!? Kenapa kau membawanya? Aku belum siap bertemu dengannya, dan tadi. Damn! Jika dia tau aku sangat berisik, apa yang dia pikirkan?? Arrgghhh!” ucap bomi frustasi, dan sekali lagi membuat temannya tertawa keras.

“bomi~ahh! Berhenti bertingkah seperti itu! Kita lihat apa yang akan terjadi saat kita hangout dengannya nanti.” Bomi hanya menghela nafas. Tak tau apa yang akan dilakukannya selanjutnya saat bertemu lagi dengan baekhyun.

“tapi jika kau sangat berisik itu memang sudah menjadi rahasia umum bomi~ahh!” ucap eunji sambil berjalan cepat meninggalkan temannya yang sekarang benar-benar kesal dengan tingkahnya itu.

“YAHHH!” bomi berteriak sambil mengejar sahabatnya.

***

“yahhh! Kalian berdua bisa membunuhku jika seperti ini! kalian bukan anak kecil lagi, dan aku tak bisa menahan berat badan kalian” taeyeon berdiri menderita mendapat pelukan sangat erat dari kedua gadis itu.

“yeahh unnie, kau harus menyuruh adikmu berdiet, karena jika kau tau, dia sangat banyak makan dan-“ eunji berhenti saat dia melihat death glare dari sahabatnya.

“kalian berdua masih tetap sama ternyata.” sunny berjalan keluar dari ruangannya sambil menggelengkan kepalanya.

“hai sunkyu unnie!” bomi tersenyum memamerkan eyesmilenya. Taeyeon yang melihat itu membuatnya mengingat gadis yang belum lama dia temui. Taeyeon menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran itu.

Sebelum bomi bisa menghentikan temannya, eunji muali bercerita tentang bagaimana bomi dan laki-laki yang dia sukai. Dan bagaimana frustasinya bomi saat pertama kali bertemu karena tak ada persiapan. Dan mereka terus menggoda bomi. “bomi~ahh! Ingat, jangan lupa kau memperkenalnya pada unniemu! Aku perlu tau bagaimana dia, supaya aku bisa merelakan adik kesayanganku.” Goda taeyeon, bomi hanya menyembunyikan wajahnya dibalik bantal.

Mencoba mengalihkan topic, bomi bertanya tentang terapi yang diikuti unnienya, saat mereka berdua bercerita ditelpon dimalam sebelumnya.

“oh it’s good! Session yang diberikan sangat nyaman, I have good feeling about this.” Ucap taeyeon.

“good feeling? The session or the doctor? Ha?!” ucap sunny sambil menggoda taeyeon. Dan mendapat pukulan ringan darinya.

“who is the doctor unnie?” Tanya bomi penasaran.

“hmm. Tiffany Hwang. Why?” taeyeon bertanya balik.

“tiffany? Wait, tiffany hwang?” ucap bomi sedikit terkejut.

“yeahh. Aku tak begitu mengingat nama koreanya. Why? Kau mengenalnya?” taeyeon mengangkat alisnya bingung melihat reaksi dari bomi.

“dia sangat terkenal sebagai senior di sekolah! Dia selalu ada di Dean List tiap tahun, dan lulus dengan menjadi kebanggaan sekolah, aku dengar dia mendapat banyak tawaran pekerjaan dari berbagai perusahaan. Aku selalu ingin bertemu dengannya dan berbincang karena kita berada pada jurusan yang sama, tapi sulit karena aku tak begitu tau tentangnya.”

Taeyeon mengangguk, dia mendapat sedikit info tentang gadis itu. Pintar, baik, dan memiliki wajah yang cantik tak lupa, that beautiful eyesmile. “mungkin aku bisa membawamu bersamaku menemaniku mengikuti session darinya, jika dia mengizinkan.”

“ahhh!!! That’s good unnie! Kau memang unnie yang terbaik yang pernah aku miliki!” ucap bomi penuh semangat sambil memberikan aegyonya pada taeyeon.

“aigooo! This kid really cute! My cutie sister!” taeyeon mencubit pelan pipi bomi tak tahan melihat wajah lucu dari adiknya.

“yaahh! Kau sangat tidak adil. Bahkan aegyoku jauh lebih lucu darinya! Dan aku hanya mendapat pukulan jika aku memamerkan itu padamu! Cih!” sunny ikut berpartisipasi dalam perang aegyo dengan bomi karena merasa tak terima.

-tbc-

This Love [Chapter Three]

Chapter 3

Meninggalkan dan di tinggalkan adalah sebuah kata yang terlihat sederhana namun terasa sulit untuk bisa diterima

 

Heart-photography-6960592-2560-1920

Author POV

Perlahan yuri melangkahkan kakinya mendekati jessica yang  tertidur pulas di kamar mereka, di tatapnya wajah cantik jessica. Ia tak ingin melakukannya tapi sepertinya otak dan hatinya tak bisa berada dalam satu jalan.

Ia tak ingin menyentuh jessica, berusaha menahan segala gejolak dan keinginan itu, tapi nyatanya ia kalah melawan keinginan dirinya sendiri, dibelainya lembut pipi jessica sambil menghapus bekas air mata yang terlihat masih basah.

‘”eungh..  jangan pergi seobang jangan lagi” jessica bergumam lirih dalam tidurnya. Perih, itu lah yang kini ia rasakan melihat jessica yang terlihat begitu menderita.

yuri  merebahkan tubuhnya di samping jessica di tatapnya dalam wajah cantik itu, di usapnya lembut dari alis, kelopak mata yang tertutup, hidung, dan turun kebibir  tipis itu, dimana biasanya jessica sangat suka berceloteh manja padanya. Dan bibir yang selalu menjadi candu bagi yuri sendiri.

“bermimpi buruk huh? Bermimpi saat aku meninggalkan mu?” yuri tetap mengusap lembut pipi jessica “ jangan lagi baby, aku tak ingin kau menangis karena orang seperti ku. Hiduplah bahagia baby jangan buat kau tersiksa karena ku”.

Di kecupnya bibir tipis itu didiamkan nya bibirnya tetap menempel pada bibir jessica seketika  air mata itu keluar dari mata  yuri.

“maafkan aku sayang, maaf” ucap yuri lagi, lirih, sebelum di rengkuhnya tubuh jessica yang mengurus akhir2 ini, “satu malam ini saja ku mohon biarkan seperti ini tuhan ucap yuri dalam hati sebelum ia memejamkan matanya ikut tertidur di samping jessica sambil tetap memeluk tubuh jessica. Membiarkan malam ini kembali pada malam-malam sebelumnya saat yuri dan jessica sealu berbagi kehangatan pelukan seperti ini.

***

Jesicca POV

Kehangatan ini, aroma tubuh ini, sepertinya ini miliknya. Ya hanya Kwon yuri, aku terlalu menghapalnya.

Apa aku sedang bermimpi? Jika iya, biarkan aku terus seperti ini aku tidak ingin bangun, biarkan aku merasakan semua ini kembali. Kehangatan ini, pelukan ini dan rasa terlindungi ini, membuat ku semakin nyaman untuk memejamkan mata. Aku tak akan ingin terbangun jika selamanya akan tetap seperti ini. Aku tak akan mau meninggalkan mimpi indah ini. Betapa rindunya aku, tak bisa terpungkiri jika ternyata aku sangat merindukannya. Segalanya yang ada padanya membuatku sangat rindu.

Beberapa saat kemudian

Aku membuka mata ku meraba tempat tidur itu berharap aku bisa menemukan sosoknya, kembali tidur di sini bersama ku dan berharap apa yang aku rasakan tadi malam bukan hanya mimpi manis pelengkap tidur ku saja. Tapi saat ku alihakan mata ku kesamping KOSONG aku tak menemukan siapapun hanya ada frame foto itu yang tergelatak, foto ku dan yuri saat kami berlibur ke  Eropa. Di foto itu, kami berdua terlihat sangat bahagia, aku yang tertawa lebar dalam rangkulannya dan ia mengecup mesra pipi ku. Betapa manisnya moment kami berdua saat itu. Mengahabiskan waktu senggang kami berdua. Aku ingin kembai seperti itu. Tapi, kini aku tak yakin jika keinginan ini akan menjadi sebuah petasan yang indah.

aku hanya bisa menghela napas panjang tersenyum miris pada diriku sendiri, ku lihat jam, sudah menunjukkan jam 10 pagi aku segera beranjak dari tempat tidur ku dan membersihkan diri ku di kamar mandi.

Setengah jam kemudian aku melangkahkan kaki ku keluar kamar aku merasa lapar. Aku  sedikit bingung mencium aroma masakan yang menyeruak di ruangan ini. Apa ini karena aku begitu kelaparan sampai-sampai rasa-rasanya aku mencium aroma masakan disini?

Kaki ku melangkah semakin mendekati asal aroma masakan itu semakin mendekat ke pantry aroma itu semakin kuat tercium, namun ada hal yang membuat ku terkejut. Apa yang ku lihat kini di depan mataku membuat ku membelalakkan mata.
Yuri? Kwon yuri? Dia disini sepagi ini? Apa aku salah lihat.

Aku pun semakin mendekatkan diriku padanya “yul kau kah itu?” tanyaku pada orang itu.

Dan benar itu adalah yuri, dia memalingkan wajahnya  yang tadi sedang terfokus pada peralatan masak  yang ada di hadapannya. Kini ia menatap ku dan tersenyum hangat.

“selamat pagi baby..” dia menyapaku dan mematikan kompor itu mengambil piring besar sambil terlihat sibuk menyajikan masakannya, “aku sudah menyiapkan nasi goreng kimchi kesukaannmu, duduk lah” ia memerintah ku dan seolah tersihir seperti orang bodoh, aku melangkahkan kaki ku ke meja makan kini aku duduk dan menghadap padanya. Memandang punggung indahnya dari belakang.

lidah ku terasa kelu, masih sangat terkejut. Ia kini di hadapan ku menyiapkan makan untuk ku, dan ya! Tadi malam aku berarti tidak bermimpi, saat aku merasakan ia sedang memelukku. Aku menggelengkan kepala ku berusaha menyadarkan diri ku sendiri untuk tidak berlebihan menjabarkan sesuatu yang belum tentu terjadi tadi malam. Jangan membuat ku gila yul. Apa sekarang aku masih berada dalam dunia mimpi? Dunia fatamorgana yang susah untuk dipercaya?

“kau kenapa hmm? Seperti tampak bingung sekali” yuri kini berdiri  tepat dihadapanku, di dekatkannya wajahnya dengan wajah ku, menatap mataku seperti biasa penuh kehangatan.

Aku masih diam tak menjawab pertanyaannya. Tak bisa ku pungkiri aku terkejut dan tak bisa kupungkiri juga dada ku  terasa berdegup kencang sama seperti pada awal aku  menyukainya dulu, harusnya hal ini sudah tak ku rasakan lagi karena sudah 4 tahun kami menjalin hubungan cinta. Tapi mengingat semua yang terjadi dengan hubungan kami akhir-akhir ini, wajar rasanya jika aku merasakan hal itu lagi.

Kini ia mengusap pelan bahu ku “sica kau baik-baik saja kan?” tanyanya. Dan kini wajahnya semakin mendekat, selanjutnya menempel kan dahinya ke dahi ku. Tuhan kal ini apa lagi Kwon yuri isshh.

aaa..annniyoo yul aku baik-baik saja” jawab ku gugup dan menatap wajahhnya yang terasa amat dekat dengan ku sampai-sampai aku bisa merasakan hembusan napasnya.

“baiklah, kalau begitu mari kita makan princess aku yakin kau sangat lapar “ yuri menegakkan tubuhnya, berjalan pelan dan duduk berseberangan dengan ku. Dia tersenyum dan menuangkan makanan itu ke piring sebelum memberikannya pada ku.

“makan lah jangan kebanyakan melamun” tegur yuri lagi, entah aku seperti robot yang kini menuruti semua perintahnya. Perlahan-lahan sesuap demi sesuap aku memakan sarapan pagi ini, aku masih seperti orang bodoh bahkan aku dan dia masih sibuk dengan kegiatan makan kami masing-masing. Bisa dibilang situasi ini sangatlah canggung untuk kami. Rasanya aku ingin pergi dari sini, tapi saraf motorikku tak mengizinkannya. Aku ingin menghindari kecanggungan ini. Tapi tak tau harus berbuat apa.

Aku masih mencuri pandang padanya dan saat aku masih menikmati wajahnya, yuri  seolah tau,  kini ia balas menatap ku, sontak hal itu membuat ku tersedak.

“uhuuuk..uhuk..uhukkk” aku terbatuk, tersedak makananku sendiri dan membuat yuri segera berdiri dan mengambilkan air putih untuk ku.

“isshhh kau ini kenapa sampai tesedak seperti ini?” raut muka yuri kini terlihat khawatir dan ia mengusap-usap bahu ku seolah hal itu dapat bisa mengurangi rasa sakit di tenggorokan ku.

“sudah reda?” tanyanya saat aku sudah tak terlalu terbatuk lagi, aku hanya mengangguk.

Yuri tiba-tiba menepuk pelan kepala ku “ babo” ucapnya singkat sebelum membersihkan meja makan dan membawa semua peralatan makan yang kotor itu ke tempat pencucian piring.

***

Normal POV

Yuri  mulai mebersihkan piring-piring yang kotor tadi, sementara jessica masih duduk dan memandangi punggung yuri. Jessica sangat menikmati moment seperti ini, baginya punggung yuri adalah punggung terbaik yang pernah ia tau.

Perlahan jessica menggerakkan kakinya melangkah mendekati yuri yang terlihat berkonsentrasi dengan kegiatannya, entah apa yang ada di pikiran jessica kini tiba-tiba saja ia memeluk yuri dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggang ramping yuri dan menyandarkan kepalanya di punggung belakang.

Yuri yang merasakan pelukan tiba-tiba itu pun merasa terkejut dan seketika menghentikan kegiatannya tadi, namun ia tak bisa menampik begitu saja pelukan jessica, bagaimanapun hal ini salah satu moment yang ia rindukan selama kurang lebih setahun ini.

Back Hug seperti ini adalah salah satu hal yang sering jessica lakukan pada yuri dulu, ia selalu merasa nyaman saat menyandarakan kepalanya di bahu yuri.

Sesaat yuri tersadar, “sica apa yang sedang kau lakukan” tanya yuri pelan sambil melepaskan tangan jessica yang melingkar di pinggangnya.
jessica menghela napasnya “hannya memeluk kekasih ku, apa itu tidak boleh?” tanya jessica yang kini menatap mata yuri dalam
yuri pun menggeleng “tak ada yang salah sica tapi..”

“tapi apa Kwon Yuri? Kenapa kau seolah menolak ku?” tanya jessica yang terlihat sedih.
Yuri pun menggigit bibir bawahnya, ia kini bingung akan mengutarakan jawaban seperti apa pada jessica, yuri hanya bisa menundukkan kepalanya.
“jawab aku yuri~ahh. jawab..” jessica menaikkan nada suaranya “ selama in aku sudah menahan semuanya yul, aku menahan diri untuk tidak bertanya, apa yang membuat mu berubah pada ku, aku menahan diri ku sebisa mungkin yul” ucap jessica masih terdengar nada emosi sebelum ia menarik napasnya dalam.
“kau mungkin tak pernah mengerti yul seberapa aku merindukanmu, seberapa aku tersiksa dengan semua perubahan ini, setiap aku menyendiri, yang kulakukan hanya menangis. Dan bodohnya tangisan itu karena aku sangat merindukanmu! kau hampir membuatku gila Kwon yuri! “ Jessica diam sejenak sebelum kembali berucap.

Kembali di tatapnya wajah yuri  “aku tidak pernah bertanya yul, aku tidak pernah melakukan protes pada mu, aku sengaja mendiamkan mu dan semua perubahan ini karena aku yakin kau akan kembeli seperti dulu yul. Kwon yuri ku yang bodoh tapi penyayang, Kwon yuri ku yang selalu ada untuk ku, Kwon yuri yang selalu memeluk ku hangat, Kwon yuri ku yang tidak pernah lelah menghibur ku saat aku dalam kesedihan, Kwon yuri ku yang selalu menjadi penyemangat ku, bahkan Kwon yuri yang selalu bisa membuat ku ingin berada di dekatnya. Selamanya!” jessica pun tak bisa menahan air matanya untuk tidak terjatuh “aku rindu itu yul sangat merindukan semua hal yang ada dalam dirimu.” ucap jessica pedih.

Yuri hanya bisa berdiri terpaku. Untuknya, membuat jessica menangis adalah hal yang paling ia benci, melihat jessica yang begitu tersakiti seperti ini membuat yuri mengumpati dirinya sendiri, yuri pun mengepalkan tangannya menyalurkan segala kesalnya.

“jika kau merasa tersiksa dengan ku, maka pergi lah sica cari kebahagian mu.” Yuri menarik napas panjang sesaat “ aku tak akan pernah bisa membahagiakan mu”

Ucapan yuri langsung membuat Jessica menatap tajam dirinya, mecari kebenaran dalam setiap ucapan yuri. Matanya memerah padam. Masih dengan segala emosi yang memuncak diubun-ubun. Apa yang yuri ucapkan barusan membuatnya harus bertengkar dengan hati. Bertengkar dengan otaknya. Sangat menyakitkan. Bendungan sudah benar-benar pecah didalam jiwanya.

***

“unnie kenapa dorm sangat sepi kemana yang lain? aku bosannnnn…” yoona menghampiri hyoyeon yang kini sedang membuat sandwich untuk sarapan paginya.
hyoyeon memalingkan wajahnya dan tersenyum pada yoona yang terlihat menyandarkan kepalanya pada meja makan, “hmmm.. taeyeon dan tiffany pagi-pagi sekali sudah pergi yoong mereka bilang ingin mengantar si hitam itu ke dokter hewan. Yuri dan Jessica mereka, entahlah dari semalam aku tak mendapat kabar dari mereka, sooyoung masih tidur di kamarnya sepertinya iya sedang bertengkar dengan sunkyu” ucap hyoyeon seolah berbisik pada yoona. “Dan kekasih mu dia ada jadwal kuliah bukan pagi ini?” Tanya hyoyeon dan di jawab anggukan oleh yoona.

“huuhh.. mereka sibuk masing-masing. Menyebalkan” ucap yoona lemah dan sambil mengerucutkan bibirnya.

Hyoyeon yang sudah selesai masak pun melangkah mendekati yoona di meja makan sambil membawa sepiring sandwich yang baru ia buat. “sudah jangan banyak mengeluh makan lah, ini akan menghilangkan rasa bosaan mu” ujar hyoyeon sambil mengusap kepala yoona lembut.

“aaahhh mommy hyoo kau memang selalu mengerti apa yang ku mau hehehe… sandwich ini enaaakkk…” ucap yoona riang sambil memakan makanannya dengan penuh semangat hyoyeon hanya menggeleng melihat tingkah dongsaeng nya ini yang terlihat sangat mengerikan dan seperti monster jika melihat makanan apapun di hadapannya.

Saat yoona asik memakan sandwich nya, dengan refleks cepat ia menangkupkan kedua tangannya ke piring itu seolah melindungi makanan yang ada di hadapannya, kau tau kenapa yoona melakukan itu? Karena kini ada seorang shiksin lagi yang sudah mendekati meja makan dan duduk di hadapan yoona dan yoona tak ingin santapan lezatnya di rebut seperti biasa oleh Shiksin itu.

“eh tumben sekali tidak langsung merebutnya” ucap yoona pelan sambil memandang ke arah sooyoung yang kini duduk di depannya sambil meyandarkan kepalanya ke meja terlihat tak bersemangat.

“unnie kau baik-baik saja kan?” tanya yoona yang melihat sikap tak biasa membernya ini.

Sooyoung pun mengangkat kepalanya dan menggeleng pelan “aku baik2 saja yoong” jawab sooyoung tanpa semangat.

“jujur lah kau pasti sedang ada masalah kan? Kau bertengkar dengan sunkyu unnie?” tanya yoona lagi penasaran dan kini hanya di jawab dengan anggukan lemah oleh sooyoung

“hmmm.. baiklah cerita kan padaku unnie siapa tau aku bisa membantumu” ucap yoona pelan.

“aku tidak mengerti seberapa besar kesalahan ku yoong hwaa” jawab sooyoung sambil merengek.
sooyoung akhirnya menceritakan dari awal saat ia sedang berjalan-jalan ke taman dekat  dorm mereka, dia yang sedang menghirup udara malam sambil menunggu sunny yang pulang dari jadwal syutingnya. Saat sooyoung sedang asik menghirup udara bebas itu tiba-tiba hyesung menghampirinya dan memulai pembicaraannnya tentang masa lalu mereka sampai pada hyesung yang mencium sooyoung dan entah mengapa bukannya menolak tapi sooyoung malah membalas ciuman dari mantan kekasihnya itu, sampai pada akhirnya sunny melihatnya dan marah besar dengan sooyoung.

Saat sooyoung menceritakan semua itu, ia merasakan sebuah benda keras mendarat di dahinya “YA!!! Appo babo” ucap sooyoung dengan suara tinggi menatap tajam yoona yang menjadi tersangka utama pelemparan garpu kecil itu yang mendarat di kening sooyoung meninggalkan bekas merah.

“siapa suruh bersikap bodoh seperti itu unnie?” ucap yoona santai

“ini namanya kekerasan dalam rumah tangga bodohh.. aisshh kau dan taeyeon tak ada bedanya suka sekali menyiksa ku saat aku sedang bersedih gundah gulana seperti ini” ucap sooyung dengan kata-kata berlebihan.

“yaa..yaa.. berhenti berbicara seperti itu, kau menjiikan tau” ucap yoona sambil melotot, berpura-pura akan memukul sooyoung.

“kalau aku jadi sunny unnie aku tak akan hanya berlari dan menangis tapi aku patah kan dulu kaki hyesung oppa dan juga melemparkan mu ke sungai han” ucap yoona memasang tampang seriusnya

Sooyoung pun hanya menelan ludahnya mendengar kata-kata yang yoona ucapkan “ kau bahkan lebih brutal dari si kecil itu” kata sooyoung sambil memasang wajah takutnya.
ya bisa di bilang yoona adalah orang yang paling anti tentang kata perselingkuhan, baginya berselingkuh itu adalah hal yang sangat jahat yang di lakukan orang lain pada pasangannya.

“ada apa dengan wajah kalian berdua.. ommo sooyoung~ahh ada apa dengan kening mu?” hyoyeon yang baru saja kembali ke dapur dari kamar mandi pun memecahkan keheningan antara sooyoung dan yoona dan terkejut saat dilihat kening sooyoung memerah.

“gara-gara anak nakal itu unnie hwaaaaa” rengek sooyoung sambil memeluk pinggang hyoyeon.

Hyoyeon yang bingung pun menolehkan kepalanya pada yoona “ kau apakan dia yoong.. aigoo  kalian seperti ini anak kecil saja, berebut makanan lagi?” tanya hyoyeon sambil mengusap pelan kening sooyoung yang masih memerah.

“tanyakan saja pada si bodoh itu” ucap yoona yang masih kesal, kini tatapan hyoyeon pun beralih ke sooyoung yang masih menyandarkan kepalanya di perut hyoyeon.
“ada apa youngie~ahh? kenapa yoona jadi telihat kesal seperti itu pada mu hmm?” tanya hyoyeon

Sooyoung pun menghela napas panjangnya sebelum berbicara pada hyoyeon “kemarin sore saat aku menunggu sunny di taman dekat dorm tiba-tiba hyesung oppa muncul di hadapan ku dan ia seperti biasa meminta ku kembali, dan detik selanjutnya ia mencium ku dan dengan bodohnya aku malah membalas ciumannya. Dan kau tau sunny melihat langsung semua itu.. Begitulah kira2”sooyoung kembali mengulang kejadian itu kesekian kalinya dengan member yang berbeda.

Tuk! Kini giliran hyoyeon yang mendartkan jitakannya pada sooyoung walaupun tak sekeras taeyeon dan tak sesakit lemparan garpu kecil milik yoona tetapi itu berhasil membuat sooyoung semakin kesal dengan sikap para membernya.

“ya!!! Kali ini kau…” tunjuknya pada hyoyeon, melepas pelukannya dari hyoyeon dan mengusap kepalanya “ kalian jahat sekali padaku, tadi malam taeng sudah menjitak ku dengan keras, pagi ini anak itu yang melempar ku dengan garpu sialan ini dan sekarang giliran mu.. kalian keterlaluan pada ku, memang hanya tiffany yang bisa bersikap lembut pada ku dan mengerti aku..” omel sooyoung kesal pada hyoyeon dan yoona hal itu pun membuat duo anggota prangster itu tersenyum usil pada sooyoung

“salah mu sendiri bersikap bodoh” ucap hyoyeon santai ia pun kini menatap sooyoung dengan mata usilnya “ apakah hyesung oppa adalah good kisser sampai kau bisa terlarut sepert itu youngie~ahh?” tanya hyoyeon setengah berbisik, sengaja menggoda sooyoung.

Sooyoung pun langsung menggelengkan kepalanya, terlihat kekanakan “ NO.. my bunny is the best kisser tak ada yang lain” ucap sooyoung kekanakan hal itu pun membuat hyoyeon dan yoona tertawa melihat tingkah sooyoung.

“good kisser didorm ini tak lain dan tak bukan adalah taeyeon unnie. Walau dia belum pernah tersentuh bibir orang lain selain tiffany unnie. Tapi aku akui, jika kim taeyeonlah pemegang title itu.” Celetuk yoona disertai anggukan dari hyoyeon.

“bocah itu! Kenapa dia terkenal sekali?” ucap sooyoung.
“lalu kenapa kau bisa membiarkan dia mencium mu huh? Bahkan parahnya lagi kau membalasnya. Kau ini benar-benar.. isshh” hyoyeon memotong pembicaraan sambil menggelengkan kepalanya.

“selesaikan dengan baik-baik dan akui kesalahan mu jika kau tak ingin masalah semakin larut sooyoung~ahh saran hyoyeon sambil menepuk pelan kepala sooyoung dan sooyoung pun hanya membalas dengan anggukan lemah.

“aku sudah berusaha, tapi sunny  tak mau mendengarkan ku bahkan pagi-pagi sekali dia sudah meninggalkan dorm.. bagaimana ini “ kata sooyoung lemah memasang wajah memelasnya.

“biarkan sunny meredam emosinya dulu setelah itu kau coba bicarakan padanya, kau harus bisa meyakinkan sunny bahwa semua itu hanya salah paham dan kau tak ada perasaan apapun lagi untuk hyesung oppa. Yang terpenting kau mengakui kesalahan mu dan bisa membuktikan pada sunny untuk tidak mengulanginya lagi” saran hyoyeon lagi yang di tanggapi anggukan oleh yoona juga.

“benar yang hyoyeon unnie katakan kau harus mengakui kesalahan mu dan benar-banr membuktikan untuk tidak mengulanginya lagi, jika kau mengulanginya lagi aku yang akan turun tangan langsung menempelkan bibir mu kesepatu sunny unnie.” Kata yoona dengan suara yang mengancam sooyoung.

“isshh.. kau keturunan penjagal ya?? Kenapa ucapan mu sebrutal itu.. aigoo kau menyeramkan yoong~aahh~~”  kini sooyoung memasang wajah kekanakannya pada yoona yang membuat yoona tersenyum menang.
“makanya jangan macam-macam” ucap yoona sambil mengangkat sedikit dagunya, berlagak bangga pada diri sendiri.

“aku yakin jika taeyeon unnie akan melakukan hal yang sama padamu, bahkan mungkin lebih kejam dariku. Apa kau mau?” lanjut yoona.

“cihh bergaya sekali kau.. aku diam karena memang aku salah tapi saat aku tak salah dan kau memperlakukan ku seperti itu lagi akan ku habisi kalian berdua!” ucap sooyoung kesal dan hanya di balas tawa oleh hyoyeon dan yoona.

***

“apa kau bilang yul?” tanya jessica menatap tajam yuri. Kini keduanya saling menatap satu sama lain.

“pergilah jessica jung dan cari kebahagiaan mu aku tak bisa membuat mu bahagia” ulang yuri lagi, sulit bagi yuri mengeluarkan kalimat itu pada jessica tapi ini adalah kesempatan baginya untuk berpisah dengan jessica meskipun itu sangat berat.

Jessica memejamkan matanya dan mengepalkan tangannya erat. Iya menaraik nafas panjang “ katakan bahwa kau sudah tak mencintai ku Kwon yuri” ucap jessica berusaha setenang mungkin menahan amarah nya.

“lihat aku ketika aku bicara padamu kwon yuri!!! Lihat aku!!” ucap jessica dengan penuh emosi

“iya!! Aku sudah tidak mencintai mu lagi. Tidak lagi jessica jung soo yeon!!” jawab yuri dengan tak kalah membentak jessica

Sakit,pedih, kecewa, bingung semua yang jessica rasa kini bercampur aduk. Namun jessica bertahan ia berusaha setenang mungkin dan menahan air mata itu jatuh, ia tak ingin terlihat lemah yang nyatanya memang ia sangatlah lemah dan rapuh. Ia tak ingin terlihat cengeng bagaimanapun rasa kesal di hati jessica menumbuhkan rasa gengsi pada dirinya untuk tak terlihat lemah di mata yuri.

“ucapkan sekali lagi yul” pinta jessica dengan suara bergetarnya menahan amarah, tetap di tatapnya tajam wajah yuri

Yuri menghela napasnya dalam “ aa..aku sudah tak mencintai mu lagi jessica jung ku minta kau pergi dan cari kebahagian mu pada orang lain bukan aku.” Meskipun itu sangat menyakitkan bagi yuri tapi ia tak ada pilihan lain.

Namun tanpa di duga jessica memajukan tubuhnya mendekat yuri menarik tengukuk yuri dan merapatkan bibirnya pada yuri. Ciuman kali ini bukan lah ciuman manis yang biasa mereka berdua bagi, ciuman kali ini adalah ciuman kemarahan, kekesalan dan kekecewaan yang menjadi satu.

Jessica menahan tengkuk yuri untuk tetap menempelkan bibirnya dan bibir yuri, di lumatnya bibir yuri kasar. Yuri berusaha melepaskan ciuman jessica tapi entah kenapa kali ini tenaga jessica seoah lebih kuat darinya.

“hmmppfftt… si..mmptt.. lepaskan” ucap yuri di sela ciuman itu namun jessica tak memperdulikan permintaan yuri rasa kesal dalam hati semakin membuatnya memperdalam ciuman itu. Yuri pun seolah terbawa dan kini tak lagi memberontak ia seakan terbawa saat jessica melakukan ciuman itu padanya.

Sesaat setelah ciuman yang cukup panas antara keduanya jessica pun melepaskan perlahan ciuman itu perlahan membuka matanya dan menempatkan tangannya tepat di jantung yuri.

Jesisica tersenyum sinis “bahkan ini masih sangat berdetak kencang saat kita berciuman kwon yuri” ujarnya sambil menatap dalam mata yuri “dan kau mengatakan kau sudah tak mencintaiku huh?” jessica menggeleng “tidak! Kwon yuri kau bisa membohongi orang lain tentang perasaan mu tapi tidak dengan ku, kau adalah pembohong yang buruk soal cinta Kwon yuri”.

Kata-kata jessica pun membuat yuri menelan ludahnya bodoh kenapa kau tak bisa menutupinya yuri~ahh? rutuknya pada diri sendiri.

“tapi tenang aku akan mengikuti permainan mu yul, apa yang kau mau akan aku turuti. Tapi jangan harap aku mau melepaskan mu saat kau benar-benar tak yakin pada ucapan mu sendiri bahwa kau sudah tak mencintaiku” ucap jessica tenang sembari meninggalkan yuri yang masih berdiri kaku dan merutuki kebodohan yang lagi-lagi kalah untuk menahan keinginannya saat harus menghadapi jessica. Sebisa mungkin ia menahan emosinya, tapi semua itu gagal. Ia menginginkan perpisahan yang ternyata keinginan itu menjadi keinginan palsu baginya. Sangat mustahil ia bisa memutuskan hubungannya dengan Jessica. Semata-mata hanya Jessica lahh sumber cinta baginya.

 

***

Malam hari di dorm SNSD

miyoungie~~~  aku tak bisa tidur lagi” tubuh mungil itu masuk kedalam kamar kekasihnya sambil membawa boneka kesayangannya. Wajahnya terlihat sangat kekanakan.

Tiffany yang sebenarnya baru ingin memejamkan matanya pun sontak membuka matanya saat mendengar suara bernada manja itu, iya tersenyum dan menepuk ranjang seolah memberi perintah pada kekasihnya untuk merebahkan tubuh mungil itu di sampingnya.

Dengan segera taeyeon pun merebahkan tubuhnya di samping tiffany tanpa kata-kata ia memeluk erat tubuh kekasihnya.

“kenapa tak bisa tidur lagi sayang?” tanya tiffany dengan suara lembut dan hanya di jawab gelengan kepala oleh taeyeon.

Taeyeon pun mengeratkan pelukannya pada tiffany, berusaha memejamkan matanya dalam dekapan kekasihnya “ usap bahu belakang ku dan tidurkan aku ppany~ah” pinta taeyeon.

Tiffany pun menuruti permintaan taeyeon dan mengusap lembut bahu taeyeon sambil sesekali mendaratkan kecupan-kecupan ringan pada taeyeon. Menghirup aroma rambut taeyeon yang sangat ia sukai, ikut memejamkan matanya bersama taeyeon. Tak lama taeyeon pun memejamkan matanya dalam pelukan tiffany.

Tiffany selalu tau apa yang membuat taeyeon bisa merasa nyaman dan itu yang membuat taeyeon tak bisa melepaskan dirinya pada tiffany perlakuan kecil tiffany selalu berhasil membuat taeyeon jatuh dalam kesempurnaan hidupnya.

Jam menunjukkann sudah jam 3 pagi taeyeon merasakan getaran di sebelahnya ia berusaha mengabaikan namun semakin diabaikan semakin getaran itu mengganggu taeyeon, karena tak ingin kekasihnya ikut terganggu taeyeon pun melepaskan dekapan tiffany padanya mengambil benda kecil itu dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

yoboseo..” suara taeyeon yang masih mengantuk pun terdengar serak.

“taeyeon bisakah kau membantu ku?” jawab suara di seberang sana sesaat taeyeon mengangkat telpon darinya.

“ apa oppa,, kau tak lihat ini jam berapa bahkan aku baru tertidur satu jam yang lalu kau tau?” tanya taeyeon kesal

“mianhe.. taeyeon~ aahh. Aku tak tau lagi meminta tolong pada siapa jika bukan kau” jawab lelaki itu.

“hmmm kali ini apa?” jawab taeng malas.

“wooyoung mabuk di bar dan ia tak mau di bawa pulang taeng, dari tadi juga di menyebut-nyebut nama mu. Aku bingung harus bagaimana membujuknya untuk pulang” tutur nickhun.

Ya kini nickhun dan wooyoung berada di salah satu bar ternama di korea, mereka menghabiskan malam dengan berpesta. Dan seperti biasa wooyoung mabuk dan sangat sulit untuk membujuknya pulang.

Hanya taeyeon yang mampu membujuk wooyoung pulang, bisa dikatakan meskipun status mereka adalah mantan kekasih tapi wooyoung sampi detik ini selalu menuruti segalanya yang taeyeon minta.

“hmm araa.. aku akan kesana. Di bar biasa kan? Tanya taeyeon sembari melangkahkan kakinya keluar kamar mandi mendekati kekasihnya yang masih terlelap tidur.
“ya tempat biasa taeng” jawab nickhun, tanpa basa basi taeyeon pun menutup sambungan telponnya sembari membenarkan posisi selimut tiffany dan mencium lembut kening tiffany.

Ia keluar kamar dan memakai hoodie pink yang di hadiahkan tiffany padanya, menyambar kunci mobil dan meninggalkan dorm ke bar yang sudah di sebutkan nickhun.

 

TBC

Say Thank you so much buat sang author Tante Epaaaa yg semangat update ^^

This Love [Chapter Two]

Heart-photography-6960592-2560-1920

 

 

Aku masih di sini untuk menunggu.. dan selalu bersabar untuk bisa merasakan hangat mu kembali.

 

Hening
seketika suasana yang hangat dan penuh keceriaan antara taeyeon dan yuri tadi langsung berubah menjadi hening.
kata-kata taeyeon tadi sontak menyadarkan yuri akan kehadiran seseorang  yang nyaris tak ia perdulikan kehadirannya akhir-akhir ini.
“yuri~ahh, kau baik-baik saja?” tanya taeyeon ragu saat melihat ekspresi wajah yuri yang terlihat tegang.
yuri tak bersuara hanya anggukan yang ia lakukan, gesture tubuh yuri yang seolah tidak nyaman itu pun membuat taeyeon reflek untuk mengusap punggung yuri.

Taeyeon, ya dia sangat tau apa yang baru saja ia ucapkan, menimbulkan sesak bagi membernya ini,  sebagai leader ia sangat tau bagaimana karakter yuri maupun member lainnya.
yuri yang terlihat lincah dan sedikit autis, humoris dan sangat ceria jauh di dasar dirinya adalah orang yang sangat rapuh dan sangat sensitif, apa lagi itu berhubungan dengan cinta.
yuri akan menjadi sosok yang paling lemah dan menyedihkan jika sudah menyangkut dengan hal-hal yang berhubungan dengan hati, bisa dibilang hampir sama dengan taeyeon.
hanya saja taeyeon masih sangat mampu untuk menyembunyikan semua itu dibalik sifatnya yang dork dan selalu ceria. Berbeda dengan yuri ia terlalu sulit untuk bisa menahan dirinya ketika ia harus mengahadapi hal yang menyangkut perasaan. Seperti contohnya adalah cinta.

“mianhe yuri~ahh tak seharusnya aku membicarakan hal ini saat kau lelah seperti ini” lanjut taeyeon.
yuri pun mengarahkan pandangannya menghadap taeyeon yang duduk di sampingnya, ia menggeleng dan tersenyum pada leadernya.
“aniyo taeng, ini bukan salah mu wajar jika kau mengatakan itu” yuri menghela nafas sejenak
“tapi aku rasa aku sedang tidak ingin membicarakan hal ini dulu tae, aku harap kau mengerti” lanjut yuri yang kini sudah mulai berdiri.
“aku rasa sudah terlalu larut, aku lelah, aku ingin tidur dulu. Dan juga lebih baik kau segera pergi untuk tertidur.” yuri pun meninggalakan taeyeon sendiri di ruang tengah itu dan masuk kedalam kamarnya.
“mianhe yuri~ahh, aku tau ini semua karena diriku” lirih taeyeon

***

Author POV
Pagi ini dorm SNSD terlihat lenggang masing-masing member sudah pergi untuk melakukan kegiatan mereka, yang tersisa saat ini hanya yuri yang baru saja terbangun dari tidurnya.
“jam sepuluh ya? Hmmm..” yuri menguap, “sepi sekali.” yuri pun bangkit dan pergi keluar kamar.
melangkahkan kakinya ke pantry  namun seketika  yuri terkejut melihat seseorang yang terlihat duduk di meja makan membelakanginya dan terlihat asik larut dalam dunianya sendiri sampai tidak menyadari bunyi pintu kamar yang yuri tutup tadi.
“sica” tegur yuri singkat menyebut namanya, yuri sangat hapal sosok itu. Entah akan di lihat dari mana pun ia sangat tau jessica meski ia membelakanginya seperti ini.
jessica pun langsung memalingkan wajahnya menghadap ke sosok yang kini berdiri tak jauh dari belakangnya.
“yuri~ahh” jawab sica singkat sambil menunjukkan senyum termanisnya untuk yuri.
yuri pun melanjutkan langkahnya mendekati refrigerator, mengambil air minum dan meneguknya secara cepat.
sica tak bergeming, ia bingung ingin melakukan apa pada yuri. Sendirinya bahkan takut jika yuri kembali menanggapinya secara dingin seperti biasanya. Kini yang dia lakukan hanya memandang sosok yuri yang kini berdiri membelakanginya.
setelah selesai minum yuri pun menatap jessica yang terlihat bermain dengan handphonenya.
“kau tak ada schedule hari ini?” yuri bertanya
sica yang sedikit kaget mendengar yuri memulai pembicaraan pun akhirnya menatap yuri lama, entah apa yang ada di pikiran jessica ia merasa bimbang ia merasa senang yuri memulai pembicaraan dengannya.
“aa..aniyo.. tak ada, kau sendiri?” Dengan ragu akhirnya jessica pun bertanya kembali pada yuri.
yuri hanya menjawab dengan gelengan.
“ tidak. hari ini aku juga free. Kalau begitu, aku kembali ke kamar. Aku masih ingin melanjutkan tidurku. Rasanya masih sangat lelah.” yuri pun langsung melangkah ke kamarnya meninggalkan jessica yang tak melepaskan tatapannya pada punggung yuri, ingin rasanya ia berlari dan memeluk yuri hanya untuk mengucapkan aku merindukan mu atau selamat beristirahat seobang tapi entah jessica kini merasa tubuhnya menjadi kaku dan ada sedikit rasa takut jika ia melakukan itu pada yuri . PENOLAKAN. Ya satu kata itu yang paling ia benci dalam hidupnya, jessica sangat benci ketika ia ditolak dan diabaikan. Kini yang bisa ia lakukan hanya tetap duduk dan menatap punggung yuri yang pergi menjauh dan semakin menjauh dengan tatapan kerinduan.
“apakah hal sekecil itu begitu sulit bagi mu kwon yuri?” ucap jessica lirih.

***

Tiffany POV
uhhh… kenapa siang ini begitu panas tak seperti biasanya, di tambah lagi tadi aku harus melakukan pemotretan ditempat terbuka. hufftt..
aaaahhh… tidak..tidak tiffany kau tidak boleh mengeluh, kau harus bisa mensyukuri semua yang kau dapat sekarang, karena diluar sana sangat banyak orang yang bermimpi bisa menjadi seperti mu sekarang ini.
aku  masih mengendarai mobil ku menyusuri jalanan menuju studio musik menjemput kekasih ku yang dari tadi merengek memintaku menjemputnya.

Kekasih ku itu  entah kenapa selalu saja mempunyai banyak cara untuk menarik perhatian ku , itu yang sampai saat ini membuat ku tak bisa melepaskannya begitu saja. dia pernah mengatakan padaku bahwa moodnya akan berbeda jika ia bersama ku. Dengan dia yang tidak sedang bersama ku. Seolah terbawa suasana, aku pun memiliki perasaan yang sama dengannya. Aku tak bisa tenang walau hanya sebentar berpisah darinya , jika ia tidak bersama ku setidaknya ia menghubungi ku sekedar  memberitahukan apa yang dia lakukan dan apa dia sudah makan atau belum itu sudah cukup membuat ku tenang dan juga senang. Entah lah ini terdengar berlebihan memang, tapi mungkin itu lah yang di namakan saling KETERGANTUNGAN antara kami berdua. Aku dan dia. Tiffany dan Taeyeon.

Bersikap tenang, bertanggung jawab dan rela mengorbankan dirinya demi para membernya itu lah Kim Taeyeon yang aku kenal sampai saat ini. Sekali pun ia sangat sering, bahkan hampir tiap hari bersikap kekanakan tapi kau akan menemukan sisi seorang leader jika itu berhubungan dengan para  membernya ia akan bersikap seperti seorang ibu, kakak dan juga penuh tanggung jawab ketika para membernya terlibat dalam sebuah masalah. Seprti contohnya saat dulu aku terlibat sedikit konflik dengan jessica, ia tak segan-segan memarahi ku sekalipun aku kekasihnya karna memang itu adalah kesalahan ku dan seperti yang kau tebak aku tidak akan berani padanya jika ia sudah marah. Karena jika hal itu terjadi maka itu adalah masalah yang benar-benar sudah keterlaluan baginya. Masalah kecilpun jika itu menyangkut group, dia akan tetap turun tangan. Dia memiliki karisma untuk itu. Tampak luar hanyalah topeng untuknya, tapi didalamnya, tersimpan banyak sekali kotak yang tertutup rapat, dimana kotak tersebut tersembunyi banyak sekali secret tentangnya.
Kini mobil ku sudah dekat dengan studio dimana kekasihku berlatih untuk bernyanyi. Tanpa perlu aku masuk ia sudah menyambut ku dengan dork laugh nya. Ia  terlihat seperti anak-anak dengan stylenya sekarang. Mengenakan T-shirt Iron man, celana hot pants berbahan jeans dan menggunakan topi yang sengaja di balik kebelakang. Cute. Hanya itu yang bisa terlintas di pikiran ku.
mobil ku pun segera menghampirinya, ia berlari kecil kesebelah kanan sisi mobilku dan masuk masih tetap dengan tawa kecilnya, duduk disebelahku.
chu~~  ia memberikan ku kecupan ringan di pipi , aku membalasnya dengan senyuman dan langsung menjalankan  mobil ku.
“apa perlu aku yang menyetir? Kau terlihat sangat lelah hari ini” taeyeon mengelus bahu ku lembut dan menunjukkan raut khawatirnya pada ku.
aku pun terpaksa memalingkan pandanganku sejenak untuk menatapnya dan balas menggenggam tangannya, “tidak sayang aku tidak lelah, lagi pula aku tidur tepat waktu tadi malam” aku menghela napas ku pelan “ memangnya kau! yang bahkan tidak tidur dari kemarin malam sampai saat ini” aku menunjukkan ekspresi seolah sedang marah dengan ekspresi cemberut.
“mian tapi tadi malam insomnia ku kambuh” taeyeon kini membelai lembut pipiku. Skinship yang paling aku suka dalam hubungan kami.
“aku tau. Tapi kenapa kau tidak membangunkanku, tau begitu aku bisa menemanimu daann..”

“dan menjadikan mu zombie pada besok harinya?” taeyeon memotong cepat pembicaraan ku dan menggelengkan kepalanya. Ekspresi wajah cutenya itu  membuat ku tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Tanpa mengucapkan itupun aku otomatis akan tetap tertawa dengan hanya melihatnya.
“aku sangat hafal tentang mu sayang, jika kau kurang tidur besoknya mood mu akan sangat buruk dan tak jarang kau marah hanya untuk hal-hal yang sepele. Aku tidak ingin mengambil resiko seperti itu. Aku takut jika aku akan menjadi korbanmu.” taeyeon melanjutkan pembicaraannya yang ku akui itu sangat benar, aku memang bukan penggila tidur seperti jessica tapi aku akan kehilangan mood ku tiba-tiba jika waktu istirahat ku berkurang dan kau tau siapa lagi yang akan ku jadikan pelampiasan jika bukan kekasih ku ini.
“hahahaha…. anak pintar” aku pun menepuk – nepuk pelan kepalanya memperlakukannya seperti anak kecil, lihat saja sebentar lagi dia akan marah.
“Ya! Jangan perlakukan aku seperti anak kecil. Ahhhh! Miyoung~ahhh!” bingo benar yang ku katakan kan? Taeyeon akan marah jika di perlakukan seperti itu. Salah siapa dia memiliki muka babyface diumurnya yang sudah dibilang tua. Emmm… tapi kenyataannya aku satu line dengannya. Tapi aku tak mau tau. Wajahnya akan tetap selalu seperti anak TK.
aku hanya tertawa dan kembali menjalankan mobil ku saat lampu hijau sudah menyala.

 

***

Author POV
“sudah kau lakukan apa yang telah kau janjikan?” suara seorang pria yang kini menatap tajam sosok dihadapannya sambil menyesap sedikit demi sedikit kopi yang tersedia dimeja kerjanya itu.
wanita yang duduk berseberangan dengannya membalas tatapan mata lelaki itu.
“aku sedang berusaha menjauhinya, aku harap kau bisa mengerti ini tidak mudah bagi ku paman”
lelaki itu pun hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya pelan.
“kau yang memilih semua keputusan ini kwon yuri, tapi kenapa kau sendiri yang terjebak dalam keputusan mu huh?” lelaki itu menyandarkan punggungnya ke sofanya yang terlihat empuk itu dan kembali menatap lawan bicaranya yang tak lain adalah kwon yuri.

Yuri menundukkan kepalanya. Ia bingung harus berbicara apa lagi dengan lelaki ini
“maafkan aku paman, ini berat bagi ku. Sangat berat” yuri menjawab lirih sambil menahan air matanya untuk tidak menetes.
“kwon Yuri, bukan aku tidak mengerti perasaan mu tapi jika kau tak melepaskan jessica segera, aku takut petinggi manajemen kita tau dan ku rasa kau juga tau apa akibatnya bagi semua” lelaki itu menghela napasnya.
“saat aku memberikan mu pilihan itu dulu kau dengan tegas memilih untuk mengorbankan hubungan mu dengan jessica, sekarang kau malah mengulur – ngulur seperti ini”
lelaki itu pun beranjak dari kursinya mengahampiri yuri dan mengulurkan tangannya mengusap pelan kepala yuri dengan penuh kasih sayang seperti seorang ayah kepada anaknya.
“aku menganggapmu dan member lainnya seperti anak ku sendiri yuri~ahh, kita memulai semua dari bawah bersama-sama, sampai saat kalian bisa seperti ini. Kau tau betapa aku juga merasakan sakit melihat  kalian yang seperti ini” lagi-lagi lelaki itu menghela nafas “ tapi tak ada yang bisa kita lakukan yuri~ahh. itu pilihan mu, kau yang memilih untuk mengorbankan hubungan mu dari pada mengorbankan hubungan member mu yang lain dan aku harap kau bisa menjalankan keputusan mu itu” sosok itu kini beranjak pergi dari ruangannya.
meninggalkan yuri yang kini menangis terisak mengeluarkan semua rasa sesak di dalam hatinya.

“aku tetap akan memberi waktu. Aku tau kau akan berusaha keras. Karena aku sangat mengenalmu. Kau yang terbaik kwon yuri.” Sebelum meninggalkan ruangannya, lelaki itu tetap menyempatkan memberi ketenangan bagi yuri.
pilihan itu memang terasa sangat sulit baginya, melepas jessica bukan lah hal yang mudah. Bagaimanapun jessica teramat berarti bagi yuri. Jessica lah orang yang bisa membuat yuri bangkit dari keterpurukannya dulu, meninggalakan segala masa lalu kelamnya sampai ia bisa menjadi yuri yang lebih baik seperti sekarang ini.

 

***

“BRAKK!!!” Pintu dorm itu tiba2 terbuka dengan keras seorang bertubuh kecil sedang berjalan terburu dan di belakangnya sosok tinggi itu pun mengikuti langkah wanita kecil itu.
“bunny maafkan aku, tadi aku hanya tak sengaja bertemu dengannya” sooyoung masih berusaha mengejar sunny yang terlihat sedang emosi.
hal itu pun sempat mengagetkan taeyeon dan tiffany yang masih asik bercengkrama di ruang tengah dorm mereka bermain-main dengan semua peliharaan mereka.

Sunny pun terlihat tak mau mendengar kan kata-kata sooyoung iya tetap melangkahkan
kakinya masuk kekamar dan membanting pintu kamar sekencang mungkin.
“bunny dengarkan aku dulu jangan seperti ini sayang” sooyoung tetap berusaha membujuk kekasihnya di balik pintu kamar sunny.
taeyeon dan tiffany pun hanya menatap bingung pada sooyoung yang terlihat frustasi saat melihat kekasihnya marah seperti itu padanya.
ia pun terlihat menyerah dan melangkahkan kakinya kearah sofa. Mengahempaskan tubuhnya diantara taeyeon dan tiffany dengang lemas.
“kenapa dia mudah sekali marah? Aiiisshhhhh!” sooyoung pun mengehela napas panjang.
Taeyeon menatap sooyoung “kali ini apa lagi huh?” tanya nya pada sooyoung

“entah lah dia marah besar pada ku untuk hal yang bukan sepenuhnya salah ku. Hhaaahh! Jinnjjaa!” sooyoung memasang wajah kesalnya

Tiffany pun mengelus pundak sooyoung berusaha meredakan emosi membernya ini “ceritakan pada kami ada apa youngie~ahh?” tanya tiffany tenang.
“hmmm.. tadi aku sedang duduk-duduk di taman dekat apartement ini sendiri, lalu kau tau apa?” tanya sooyoung pada taeyeon dan tiffany keduanya yang tak mengerti pun menggelengkan kepalanya bersamaan.

“tiba-tiba Hyesung oppa mendatangi ku, kau tau kan jika dia menemui ku apa lagi yang akan dia bahas jika bukan meminta ku untuk kembali padanya. seribu kali pun aku menolak seribu kali pula ia akan mengucapkan itu lagi” .

“ lalu entah kenapa tiba-tiba ia menciumku” sooyoung mengucapkannya pelan  sementara taeyeon dan tiffany yang mendengar hal itu pun tak bisa menutupi keterkejutannya.

omo.. lalu apa kau menamparnya?” tanya tiffany, jeda sesaat sebelum sooyoung menggelengkan kepalanya pelan

ani.. akuu tidak menamparnya, aku diamkan saja bahkan aku juga membalas ciumannya” ucap sooyoung dengan suara pelan lagi.
PLETAAK!! Sebuah jiatakan yang cukup kencang pun mendarat di kepala sooyoung dan itu adalah  hadiah spesial dari leadernya sendiri “babo, pantas saja sunkyu sampai mengamuk seperti itu!” kata taeyeon.
“aiisssshhh!! Jinjjjaa! Appoyoo taengie~ahh!, hwaaa fany~ahh! kau ini aku kan sedang sedih kenapa kau semakin menambah rasa sakitnya?” ucap sooyoung sambil berpura-pura menangis dan memeluk tiffany.

“Ya! Berhenti minta perlindungan dari kekasih ku! Bodoh!” taeyeon pun semakin menaikkan suara nya “ lagi pula kau mencari penyakit mu sendiri! Youngie~ahh! Baboo!” lanjut taeyeon.
tiffany yang melihat taeyeon yang sedikit kesal dengan sooyoung pun menatap taeyeon seolah mengatakan “jangan marahi dia lagi sayang” taeyeon yang mengerti akan tatapan tiffany pun menghela napasnya kesal.
“kenapa kau bisa membalasnya ha? Apa kau masih mencintai hyesung oppa?” tanya tiffany lembut

“anniiyyoo fany~ahh! aniiyyoo.. aku sudah tidak mencintainya lagi tapi aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa larut dalam ciumannya begitu saja bahkan sampai aku tak menyadari bahwa sunny melihat ku dengannya. Bagaimana ini?” Jawab sooyoung sambil merengek dan memeluk tiffany erat
“ya!! Hentikan bermanja-manja dengan kekasih ku, kau nakal! kau anak nakal! isshhh ” taeyeon pun terlihat kesal kali ini.
“unniiee! berhenti memarahi ku, sekarang  bantu aku agar sunkyu tidak marah lagi dengan ku. Aku mohon” ucap sooyoung, kembali merengek, kini ia seperti anak kecil  yang merengek kepada kedua orang tuanya.

“kalau kau bukan member ku, sudah ku gantung kau di luar dorm” jawab taeyeon yang masih kesal.
Tiffany masih mengusap-usap punggung sooyoung yang kini masih ada di dalam pelukannya “sudahalah kau istirahat dulu. besok kita bicarakan lagi, biarkan sunny meredakan emosinya dulu percuma juga jika kau memaksa kan untuk membicarakannya pada sunny, saat ini dia tidak akan mau mendengarkanmu youngie~ahh.”
sooyoung pun menghela napas untuk kesekian kalinya dan mengangguk dan lanjut berdiri “baiklah aku ke kamar dulu. Anyeong miyoung unnie, taeyeon babo!” celetuk sooyoung.

“yaaaa!!!” taeyeon yang merasa tak terima dengan ucapan sooyoung, hendak berdiri dan akan memberi pelajaran padanya. Tapi tangan tiffany dengan cepat, menahan tangan mungil itu. Dan memberikan tatapan peringatan. Seakan taeyeon yang masih tak terima, hanya bisa mengerutkan bibirnya.
tiffany pun meberikan senyuman pada sooyoung “tidurlah, kita seleseaikan ini besok” sooyoung membalas senyum tiffany lemah.
“anak itu benar-benar membuat status darahku naik malam-malam begini hahh!” saat sooyoung sudah tiba di kamarnya, taeyeon pun kembali menyandarakan tubuhnya ke sofa.

Tiffany hanya tersenyum dan menyandarkan kepalanya ke bahu kekasihnya dan melingkarkan tangannya pada pinggang taeyeon.
“kurasa sooyoung hanya terjebak dalam suasana sesaat saja tae” ucap tiffany

“tapi itu tak bisa dibenarkan” debat taeng singkat.

“yaa.. aku mengerti. Dan ini pasti menyakitkan bagi sunny. Tapi menyalahkan sooyoung terus menerus pun tidak ada gunanya, kita hanya bisa menegur jika ada member yang melakukan kesalahan. Bukan untuk menghakimi mereka, biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka masing-masing. Kita tidak perlu mencampuri terlalu jauh karena mereka sudah sangat dewasa untuk menyelesaikan masalah mereka masing-masing, itu kan yang selalu kau katakan pada ku” ucap tiffany sembari mengeratkan pelukannya pada taeyeon dan menghirup aroma tubuh taeyeon yang begitu ia sukai.
“emhhh.. Kau benar sayang. Kau memang pandai.” taeyeon menyeringai sekaligus menggoda tiffany.

“that’s me! fany..fany.. tiffany” kata tiffany membanggakan dirinya sendiri dan tertawa memamerkan deretan gigi rapi dan putihnya sekaligus memamerkan eyesmilenya yang selalu menjadi kebangganya.
aigoo bisa kah sehari saja kau tidak terlihat cantik miyoung~ahh” ucap taeyeon sambil mengecup bibir kekasihnya.
“mianhe kim taeyeon, aku sudah di takdirkan menjadi orang yang terlalu cantik. Jadi mau bagaimanapun ekspresiku, aku tetap cantik. hahaha” tiffany  pun mengucapaknnya dengan tertawa renyahnya.
taeyeon pun hanya menggelengkan kepalanya mendengar pengakuan yang emmmm.. ya memang benar di ucapakan oleh kekasihnya, baginya tak ada satu pun moment yang dapat membuat wajah tiffany mengecewakan di matanya.

Taeyeon semakin mengeratkan pelukannya pada tiffany “miyoung~ahh, berjanjilah pada ku, semuanya akan tetap seperti ini selamanya, jangan pernah berubah sedikit pun” ucapan taeyeon dan intonasi serius taeyeon pun membuat tiffany mendongakkan wajahnya dan menatap dalam mata taeyeon di tangkupukannya kedua tangannya ke pipi taeyeon, tiffany pun tersenyum.
“aku berjanji tae, semua akan tetap seperti ini sayang. Tidak ada yang berubah, baik aku maupun diri mu karena kim taeyeon adalah tiffany hwang dan tiiffany hwang adalah  kim taeyeon, aku rasa kau tau kita terikat dalam hal yang tidak mudah di pisahkan.” Kata-kata tiffany begitu terdengar meyakinkan di telinga taeyeon, membuat taeyeon tersenyum bahagia, kembali di ciumnya bibir tiffany kali ini bukan hanya sekedar kecupan ringan tapi ciuman panjang penuh cinta yang terasa manis bagi keduanya.

 

***

Dentuman keras music itu terdengar memggema di seluruh sudut ruangan klub mlam ini, yuri masih saja meneguk minuman beralkohol itu sudah bergelas-gelas ia habiskan. Tapi sendirinya terus dan terus menambah minuman beralkohol itu masuk ke tubuhnya, saat ia akan meminum sekali lagi sebuah tangan kekar menahan yuri.
ditariknya yuri secara paksa keluar dari klub itu, yuri yang sudah mabuk pun seolah tak bisa menahan tarikan lelaki itu. Dibiarkan lelaki itu tetap menariknya sampai kini ia ada di parkiran mobil.

Lelaki itu membuka pintu mobilnya dan mendorong pelan yuri untuk duduk di kursi penumpang.

“bodoh,sampai kapan kau mau menyiksa dirimu sendiri? Babo~yyaa!” kata itu yang keluar saat lelaki itu sudah duduk didalam mobil.

“aku tidak mabuk oppa, biarkan aku masuk lagi aku masih ingin menyegarkan otak ku” ujar yuri memohon

“no way! tidak akan ku biarkan kau masuk lagi bodoh, kau rasakan sendiri! untuk menegakkan kepalamu saja kau tak bisa” ucap lelaki itu lari melarang yuri

“isshhh Jaebum oppa! Tega sekali kau” yuri memejamkan matanya, ia tak bisa berbohong kepalanya terasa berat sangat pusing saat ini.

“terserah kau bilang aku tega atau apapun aku akan tetap melarang mu, kita disini dulu sampai mabuk mu itu berkurang baru aku akan mengantar kan mu ke dorm. Aku tak akan mengambil resiko dengan netizens yang bisa saja memergoki ku sedang memapah mu mabuk” ucap jaebum yang kini menatap yuri.

“terserah pada mu saja oppa” yuri membalas singkat sambil memejamkan matanya.

Beberapa waktu kemudian pengaruh alkohol itu seolah berkurang di tubuh yuri, jaebum pun menepati janjinya saat di lihatnya yuri sudah sedikit sadar. Ia langsung menyalakan mobilnya.

“kau ingin aku mengantar mu kemana yul?”

“antarkan aku ke partement ku saja oppa” jawab yuri datar

“apartement mu dengan sica atau…” tanya jaebum ragu.

“iya apartement ku dengan sica, aku ingin menghabiskan malam ini di sana” jawab yuri lagi. Jaebum pun mengangguk mengerti.

“ baiklah aku akan mengantarkan mu kesana sesuai yang kau mau, aku tau kau merindukannya kan?” Tanya nya lagi

Sesak rasanya saat jaebum menanyakan itu, tapi pertanyaan sekaligus pernyataan itu memang benar adanya. Dia sangat merindukan jessica. Dia yang biasa menghabiskan hampir 24 jam waktunya dengan Jessica, merasakan pelukan jessica, menikmati sikap manja jessica, mendapat kecupan ringan dari jessica semuanya ia sangat rindukan kini.
tapi tak ada yang bisa yuri lakukan, ia sudah memutuskan dan ia harus bisa mempertanggungjawabkan keputusannya untuk bisa menjauhi jessica dan melepaskan, ya melepaskan tapi hal itu sangat menyesakan baginya sampai detik ini pun yuri sangat amat tak yakin ia bisa melepaskan jessica dan menyandang status sebagai mantan kekasih jessica jung sooyeon. Ini semua membuatnya gila secara perlahan

“sampai kapan kau akan menyiksa diri kalian seperti ini yuri~ahh?” jaebum kembali membuka dengan bertanya tenang padaa yuri. Dan lagi-lagi yuri hanya bisa menghela nafasnya

“entah lah oppa aku bingung” jawab yuri sedih “kau tau betapa aku mencintainya dan melepasnya bukan hal yang mudah bagi ku oppa. Tapi aku harus” lagi yuri hanya bisa menangis kali ini.

Mungkin di depan para member atau orang lainnya yuri bisa menutupi segala kesedihannya ini, yuri terlihat tak peduli dan tetap bersikap konyol seperti biasanya tapi yuri tak pernah bisa menutupi perasaan sebeneranya hanya pada dua orang yaitu Park Jaebum dan Kim Taeyeon, hanya di depan mereka berdua yuri berani jujur apapun yang dirasakannya, hanya dengan mereka berdua lah yuri tidak akan berhasil memasang poker face miliknya. Dan hanya mereka berdua yang tau betapa rapuhnya seorang Kwon yuri.

Tak terasa mobil yang di kendarai jaebum dan yuri sudah ada di depan apartement. Jaebum yang merasa gadis disebelahnya benar-benar kacau ikut merasa dirinya sedih. Yuri adalah sosok adik bagi jaebum, bukan hanya yuri sebenarnya, Jaebum juga menganggap Jessica sebagai adiknya. Oleh karena itulah, ia sangat ingin melindungi mereka berdua.

“sudah sampai babo” jaebum tersenyum dan mengusap lembut rambut yuri

gomawo oppa” ucap yuri singkat

“yuri fighting” jaebum memberikan senyuman dan mengepalkan tangannya tanda memberikan semangat pada yuri “jangan siksa diri mu terlalu lama yul, karena ini juga akan menyiksanya dan aku berharap kau bisa bersabar dengan semua ini, jika kau ingin mabuk lagi panggil aku dulu sebelumnya arra?” ia kembali mengusap kepala yuri seperti adiknya sendiri.

ne.. aku mengerti kau bawel sekali oppa!” yuri pun tersenyum pada lawan bicaranya dan membuka pintu mobil sport  itu.

Tak lama mobil itu pun langsung melaju meninggalakan apartement yang ditempati oleh yuri juga jessica, iya ini adalah aparetement yang mereka beli bersama. Lebih tepatnya apertement ini adalah kado cinta dari yuri untuk jessica yang ia belikan dua tahun yang lalu saat ulang tahun jessica.

Yuri segera keluar dari lift dan melangkahkan kakinya kekamar apartementnya, saat sudah di depan kamar bernomor 518 di tempelkannya ibu jari pada alat pendectetor yang tertempel di pintu apartement itu. Secara otomatis pintu apartement itu pun terbuka. Yuri masuk dan mengganti sepatunya dengan sandal rumah yang sudah tesedia namun dirinya merasa janggal saat di lihat sepasang  sepatu lagi di sana.

Yuri pun melangkahkan kakinya masih heran di tambah lagi lampu-lampu di apartement ini menyala terang seperti ada orang lain selain yuri. Apa dia ada di sini  batin yuri.

Dilangkahkan lagi kakinya kekamar yang dulu sering ia gunakan bersama jessica jika keduanya ingin menghabiskan waktu hanya berdua.

Saat ia membuka pintu kamar yuri pun melihat sosok itu tidur, ia mendekati sosok itu dan melihat ada bekas air mata dipipi gadis itu, air mukanya menunjukkan kesedihan,kepedihan dan juga kerinduan sekalipun dalam tidurnya.

Sosok itu terlihat tidur pulas sembari memeluk frame foto dimana tergambar dirinya dan yuri.

“maafkan aku sooyeon~ahh, maafkan aku karena aku sangat mencintaimu” ucap yuri lirih.

 

TBC

FF hanya sebuah wadah untuk seorang author menumpahkan segala imajinasinya yang ada
jadi reader yang bijaksan untuk bisa membedakan antara sesuatu yang REAL dan hanya IMAJINASI mungkin itu lebih baik J

FF ini hanya bentuk hiburan bukan sesuatu yang patut untuk di contoh karena sesuatu yang salah itu akan lah tetap salah tak ada hal yang bisa membenarkannya.

 

 

This Love [Chapter One]

Heart-photography-6960592-2560-1920

Dia bernama cinta ketika kehangatan itu ada

Dia bernama cinta ketika rasa bahagia itu ada

Dia bernama cinta ketika senyum itu ada

Dia bernama cinta ketika rasa terlindungi itu ada

Dan dia bernama cinta ketika keyakinan itu ada

Namun dia bernama keraguan saat semua itu terasa samar

————————————————————————————————-

Author POV
hari ini seperti biasa semua member SNSD harus menghadapi jadwal mereka yang sangat padat. Sebagai salah satu girl band besar yang sudah di kenal dunia. Tak banyak waktu luang untuk mereka bisa nikmati, tak ada waktu kosong walau hanya sekedar mengistirahatkan tubuh mereka, mereka bagaikan robot yang di paksa untuk teruss dan terus bekerja dan yang lebih nyata adalah tak ada kata KEBEBASAN yang bisa mereka rasakan seperti manusia pada umumnya.

“jinjeerr.. kemarilah..aaa..jinjer ~ yaa” sementara di pojok ruangan terlihat sang leader malah asik sendiri bermain dengan anjing peliharaannya, bukan dia lebih senang menyebutnya sebagai anaknya tentu saja anaknya bersama sang kekasih yang memiliki eyesmile dan sesekali terlihat tertawa lepas saat taeyeon mulai usil membuat “anak” mereka ketakutan karna mobil remote yg taeyeon mainkan.
“taetae, hentikan.Kau tak lihat ginger takut sekali dengan benda itu sayang” ujar tiffany sambil mengelus bahu taeyeon yang masih asik bermain mobil remmote dan mengusili ginger.
sementara taeyeon hanya tertawa dengan style dorknya saat sang kekasih menegurnya tanpa menghentikan permainan mobil2an itu..
“aku tida akan behenti sebelum kau mencium ku” taeyeon mengucapkannya tanpa melihat wajah tiffany yang ada di belakangnya.
tiffany yang mendengar kekasihnya berbicara seperti itu pun sontak memukul pelan kepala taeyeon dengan majalah yang ia pegang dari tadi “dasar! Apa kau tak bosan selalu menginginkan imbalan berupa ciumanku?”.
taeyeon yang kepala di pukul dengan majalah pun sontak meringis dan menggosok belakang kepala sambil membalikkan badannya mengahadap tiffany yang kini seolah2 memasng wajah datar.
“aigo ppany ~ah, aku hanya bercanda sayang lagi pula tdi pagi kau tidak memberiku.. mmmm.. morning kiss bukan?” taeyeon pun dengan ragu menatap tiffany yang berpura2 menatap tajam dirinya.
“ memang kenapa jika aku tak memberinya?” ucap tiffany dengan nada menantang
jujur pertanyaan tiffany itu pun membuat taeyeon menjadi kesal, di tatapnya tiffany dengan wajah kesal , “tidak apa2 bukan hal yang penting kan, hnya sekedar ciuman tak ada artinya juga bagimu.”
dengan kesal taeyeon membalikkan badannya kembali bermain mobil2an itu untuk menghilangkan rasa kesalnya dengan ucapan kekasihnya, sementara tiffany hanya menatap punggung taeyeon dengan senyum kemenangan dia merasa berhasil membuat kekasihnya kesal.
“ya!! Ginger kenapa kau terus berlari kau itu jantan kan kenapa harus takut hanya dengan mobil mainan bodoh ini huh!” taeyeon pun menaikkan nada suaranya dan seolah memarahi anjing peliharannya , namun sebeneranya dia hanya ingin menumpahkan kekesalannya yang tak bisa ia tumpahkan pada kekasihnya karena percakapan intermezo mereka tadi.
Tiffany pun mendekati taeyeon dan langsung memeluk tubuh kecil itu dari belakang, taeyeon yang sadar akan hal itu seolah ingin mengabaikan dekapan hangat sang kekasih..
“babo, kenapa harus menumpahkan amarah mu pada ginger kita. Aku tau kau kesal pada ku kan??”
Tiffany masih memeluk taeyeon yang saat ini masih memasang tampang kesalnya.
“sudah tau jawabannya masih bertanya” ucap taeyeon singkat, namun masih dapat terdengar jelas oleh tiffany. Kelakuan childish taeyeon itu membuat tiffany semakin geram dalam kegemasannya.
tiffany pun langsung melepas pelukannya dari taeyeon dan membalikkan tubuh kekasih mungilnya itu untuk menghadap padanya, di belainya lembut pipi taeyeon.
tiffany pun menatap dalam wajah taeyeon, wajah yang tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang dan wajah yang selalu dia rindukan setiap harinya.
dengan lembut juga di usapnya bibir taeyeon “hanya karena masalah sepele kau jadi marah2 seperti ini?? Aigoo.. my taetae ternyata kau lebih childish daripada sooyoung” ujar tiffany sambil tertawa sambil memamerkan tawa yang selalu membuat siapapun yang melihatnya akan luluh, sementara taeyeon masih mempertahankan wajah sebalnya pada kekasihnya.

“kau MENYEBALKAN sekali menyamakanku dengan makhluk tinggi itu! kau tau bukan masalah kau memberiku ciuman atau tidak tapi kata-kata mu barusan yang seolah menantang dan menganggap hal itu tak penting yang membuat ku kesal, aku bisa saja menerimanya karena aku menjadikan mu kekasih ku bukan hanya karena ciuman atau sentuhan tubuh tapi karna cinta ku yang memang tulus pada mu, memangnya apa pentingnya ciuman? aku hanya bercanda tapi kau malah menyulutku dengan kata mmmmhmmpp” saat taeyeon mengeluarkan segala kesalnya dengan mengomel pada tiffany, dengan cepat tiffany menarik taeyeon dan menempelkan bibirnya pada bibir kekasihnya.
di ciumnya lembut, taeyeon yang awalnya kaget pun seolah larut dalam permainan tiffany. Layaknya anjing diberi tulang putih nan segar. Luluh dengan cepat, dan bahkan menikmati tulang itu sampai mungkin menjadi kecil (?). keduanya masih tenggelam dalam dunia lumatan mereka. Menikmati saat-saat indah dimana mereka terlihat begitu sempurna untuk dipandang dalam posisi seperti ini. Saling mengaitkan cinta lewat ciuman. Bukan itu begitu indah?.
“kau galak sekali tadi aku hanya menggoda mu babo” ujar tiffany sambil mengusap lembut bibir taeyeon yang baru saja ia nikmati.
menyadari hal itu pun taeyeon hanya mengeluarkan seringaiannya kepada tiffany dan memeluk tubuh gadisnya ini “entahlah jadwal padat membuat ku sedikit sensitif, harusnya aku tidak marah-marah hanya karna masalh itu” taeyeon membenamkan wajahnya di leher tiffany.
tiffany pun hanya tersenyum mendengar  alasan dari kekasihnya. Beginilah jika keduanya semakin merekatkan cinta dengan solasi yg dioleskan juga dengan tinta cinta. Saling melengkapi, seolah mereka sangat berbeda dan akhirnya menjadi satu. Taeyeon dengan sifat childish dan Tiffany yang selalu tak ingin kalah dengan sikap taeyeon sendiri.

“miyoung~ahh..” taeyeon mengangkat kepalanya, menatap langit dorm nan putih. Masih menyandarkan tubuhnya dalam dekapan sang kekasih.
“hmm~?”

“tiffany..” taeyeon kembali memanggil kekasihnya. Senyumnya tersungging dengan sendiri ketika menyebut kedua panggilan itu. Memanggil kekuasaan teratas dihatinya yang saat ini mutlak diduduki oleh gadis yang saat ini menjadi sandaran tubuh mungilnya.

“why?” karena tiffany merasa penasaran dengan apa yang akan diucapkan kekasihnya.

“anniii. Aku hanya ingin menyebut namamu. Hanya dengan menyebut namamu saja aku merasa ada sesuatu yang memuaskanku.” Kata-kata ambigu taeyeon membuat tiffany mengerutkan dahi. Menatap kekasihnya bingung dengan banyak pertanyaan.

Satu pukulan ringan mendarat mulus dipucuk kepala taeyeon. “ya! Apa maksudnya dengan memuaskanmu? Dasar mesum!”

“kenapa kau ringan tangan sekali sih? Kata mesum itu seharusnya aku yang mengucapkan untukmu. Dasar mesum.” Kembali mereka bertengkar. Membuat ginger yang duduk manis sedari tadi memandang mereka dalam keheningan. Dalam hati mungkin ginger akan tertawa kencang melihat keduanya saling bertukar tingkah kekanak-kanakannya.

***

Sica POV
huuffttt hari ini sangat melelahkan untukku. tadi pagi-pagi sekali aku harus mengadakan syuting iklan sampai malam dan sekarang aku harus melanjutkan latihan bersama member2ku, saat ini kami sedang beristirahat sejenak dari latihan dance.
aku menyandarkan tubuh ku dan duduk dilantai sambil melihat seisi ruangan latihan ini. Mataku menangkap semua yang ada diruangan. Aku melihat seohyun dan yoona yang tertidur di sofa dengan tangan seohyun yang terlihat melingkar sempurna dipinggang yoona dengan posisi duduknya, sementara yoona terlihat tidur nyenyak di pangkuan seohyun, dipojok ruangan terlihat pasangan taeny yang makin hari makin mesra sedang asik bercanda dan bermain2 dengan peliharaan mereka namun, ya kau tau? Taeng sesekali mencuri ciuman dari tiffany. Aku tersenyum melihat tingkah leader ku itu,ia  adalah kekasih yang dorky dan juga byun hidupnya pun penuh dengan “modus” jika sudah berhubungan dengan tiffany tapi aku tau terlepas dari semua itu, taeyeon sangat mencintai tiffany dan aku yakin ia tak akan bisa hidup tanpa tiffany. Diantara kami taeyeon-lah yang sangat rentan akan cinta. Aku yakin dia akan sulit move on jika kejadian dulu kala terulang kembali ketika dia berhubungan dengan wooyoung oppa. Kuharap tiffany adalah yang terakhir untuknya. Aku sangat iri dengan hubungan mereka. Dimataku, merekalah sepasang kekasih yang sangat anggun dan mesra.
aku mengedarkan pandangan ku ke sisi lain terlihat hyoyeon yang masih asik dengan dancenya, member ku yang satu ini memang tidak pernah lelah dan dia adalah penggila dance nomor satu yang pernah aku temui, ia tak akan berhenti selama music masih menghentak.
sementara di dekat pintu sunny juga duduk dengan meluruskan kakinya sama dengan ku sambil bermain game kesayangannya.
hari ini kami hanya berlatih dengan  7 member karena sooyoung sedang syuting drama terbarunya dan,, ya si babo itu… kekasihku dia juga sedang sibuk syuting film terbarunya.
hmmm.. jika mengingat namanya terkadang aku merasa sesak yang teramat di hati ku, si babo  Kwon yuri dia adalah kekasih ku yang sudah selama 4 tahun ini menghiasi hari-hariku.
dia adalah si babo yang selalu membuat ku tergila-gila dengan sosoknya, senyumnya, tingkah konyolnya,kehangatannya, sentuhannya, perlindungannya, semuanya membuat ku menggila tak ada yang bisa menggantikannya.
namun akhir2 ini hubungan ku dengannya terasa amat jauh aku tak mengerti..
dia yang dulu selalu hangat pada ku kini berubah dingin. Dia yang selalu perhatian pada ku sekarang berubah seolah tak mau tau, dia yang selalu berusaha menjaga ku di manapun sekarang seolah tak mau bergeming.
huffftt… aku selalu saja berusaha untuk memperbaiki semua, berusaha mendapatkan perhatiannya entah bagaimanapun caranya tapi hasilnya akan tetap sama dia masih dingin, sampai sekarang pun aku bingung dengan status ku dengannya. Jika  aku kekasihnya bahkan aku pun sudah sangat jarang berkomunikasi dengannya walaupun aku mengunjungi dorm, aku jarang menghabiskan waktuku dengannya dia lebih memilih di kamar dan tidur. Lelah karna jadwal kuliah maupun syutingnya itu yang selalu jadi alasan untuknya, berbeda sekali saat dulu jika ia kelelahan biasanya dia akan berubah manja padaku meminta ku untuk selalu memeluknya, tidur di sampingnya dan menghabiskan waktu dengannya karna dia berkata jika akulah energi nya.
seobang ada apa dengan mu? Tau kah kau aku sangat merindukan mu saat ini? Kenapa semua terasa berubah yul.. aku rindu padamu.

flashback on


siang itu terdengar suara pintu dorm SNSD di buka dan terlihat sosok tinggi,berkulit kecoklatan dan ya kau tau berwajah tampan.
yuri baru saja pulang dari kegiatan pemotretannya, pemotretan itu di lakukan mulai dari tadi malam dan baru selesai siang ini.
bayangkan saja bagaimana dia begitu lelah karena jadwal itu.
perlahan dia mendekat ke sosok yang kini tertidur di sofa ruang tamu mereka, menundukkan badannya dan mensejajarkan wajahnya dengan sosok itu.
yuri tersenyum melihat sosok yang dicintai tertidur dengan pulasnya seolah tak terganggu dengan bunyi pintu tadi, di belainya wajah gadis itu dengan lembut dan penuh sayang.
Entah wanita yang kini ada dihadapan yuri seolah selalu bisa menyihir dirinya dan membuatnya terhanyut dengan kecantikannya, rasa lelahnya yang amat sangat itu terasa hilang sendirinya hanya dengan menatap wajah kekasihnya ini.
yuri pun mendekatkan wajahnya ke wajah sosok itu menempel kan bibirnya di kecupnya dengan lembut
sedikit melumat dengan perasaan nan lembut berkecemakuk oleh ukuran cinta yang sudah melebihi ambang batas yang seharusnya. Kegiatannya masih berlajur beberapa detik kedepan.
Yuri tersentak saat menyadari sosok itu membalas ciumannya, di tariknya wajahnya dan di tatapnya wajah yang tertawa di hadapannya.
“YA.. kau tak tertidur huh?” yuri memasang tampang kaget
sosok itu masih tetap tertawa tanpa bangun dari posisi tidurnya “ kau pikir siapa yang bisa tertidur nyenyak, saat aku merasakan ada seseorang yang mencari
-cari kesempatan untuk mencium ku saat aku tertidur?” sosok itu mengganti posisinya dengan duduk dan menyedekapkan tangannya.
“Mian
he baby aku mengganggu tidurmu” yuri menatap wajah jesssica dengan sorot mata bersalah

“babo aku sedang tidur dan bermimpi indah kau malah mencium ku dan secara otomatis saraf motorikku membangunkanku huh?” jessica tersenyum tipis dia merasa senang membuat yuri merasa bersalah seperti ini
yuri yang merasa bersalah pun kini mendekati jessica dan menggenggam tangan jessica, sementara jessica hanya tersenyum melihat seobangnya seperti anak kecil yang terlihat takut saat melakukan kesalahan.
“baiklah lanjutkan tidur mu aku tak akan mengganggu lagi hmm..” yuri menatap jessica dan menangkupkan kedua tangannya ke wajah jessica
jessica membalas perlakuan yuri dengan senyum “ kau terlihat lelah seobang? Maaf aku hanya sedikit menggoda mu tadi ” sica
kini yang berganti mengusap wajah yuri, yuri pun menggenggam tangan jessica yang kini ada di wajahnya dan tersenyum.
“seperti yang kau lihat” yuri mengeluarkan aegyonya
“ya!! Berhenti
! aegyo mu itu membuat ku mual” sica reflek memukul pelan bahu yuri
“isshhh kau ini galak sekali baby” jawab yuri  meringis dan menggosok bahunya
“aku galak kar
ena seobang ku yang babo ini” sica menjawab sambil menjulurkan lidahnya

“tega sekali” jawab yuri lagi dengan wajah kekanakannya, jessica yang melihat seobangnya makin seperti anak kecil pun semakin gemas dan menarik yuri kedalam pelukannya  dan dibalas yuri dengan membenamkan wajahnya ke lekuk leher milik sica
saat sica akan melepaskan pelukannya dari yuri, yuri tetap memeluk sica erat
“biarkan seperti ini dulu, aku masih ingin memeluk mu, kau tak tau aku sangat merindukan mu”.
jessica pun hanya menuruti keinginan yuri dan membiarkan yuri memeluknya lebih lama.

flashback off

***


tak terasa butiran halus itu mengalir di pipi jessica, saat ia mengingat hubungannya dengan yuri kini tak lagi sama semua terasa jauh, semua terasa berbeda tapi ia tak pernah bisa melepaskan yuri ia sangat mencintai yuri.
sebuah usapan lembut di bahunya membuat jessica tersadar dari lamunannya, dilihatnya kesamping tiffany  menatap matanya dan menghapus pipi jessica yang basah karena tangisannya.
“jessie, are you okay dear?” ucap tiffany sambil membelai lembut pipi sica
jessica pun memeluk tiffany dengan erat dan mengeluarkan tangisannya, entah mengapa ia sangat tak bisa menahan air matanya. Ini terasa begitu sesak bagi jessica sudah sekian lama ia menahan semua rasa sesak dan sakit sekaligus rasa takutnya kehilangan sosok yuri kekasihnya yang entah mengapa berubah
“aa..ku. men..cin..nn..tainya fany~ahh.. sa..ngaatt hiks..” jesiica pun mengeratkan pelukan pada tiffany mengeluarkan segala beban yang ia simpan selam ini.
“arraseo,, jessie,, arraseo dear” kata tiffany sambil membalas pelukan jessica, sakit juga bagi tiffany melihat orang yang sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri terlihat terluka dan rapuh seperti ini.
“menangis lah jika itu bisa membuat mu tenang aku ada di sini untuk mu, keluarkan semua yang menjadi beban mu saat ini.” tiffany tetap memeluk jessica dengan erat berusaha memberikan ketenangan pada jessica dan membiarkan jessica menangis dan menumpahakn segala kesedihanya saat ini.

taeyeon  yang melihat salah satu membernya menangis di pelukan kekasihnya pun ingin mendekati mereka namun langkahnya terhenti saat tiffany kekasihnya memberikan kode untuk taeyon tidak mendekati mereka dulu. Taeyeon pun mengerti dan menjauh dari mereka berdua, kembali ke tempatnya semula kembali bermain dengan anjing peliharaannya.

***

Saat ini sudah menunjukkan pukul 2 dini hari namun taeyeon masih terjaga, saat ini ia sedang  duduk di ruang tengah tempat biasanya ia dan membernya menghabiskan waktu luang untuk sekedar berkumpul ataupun menonton TV. Entah apa yang mengganggu pikiran taeyeon sehingga “penyakit” lamanya insomnia  sepertinya mulai kambuh, taeyeon merebahkan tubuhnya di sofa sambil menonton  TV.
saat asik menikmati film action, taeyeon di sadarkan oleh kehadiran yuri yang baru datang dari kegiatan syutingnya.
“kau belum tidur taeng?” tanya yuri sambil menghampiri taeyeon
taeyeon melihat yuri dan megubah posisinya menjadi duduk dan menjawabnya dengan gelengan kepala.
“mmm belum sepertinya insomnia ku kambuh yul” jawab taeyeon sambil memeluk guling dan ya kau tau leader itu sangat terlihat imut.
yuri pun tersenyum dan mengelus kepala taeyeon seperti perlakuan kakak ke adik kecil kesayangannya, sekalipun taeyeon lebih tua tapi wajah imutnya itu terkadang membuat orang-orang sekitarnya maupun para fansnya lupa bahwa taeyeon itu adalah wanita yang sudah menginjak umur 25 tahun.
“kenapa tidak meminum susu hangat saja huh?” tanya yuri

Taeyeon pun menjawab dengan menggeleng “ aku menunggu mu pulang dan menunggu mu membuatkannya untuk”
jawaban taeyeon membuat yuri mengerutkan dahinya, tidak biasanya leadernya bersikap seperti ini padanya.
“yaa.. kau kan bisa meminta miyoung mu itu yang membuatkannya kid” kata yuri
“entahlah susu hangat buatan mu itu berbeda yul, kau tau tangan mu itu sangat pas untuk meraciknya hmm..” jawab taeyeon sambil megeluarkan senyum dorknya.
“hahahaha… kau berlebihan sekali aigoo taengie~ahh” jawab yuri sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya mendengar kata-kata berlebihan dari leadernya itu.
taeyeon pun ikut tertawa geli mengingat kata-katanya barusan.
“bukankah tigfany juga pintar meracik susu huh?” tanya yuri
taeyeon pun langsung menatap yuri dengan mata usilnya “ jika ppany yang membuat itu lain lagi susunya yul hahahahaha” tawa taeyeon pun pecah menyadari obrolan mereka mulai menjurus ke hal dewasa
“ya!! Babo kau memancingku dalam perbincangan dewasa huh” kata yuri sambil ikut tertawa dengan taeng
“kekeke… mmm sebenarnya lebih dari itu yul aku hanya merindukanmu saja” jawab taeng yang kini mengganti intonasi serius.
yuri pun menghentikan tawanya dan menatap lawan bicaranya yang kini duduk disampingnya.
“yaa.. memang jadwal syuting ku lebih padat akhir-akhir ini dari pada dirimu atau member yang lain taeng,” yuri menarik nafasnya sejenak dan melanjutkan “ kau tau kan inilah resikonya, lagi pula bermain film juga salah satu impian ku dari dulu taeng” taeyeon pun mendengar serius pembicaraan yuri.
arraseo.. kau memang sangat sibuk, tapi jangan lupakan kesehatanmu. Aku tak akan mau menjengukmu jika kau jatuh sakit” jawab taeyeon sambil mengempalkan tangannya dan mengepal didepan wajah yuri, yuri pun hanya tertawa dan merangkul leadernya itu yang sudah seperti saudarnya sendiri.

“arraaa my kid!” yuri mencubit ringan pipi taeyeon yang akhirnya menggelembung lucu.

“tapi kau tau yul dari pada aku atau member lain sica yang jauh lebih merindukan mu” kata-kata taeyeon pun seketika membuat yuri menghentikan senyum yang tadi merekah di bibirnya. Merasakan sedikit perasaan sesak yang tiba-tiba menghantam dadanya. Sangat kencang.

TBC

wehehehe… saya kembali lagi dengan FF yg terencana antara saya dan author aslinya. perlu saya perkenalkan. dia adalah tante (panggilan saya ke sang author) Eva Tristin (coba cari epbenya kalau penasaran) 😀 yang katanya nggak isa nulis, ternyata kalau udah nulis, keren juga 😀 wkwkwk

coba featuring ngebikinnya, dan ternyata kalau beda pendapat agak sulit. tapi akhirnya bisa juga. oke dehhh nggak panjang lebar. selamat menikmati dan thanks untuk yang sudah berkunjung dan koment ^^ babaybanana u,u

Sad and Smile in the Last [Sequel]

quotes316

 

———————————————————————————————–

Kehidupanku berlanjut setelah beberapa bulan yang lalu kehilangan seorang kekasih yang sangat berharga dalam kehidupanku. Aku mengira bisa menghadapinya, ternyata jauh dari dugaanku. Kepergianya sama saja seperti menguburku dalam kesepian yang begitu pekat. Apakah aku harus membenci kota ini? Kota dimana aku lahir, dan juga kota yang dulunya memberikanku kebagian dan akhirnya merenggutnya juga.

Mengenal cinta, memunculkan cinta, berbagi cinta, dan akhirnya kehilangan cinta. Dia satu-satunya yang menjadi alasanku untuk mempertaruhkan hati, mempertaruhkan jiwa dan perasaanku. Dia satu-satunya kunci untuk membuka harta karun yang indah.

Mendeskripsikan cinta dengan sedemikian rupa macam kata-kata, tapi bagiku, aku bisa mendeskripsiknnya hanya dengan satu kata. “DIA” ucapan lirih yang membuatku menghela napas panjang.

Mendaki bukit, dan berharap menemukan sebuah jawaban, menemuka secarik tujuan, dimana tujuan itu adalah dia.

Waktu memang mustahil untuk kembali. Jika saja benar-benar ada alat bernamakan time machine, aku ingin kembali saat pertama kali kami bertemu.

***

Musim semi merekah. Pohon-pohon sakura yang sengaja ditanam didepan sekolahku mulai menampakkan keindahannya. Berguguran namun tak habis. Apa ini yang membuatku bersemangat untuk terus mengikuti jam demi jam di sekolah. Hanya pada musim semi. Apakah itu aneh? Aku masih berjalan lenggang menuju sekolah. Dengan pohon-pohon sakura dikanan dan dikiriku ini, serasa berjalan menuju pelaminan. Hahahaha. Hayalan bodoh!

“ini hari pertamaku. Aku harus bisa” seseorang gadis bergumam dengan dirinya sendiri tepat dihadapanku. Aku bisa mendengar apa yang dia gumamkan. Seragam yang dia kenakan sama sepertiku. Tapi wajahnya asing bagiku. Sepertinya dia memang siswa pidahan. Ini memasuki tahun ketiga bagi kami. Yang artinya, kami juga akan menghadapi ujian akhir.

“heii,,” aku menyapa. Dia berbalik badan, menghadapku. Cantik. Itu kesan pertama setelah melihatnya. Sangat mirip dengan boneka Barbie. Dia terlihat tampak gugup. Dari posturnya aku bisa memastikan dia nerveous.

“apa kau murid baru?”  aku mencoba mendekat selangkah. Karena kupikir dengan jarakku sebelumnya, seperti berbicara dengan orang yang kubenci.

Dia mengangguk. Masih tak mau mendongakkan wajahnya untuk menatap lawan bicaranya.

“taeyeon.” Aku memperkenalkan diri. Kuulurkan tanganku, untuk menunggu balasan jabatan tangannya.

“Jessica.” Akhirnya dia menjawab. Suaranya manis.

“kita akan terlambat.” Aku menarik tangannya, dan mengajaknya berlari menuju sekolah.

***

Awal yang aku piker baik, ternyata salah. Sooyeon~ahh. Apa aku jahat? Menganggap mencintaimu adalah sebuah kesalahan besar? Tak ingin diawal aku mencintaimu itu karena aku takut untuk kehilanganmu. Dan benar, ternyata itu menjadi kenyataan. Tapi aku tak bisa menghindari itu. First sight. Itu yang aku rasakan saat itu. Dan kini menjadi last sight saat aku tak bisa lagi menggapaimu. Aku tak lagi bisa menikmati hariku yang biasanya berwarna-warni saat bersamamu. Aku rasa kini hanya hitam yang bersamaku.

“taeyeon~ahh..” suara dari luar menyadarkanku kembali pada dunia nyata. Aku seperti bermain game MMORPG, menjelajah duniaku sendiri, menghilang dari dunia dimana seharusnya aku berada. Itu yang aku play setiap hari akhir-akhir ini. Merasa mencitai, tapi tak yakin itu akan tercapai.

“taeyeon~ahh.. kau harus sarapan. Hyoyeon sudah memasakan sarapan untukmu.” Suara sooyoung tampak khawatir. Ya, semua orang di rumah ini tampak begitu khwatir jika berhadapan denganku. Mereka teman-temanku, tapi juga menjadi keluarga kecil bagiku. Aku, hyoyeon, sooyoung, yuri, dan sunny.

Aku membuka pintu kamarku, mendapati sooyoung berdiri didepan pintu kamarku. Yang pasti dia lakukan setiap hari. Aku akan keluar jika mereka menyuruhku, aku tak ingin tampak begitu mengkhawatir dihadapan mereka sebenarnya. Tapi itu sepertinya sangat mustahil.

“gomawo youngie~ahh..” aku mengulas senyum tipis. Walau aku tak melihatnya, aku yakin wajahnya masih tetap tampak mengasihaniku.

Aku berjalan pelan, menuruni anak-anak tangga menuju pantry.

“apa obatmu masih?” satu suara lagi dari arah ruang tengah menyapa. Aku berenti, menatapnya sebentar dan tersenyum lembut.

“kurasa masih ada sisa untuk dua hari kedepan sunny~ahh.” Jawabku. Dia berjalan menghampiriku. Meletakkan telapak tangannya dipuncak dahiku. “masih hangat.” Katanya. Aku mengedipkan mata beberapa kali.

“gomawo sudah menjagaku semalaman.” Aku melepaskan tangannya dari dahiku, meremasnya lembut.

Kemarin aku sempat ambruk saat sedang bekerja, dan sempat dibawa kerumah sakit, dan seperti biasa, teman-temanku akan mengerti jika aku meminta pulang lebih awal, karena rumah sakit adalah musuh terbesarku. Aku merasa hal buruk akan terjadi jika berada ditempat itu.

“makanlah, dan habiskan tanpa sisa. Jika masih tersisa, aku akan memaksamu mengahbiskannya.” Perintahnya sambil mengusap-usap rambutku.

Teman-temanku memang sangat perhatian padaku, terlebih sunny. Dia sudah kuanggap sebagai kakakku walau sebenarnya aku lebih tua beberapa bulan darinya. Sikapnya sudah layak disebut sebagai ibu. Di rumah inipun dia berperan sebagai ibu.

“kau mendengarkanku kan kid?”

“ahh.. neeee ummaaaa..” aku membungkuk menyetujui permintaan, ani… lebih tepat disebut sebagai ancaman. Aku mengulas senyum dan kembali berjalan menuju pantry. Teman-temanku yang lain ada disana, kecuali yuri.

“dimana yuri? Dia tak ikut sarapan?” aku mencobah memecah suasana yang sepi.

“yuri masih tertidur, dia pulang larut semalam.” Hyoyeon menyahut.

“apa dia sakit? Kalau begitu kita tung-“

“kau tak perlu khawatir, lebih baik kau khawatirkan dirimu sendiri dulu, dia baik-baik saja. Kami semua lebih khawatir padamu, yuri pun begitu khawatir padamu semalam.” Sunny kembali mengusap-usap puncak kepalaku.

Aku kembali terfokus pada makananku, menuruti apa yang sunny katakan, dan juga teman-temanku khawatirkan. Aku merasa bersalah pada mereka, karena mereka selalu mengkhawatirkanku akhir-akhir ini. Aku terus berpikir, bagaimana aku harus membalas perhatian mereka yang begitu baik padaku. Aku ingin melupakan masa laluku, tapi kurasa, itu sangat sulit, dan kini menjadi kompleks untukku. Sooyoung pernah bilang ppadaku jika aku terus-terusan seperti ini, maka hal ini pun akan menjadi phobia bagiku.

“jangan berpikiran yang aneh-aneh. Lekas habiskan makananmu dan kembalilah istirahat. Kau masih harus menerima IVmu pagi ini, dokter sudah menghubungiku kalau kau sudah selesai makan, dia akan datang.” Sooyoung menyadarkanku dari lamunan sesaat.

Aku mengangguk pelan, dan kembali melahap sisa makananku. Sudah 4hari ini aku terpaksa menerima IV karena kondisi badanku yang masih sangat lemah. Seharusnya aku memang berada diranjang rumah sakit.

***

“kau dengar sendiri apa yang dikatakan dokter bukan?” ucap sunny sembari menyibak helai demi helai rambut yang menutupi wajahku. Aku mengangguk.

“kondisiku masih sangat lemah, aku dianjurkan untuk terus beristirahat hingga kembali membaik, tapi setelah itu bukan berarti aku sudah boleh berkeliaran bebas, karena bisa saja, tubuhku kembali drop dan jatuh sakit seperti ini, dan aku juga bisa kembali meringkuk diranjang rumah sakit.” Aku mengulang kata-kata dokter untuk meyakinkan sunny.

“bagus kalau kau tau. Istirahatlah, aku akan membangunkanmu nanti siang saat jam makan. Aku dan yang lain harus berangkat kerja. Jika ada apa-apa, kau hubungi aku. Arraaa kid??” benar-benar naluri seorang ibu.

“neeeee umaaa               ~yaaa..” aku memarkan semua gigi depanku, menyengir riang. Selanjutnya sunny mengecup dahiku dan keluar dari kamarku.

Sepeninggalan sunny beberapa menit yang lalu, aku mencoba tertidur. Dan seperti biasa, hasilnya akan tetap nihil, walau IV sudah menancap sempurnah dipergelangan tanganku, tapi aku tidak mudah untuk terlelap.

Jung Sooyeon. Kenapa nama itu terus berterbangan dikepalaku? Aku bukan tom yang terbentur tembok, lalu jerry akan mengitari kepalanya, itu hanya terjadi didalam kartun atau animasi yang sering aku tonton dilayar TV dan bisa membuatku tertawa.

“drrrttttt” getaran handphoneku dari meja kecil disamping kasurku membuatku menoleh. Kuraih benda itu, kulihat siapa yang menelphone. Nomor asing. Belum ada didalam kontakku.

“annyeonghaseo?” sambutku. Aku menyandarkan kepalaku disandaran kasur. Mencari titik nyaman untukku berbicara dengan biasa.

“neee.. taetae???” satu suara yang sepertinya tak asing dengan panggilan yang diagunakan untukku.

“nugu?” tanyaku lemah. Sedikit lama aku berpikir, mengingat suara dan panggilan yang sangat tak asing bagiku.

“kau tak mengingatku? Siapa lagi yang memanggilmu taetae jika bukan hanya aku???” omelnya. Aku masih mencoba mengingat. Memang sangat familiar bagiku. tapi pikiranku sekarang hanya berisi Jung Sooyeon. Sial!! Aku mengambil posisi duduk, menyandarkan punggungku dibantalan ranjang.

“taeyeon~ahhh. Apa kau mengingat miyoungie?” dia lanjut bertanya. Aku masih mencoba mengingat.

“tega sekali kau melupakanku.” Ucap sedih dari seberang sana. Miyoungie? Jinnjjaaa!!! Kenapa aku merasa melupakan sesuatu yang beasar???? Sialll. Aku terus mencoba. Mencoba membuka berkas demi berkas dalam otakku. Miyoungie?? Ahhhh!!!

“fany~ahhhhh,,,” aku sedikit berteriak. Merasa lega, puas, dan bahagia karena berhasil mengingatnya. Dia, Hwang Miyoung. Kenanganku waktu aku kecil. Teman masa kecilku.

“aku hampir menangis karena kau tak mengingatku!”

“mianhe fany~ahh. Bagaimana kabarmu?” tanyaku lembut.

“buruk. Karena kau tak mengingatku, kau jahat sekali!” kali ini aku yakin, dia memasang wajah cemberut walau aku tak bisa melihatnya.

“jinnjjaa! Mianheyo fany~ahhh.. kapan kau akan kembali ke korea?”

“kenapa kau menanyakan itu? Kau merindukanku?”

“sangat! Sudah 8 tahun kita tak bertatap muka! Apa kau tak merindukanku juga? Aku yakin kau juga merindukanku.” Entah kenapa, dengan sendirinya aku lebih bersemangat. Dia melakukan boost dalam moodku pagi ini, yang aku tau aku sedang lemah sekarang.

“kau menang. Apa kau sibuk sekarang?” aku terdiam sesaat.

“aku sudah sampai dibandara sekarang. Kau bisa menjemputku?” entah aku harus bahagia atau marah, saat ini aku tak tau mau melakukan apa. Bimbang karena aku tau dengan keadaanku yang sekarang aku tak yakin bisa berada dibandara untuk menjemputnya saat ini.

“arra! Kau tunggu sebentar. Aku akan menjemputmu. Aku akan menelfonmu lagi setelah sampai di bandara.”

Setelah itu aku kembali terfokus pada handphoneku, menekan speedcall number 4 yg kutunjukan untuk sooyoung. Aku yakin dia sedang tidak sibuk sekarang.

***

“kim taeyeon!”

satu teriakan mengambil perhatianku yg sedari tadi hanya melihat orang-orang berlalu lalang di depanku. Dia. 8 tahun berlalu, dan dia tetap bisa mengenali wajahku. Dan sebaliknya aku, dia tak berubah sedikitpun, yaa. Umur mempengaruhi pertumbuhan, hanya itu. Kulihat dia berlari kearahku. Senyumnya, senyum sang penyenandung surga. Tampak begitu menawan. Masih tetap anggun, sebenarnya aku terbungkam karena baru melihatnya sejak 8 tahun yang lalu. Tapi entah kenapa aku masih bisa cerewet merutuki didalam hati, betapa indahnya gadis ini.

Pelukan ini masih berlangsung. Erat! Tak bisa kupungkiri, aku memang sangat merindukannya. Sooyeon~ahh. Apa benar kau berenkarnasi? Apa ini tak terlalu cepat? Seharusnya kau memberiku sedikit lagi waktu untuk tetap mengenangmu dan menyimpanmu didalam lemari hatiku yg penuh dengan labirin. Waktu. Ternyata benar, kau memang menjanjikan itu. Dan aku akan tetap berusaha untuk menepati janjiku.

“ya!! Kenapa kau melamun?” dia mengguncang pelan tubuh mungilku. Aku tersenyum sekilas, menatapnya dengan lebih dekat setelah kami berpelukan sedikit lama.

“aku merindukanmu!” satu senandung meluncur lembut dari mulutnya, dan mendarat dengan indah tepat dikedua telingaku. Dia kembali memelukku, hangat. Hanya itu yang aku rasakan. Ini kembali menarikku kedalam hamparan daratan luas nan indah, hanya ada aku dan dirinya.

“disini juga. Mianhe, aku melupakanmu. Emm.. hanya suaramu.” Bisikku ditelinganya. Wangi khas darinya tak berubah.

“why? Apa kau sedang sakit? Badanmu panas, dan wajahmu pucat.” Dia mengusap pipiku, menangkupkan kedua tangannya dikedua belah pipiku. Menatapuku dengan lembut. Ini kembali terjadi. Cahaya lembut dalam hatiku kembali muncul. Merekah indah. Aku bisa merasakan itu.

Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.

“yaa! Kenapa kau tak istirahat saja?”

“tenang. Aku tak menyetir sendirian, sooyoung sudah menunggu ditempat parkir. Aku tau aku tak akan selamat sampai disini jika kupaksakan.”

“kau tak berubah! Selalu mengkhawatirkan! Kajja! “

***

Mentari pagii menyeruak disetiap penjuru ruanganku. Warna biru tua terlihat menjadi putih. Aku masih berusaha mencari kembali kesadaranku setelah semalam tenggelam dalam mimpi. Indah. Entahlah, sampai sekarang hanya Jung Sooyeon yang berhasil kutemui didunia mimpi. Kurasa itu terjadi karena hanya dia yang tak bisa kujumpai didunia nyata. “sooyeon~ahh. I still try to fix it” ucapku lembut, sembari menatap keluar jendela kamarku. Pada cahaya yang kuharap bisa menyampaikan ini padanya.

The last song for you, I can’t sing it for you. This is from my heart, just for you. I can imagine if you still heard. I should have known this wasn’t real. And fought it off and fought to feel. What matters most? Everything. That you feel while listening to every word that I sing. I promise you I still bring you home. I will bring you home. In my heart.

“taeyeon~ahh..” satu sapaan menyadarkanku. Sapaan lembut dari sang pemilik suara ini membuatku tersenyum tulus memandang wajahnya. Malaikat lamaku yang kembali. Gomawoyo sooyeon~ahh, kau benar-benar terus memberikanku kebahagiaan.

“apa yang kau lamunkan?” dia berjalan pelan menghampiriku. Wajahnya yang masih lemas, dengan piyama pink yang masih melekat ditubuhnya.

“nothing. Aku hanya terpesona dengan cahaya ini. Entah mengapa begitu lembut menyapaku pagi ini.” Ucapku lirih.

“kau tak berubah. Aku selalu tersentuh dengan apa yang kau katakan. Seperti puisi.” Eyesmile ini menghiasi wajahnya.

“kau juga. Senyumanmu juga seperti puisi. Indah.” Rona merah terlihat jelas dikedua belah pipinya.

Rasa ini kembali meruak dalam tubuhku. Hanyut terbawa suatu perasaan yang aku sendiri tak tau bagaimana menjelaskannya. Jessica benar-benar menepati janjinya, aku percaya dia tetap akan membahagiakanku walaupun aku tak bisa lagi bersama dengannya. Antara sedih atau harus senang. Dilemma. Dia memang punya banyak cara untuk membahagiakanku. Kalau begini caranya, aku merasa terbodohi oleh janjiku sendiri. Apa yang harus aku lakukan dengan keadaan sebegini rumit? Sebenarnya tidak rumit. Tapi akulah yang membuat keadaan ini menjadi rumit.

“why?” ucapnya pelan. Dia menatapku dengan wajah polosnya.

“why?” aku balik bertanya tanpa memberikan jawaban pasti yang sebenarnya aku tau kemana arah dia bertanya.

Dia kembali menatapku polos. Tak sadar kami bertatap mata menciptakan eye contact. Masih benar-benar indah. Tak ada yang berubah memang. Sejak dia Nampak didepan mataku aku kembali jatuh, jatuh dalam dekapan cinta.

“kenapa kau menatapku seperti itu? Ada yang salah denganku?” kurasa aku benar-benar tak sadarkan diri ketika menatapnya. Kupikir aku hanya tenggelam dalam pikiranku, dan ternyata aku memperhatikannya dengan berlebihan.

Aku tertawa malu “aniyoo. Ayo sarpan. Perutku sudah memakan tanganku!” aku mencoba memberikan intermezzo sebagai pengalih topik.

“mwoyaaa??!” dia mengerutkan dahi.

Aku menarik tangannya, mengajaknya bangun dan berjalan menuju pantry.

***

Terik siang ini tak begitu hebat. Duduk dibalkon lantai 2 ditemani dengan secangkir kopi. Mengoleskan warna demi warna dikanvas yang akhir-akhir ini menemaniku. Melukis sepertinya menjadi hobyku untuk melalui waktu selangku.

“aku tak tau kalau seorang kim taeyeon bisa melukis.” Satu sapaan lembut membelaiku. Aku menoleh mendapati sang pemilik suara bersandar disamping pintu dengan segelas entah apalah itu ditangannya. Anak ini. Benar-benar mirip.

“bisakah kau berhenti menatapku seperti itu?” dia berjalan mendekat kearahku.

“why? Aku tak boleh melakukan itu?” aku menaikan nada bicaraku.

“lukis aku taeyeon~ahh.”

Aku mengerutkan keningku, mencondongkan kepalaku kekanan sambil menatapnya.

“berhentilah! Dan lukislah aku!” seketika aku mengangguk menuruti perintahnya.

Aku membalikan lembar kertas kanvasku, mulai meramu warna yang akan kugunakan untuk melukisnya. Kejadian ini kembali menarikku pada masa lalu dimana sang ratu juga pernah melakukan hal ini padaku. Ini adalah kali kedua aku melukis seseorang. Sebenarnya ini masih menjadi phobia untukku. Lukisan sang ratu masih ada dilemari dimana aku menyimpan kenanganku saat bersamanya. Aku tak ingin lagi membukanya, karena aku yakin melakukan hal itu sama saja mengecewakannya. Kurasa ini saatnya aku mencicil kegiatan move-on ku.

Aku menelusuri sudut demi sudut mulai dari wajahnya dengan mataku. Ini kembali membuat kami saling bertukar pandang. Aku merasakannya. Sesuatu yang bergejolak dihatiku. Sedikit ragu aku akan melanjutkannya. Dia tersenyum. Senyuman hangat yang membuatku setidaknya menjadi sedikit lebih tenang. Mulai ku torehkan tinta hitam dikanvas, aku mulai yakin, yakin dengan tujuanku dan yakin dengan perasaanku yang aku yakini masih belum mau untuk menerima.

Beberapa saat kemudian, aku tersenyum menang menatap hasil karyaku. Sketch indah ini jika aku terus melanjutkan akan menjadi indah seperti aslinnya.

“apa kau sudah selesai dengan sketchnya? Aku sudah mulai lelah bergaya seperti ini.” Eluhnya. Aku mengangguk sebagai jawaban. Dia berjalan mendekat dibalik punggungku.

“beautifull taeyeon~ahhh!!” dia mendekapku dari balik punggungku. Kedua tanganya terikat erat melingkari perutku. Aku diam dan menikmatinya, bersenandung lembut dalam hati sambil tak henti menatap lukisan ini. Akankah dia benar-benar menggantikan tempatmu dihatiku sooyeon~ahh?? Aku masih takut untuk kembali merasakan cinta, yang selama ini aku tau bahwa cinta itu menyakitiku. Meninggalkanku. Jatuh cinta membuatku takut. Tak ada yang abadi memang, tapi setidaknya aku sangat ingin menikmati cinta hingga aku berhenti bernafas. Apakah aku mencintaimu itu sebuah kesalahan? Sooyeon~ahh, aku membutuhkan jawaban. Sampai saat ini kubiarkan hatiku kosong, tapi tak sekosong lembaran kertas putih. Seumpama sebuah kotak, disana ada lubang yang menghubungkan dengan ruangan luas dimana kau tersimpan dengan baik didalam ruangan itu. Hanya aku dan Tuhan yang tau tentang itu. Kupikir kau yang sekarang berada jauh disana bisa tau apa yang ada didalam sini.

***

“taeyeon~ahh!”

suara decak tangis terdengar nyaring ditelingaku. Tapi entah mengapa aku tak sanggup membuka mataku. Di alam bawah sadarku aku berdiri tegak dengan mata terbuka. Hanya putih. Dimana ini? Apa aku sudah mati? Jika memang aku sudah mati, aku seharusnya bisa melihatnya. Melihat kekasih lamaku.

“sooyeon~ahhh!” aku berteriak lantang. Hanya gema yang menjawabku. Berulang-ulang dan tanpa berhenti. Ujung duniakah ini? Tapi tak ada matahari disini. Cahaya putih yang ada. Aku seperti berada didalam ruangan putih 10x10M berjalan 4langkah kekiri, kanan, depan, dan belakang, tapi tak ada perubahan.

“taeyeon~ahh. Lama tak bertemu.” Suara lembut tak asing terdengar lembut disertai gema yang lagi membuatku mencari sosoknya.

“sooyeon~ahh! Dimana kau?” aku berucap dengan sedikit berteriak, melihat sekelilingku tapi aku tak bisa menatapnya.

“I’m allways in your heart taeyeon~ahh.”

“jeballl sooyeon~ahh! Kau tau? Aku sangat merindukanmu. Aku ingin melihatmu lagi. Walaupun aku tau aku tak mungkin lagi bertemu denganmu lagi.” Aku menundukan kepalaku, menangis sejadi-jadinya. Lututku terasa berat untuk menopang tubuhku. Lambat laun, kaki ini benar-benar lemah, aku sujud tersungkur masih dengan air mata yang mengalir deras.

Satu sentuhan dipundakku membuatku mengalihkan tatapanku.

“ya! Kenapa kau menangis? Aku sudah mengatakan kalau aku akan selalu berada disini.” Jari telunjuknya menyentuh dadaku, setelah itu, kedua tangannya menopang daguku mengangkat kepalaku dan otomatis aku menatapnya. “sooyeon~ahh-“ aku tak sanggup melanjutkan ucapanku. Kembali tenggelam dalam tangisan. Meluap sudah semuanya. Kerinduan, rasa cinta, dan seluruh emosiku mencuahh tinggi.

“taeyeon~ahh. Jika kau sedih, maka aku akan ikut sedih. Kau tak boleh seperti ini. Kau melarangku untuk menangis, kau selalu mengingatkanku untuk menyimpan baik-baik air mataku.”

“aku merindukanmu Jessica! Aku sangat merindukanmu!” aku sedikit berteriak, menatapnya dengan air mata penuh disekitar mataku.

“I know it. Kau selalu merindukanku, akupun begitu. Aku selalu merindukanmu. Tapi sekarang aku hanyalah kupu-kupu yang terbang bebas, bebas didalam hatimu. Menjaga hatimu agar tak ada yang menyakitimu.”

“aku tak ingin kemana-mana lagi. Aku ingin disini, aku ingin disini denganmu.” Aku kembali merengek.

Whisper a Wish To a Butterfly, and It Will Fly Up  To Heaven and Make It Come True. Aku selalu ada untukmu. Kau harus kembali, kau belum menepati janjiku. Kau harus bahagia taeyeon~ahh. Dan bukan disini. Kau harus meraih itu disana. Kupu-kupu ini akan tetap berada ditempatnya, dihatimu. Waiting your wish and make it come true. Arraa??”

Seketika aku terbangun dari tidurku. Pusing mengambil alih kesadaranku, baru sedetik aku membuka mataku, tapi terpejam kembali.

“taeyeon~ahh!” suara itu lagi-lagi memanggilku, masih sama dengan isakan. Aku masih berusaha membuka mataku hingga akhirnya secercak cahaya kembali memaksaku untuk terpejam. Sebenarnya apa yang terjadi padaku. Terakhir aku mengingat, aku terkapar ditengah jalan, dan setelah itu aku tak tau apalagi yang terjadi denganku, hingga saat ini untuk melihat cahaya saja sangat sulit.

“enghhh~” aku sedikit mengerang untuk meyakinkan orang-orang yang berada disekitarku merespon.

“taetae!”

“taeyeon~ahh.”

“taenggoooo~” sudah kuduga, ternyata aku benar. Dan kali ini aku berhasil beradaptasi dengan cahaya yang langsung menyorotku, walalupun membutuhkan waktu lebih dari 20menit.

Satu sosok kini Nampak dihadapanku. Walaupun masih samar, tapi aku mengenal jelas wajahnya. dia begitu penuh dengan air mata. “kenapa kau menangis?” tanyaku lemah. Tanganku bergerak menggenggam tangannya. Sedikit bergertar namun pasti. Dia membalasnya dengan tak kalah erat

“karena aku mengkhawatirkanmu.” Ucapnya lirih. Suaranya terlalu tenggelam dalam isakan.

“mengkhawatirkanku? Kenapa kau mengkhawatirkanku?” satu pertanyaan yang mengalir begitu saja dari mulutku. Aku merasa diriku ini sangat cerewet setelah kesadaranku pulih, aku sadar karena aku tau kalau aku sebelumnya berada dalam sebuah accident.

Genggamannya ditanganku semakin mengerat. Dia Nampak ragu untuk mengatakan sebuah jawaban. Tatapannya tak lepas dari mataku. Lembut. “karena aku mencintaimu tae.”

***

Matahari menyapu kesadaranku dari mimpi semalam. Aku meregangkan ototku perlahan pasti. so fresh! Aku memalingkan padanganku pada seseorang yang kini meringku manis disampingku. Masih tertidur. Wajahnya tetap bersinar dengan seulas senyuman yang terpampang saat ini. Aku mulai menelusuri sudut demi sudut wajahnya dengan tanganku. Lembut. Dengan pasti aku mendekatkan wajahku padanya. Mengecup kecil ujung bibirnya. Aku bahagia.

Merekah kembali. Bunga matahari yang selama ini tak menampakkan keindahannya, kini kembali merekah. Seperti itulah yang kurasakan saat ini. Aku kembali merasakan cinta, aku kembali mengenal cinta. Walaupun aku masih menyimpan rasa takut itu, tapi kali ini aku harus tetap yakin dengan kesempatan kedua yang kali ini aku dapatkan. Sooyeon~ahh, aku akan memulainya lagi, dan aku bisa benar-benar memenuhi apa yang kau inginkan. Yakksooo!

“eeuunngg~”

“enggg… kau sudah bangun taetae?” aku sedikit terpenjat. Sejak tadi aku hanya memandangi wajahnya, dan tanpa sadar dia terbangun. Aku mengangguk, dan mengulas senyum untuknya. Dia membalas senyumku, dan setelah itu dia melakukan hal yang sama saat pertama kali aku terbangun tadi.

“kau tetap cantik tae.” Matanya menatap lurus menembus mataku.

“apa ini sebuah gombalan dipagi hari?” aku membalas tatap itu tak kalah dalam.

“bukan. Itu ungkapanku secara langsung dari hatiku. Apa kau mengingkan gombalan setelah kau terbangun dari tidurmu?” dia menyunggingkan sebelah matanya.

Aku terdiam, merasa tergoda oleh apa yang gadisku ini tawarkan. Sepertinya dia menangkap apa yang saat ini aku pikirkan. Wajahnya mendekat, semakin mendekat, dan hingga menyisakan jarak beberapa centi dari wajahku. Tatapanku tak lepas darinya. Begitu juga dirinya.

“aku terbangun karena sesuatu yang lembut menyentuh bibirku.”

Aku yakin kali ini pipiku memerah semerah buah tomat. Wanita ini benar-benar mengalihkan pagiku dengan keindahan yang lebih.

“apa kau ingin merasakannya lagi?” aku menelan salivaku sesaat setelah berucap.

“lakukan. Kau harus bertanggung jawab karena membangunkanku dengan sesuatu yang saat ini sangat aku suka. Ciumanmu.”

Aku tersenyum. Semakin menghilangkan jarak yang memang sudah sangat dekat. Mulai merasakan kelembutan bibir gadisku. Awalnya aku dan dia menikmati hanya dengan saling menyentuhkan bibir kami. Aku membuka mataku, dan tak kuduga dia pun melakukan hal yang sama. Kami saling tatap. Ini cinta. Sama seperti dulu. Hanya berbeda pada dimana lawanku yang menatapku. Aku kembali mengatupkan mataku, melumat dengan perlahan dan lembut bibirnya. Dia membalasnya. Dia melingkarkan tangnya dileherku. Ini lebih dari cukup untuk bisa menggantikan sarapan pagiku. Kami menikmati ciuman ini, cukup lama kupikir, sebelum dia menghentikan kegiatan ini.

“saranghae my precious soul.” Dia kembali mengecup kecil bibirku yang masih basah.

“nado miyoung~ahh.”

***

19 bulan berlalu dengan cepat. Aku pikir semua akan berjalan dengan apa yang sejak awal aku prekdisikan dan aku yakini. Dan ternyata, kenyataan merubah itu semua. Dan kembali karena satu kata yang memang membuatku terpuruk dalam kehancuran. CINTA. Memang benar apa yang pernah aku bulatkan. Cinta tak akan pernah abadi. Tak akan pernah bertahan. Aku memang akan sangat sulit berteman dengan cinta. Kurasa itu semua karena kutukan. Huhh! Percaya pada kutukan mungkin itu adalah hal yang sangat tidak masuk akal. Ini sudah era modern dan masih percaya pada kutukan? Dan ternyata, aku sendiri yang mengucilkan pendapat tersebut. Aku merasakannya sendiri. Dikesempatan pertama aku gagal melanjutkan dadu kehidupanku. Dan setelah itu aku berada pada kesempatan kedua, aku bisa menikmati sedikit lama putaran demi putaran dadu sebagai langkahku mengarungi cinta. Dan akhirnya aku kembali terhenti. Berdiri dipulau terpencil, dan tak bisa bergerak kemana-mana lagi. Pembunuh paling kejam dalam hidupku. CINTA.

Entah kenapa aku terus-terusan meneteskan air mata karena kata itu. Dia sudah meninggalkanmu dengan mudahnya. Dia mengatakan kalau dia harus menikah kerena sudah dijodohkan. Dia memang seharusnya tak bersamaku. Dia memang seharusnya bahagia dengan seorang laki-laki tampan yang bisa memberinya segalanya. Aku mana bisa melakukan hal itu. Mustahil.

Aku akan berhenti. Berhenti untuk mengejar apa yang tak pasti. aku akan bernhenti mengejar cinta yang terus berlali dan mempermainkanku. Setidaknya aku sudah berusaha untuk menjangkaunya. Sooyeon~ahh. Mianhe. Kurasa kau sudah cukup untukku mendiami hatiku ini. Aku bahagia sekarang. Walau tanpamu disini. Tapi kau mengatakan kau tak akan meninggalkanku dan selalu ada dihatiku. Selalu ada dimana aku mendayung perahu kehidupanku.

“kenapa kau berpikiran seperti itu?” satu suara menyentuh telingaku dengan lembut. Suara yang aku tau tak akan pernah aku dengar lagi.

“sicaa?”

“kau masih belum menggunakan kupu-kupu itu untuk meraih lagi kebahagiaanmu.”

“mianhe sooyeon~ahh. Kurasa aku tak akan bisa menepati janji yang masih kau titipkan. Dan kurasa aku memang akan sulit untuk bahagia jika itu tidak bersama dirimu.” Aku menundukan kepalaku sedih. Tak terasa air mata ini kembali turun.

“hei… kenapa kau tak yakin? Bahkan aku sangat yakin kalau kau akan bahagia. Dan kebahagiaan itu tak akan pernah memudar setelah ini.” Angin hangat nan lembut menyapaku. Aku merasa sesuatu menyentuhku dengan sangat halus. Aku merasakan aroma yang sudah sangat lama aku rindukan. Sudah hampir 3 tahun aku tak merasakan aroma ini

“sooyeon~ahhh. Aku… aku.” Entah kenapa rasanya aku tercekat untuk melanjutkan percakapan ini. Walau halusinasi, tapi aku tetap bisa merasakan kehadirannya disini. Didekatku, dan sangat dekat saat ini. Aku merasakan sentuhan lembutnya.  Ini membuat Nampak seperti orang gila. Memang aku sudah gila diperlakukan seperti ini oleh cinta. Jung Sooyeon, Hwang Miyoung kedua gadis yang membuatku tergila-gila dan akhirnya pergi.

“aku yakin kau tak akan mengecewakanku taeyeon~ahh… dan aku yakin, rasa cinta diantara kau dan dia tak akan pernah luntur. Dia cinta pertamamu. Aku tau itu. Kejar dia. Jangan biarkan rasa itu hanya mengambang diantara hatimu dan hatinya.” Perkataanya barusan membuatku berpikir. Logicaku mencoba untuk memahami apa yand dia katakan, apa yang dia utarakan.

“kenapa kau membiarkanku bahagia bersamanya? Kenapa kau tak membiarkanku sendiri dan hanya mencintaimu?” aku menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan ungkapanku.

“ Apa aku salah jika aku tetap mencintaimu. Cintaku untukmu juga tak akan pudar sooyeon~ahh.” Aku kembali tenggelam dalam isakanku. Merasakan gejolak yang besar saat mengatakan itu semua.

“aku tau itu. Kau juga akan selalu mencintaiku. Aku pun tetap akan selalu mencintaimu karena kau adalah cinta pertama dan terakhirku. Arti cinta adalah saling memberi kebahagian antara satu dengan yang lain.”

“Jika kau tetap mencintaiku, kau tak akan bahagia. Kau akan bahagia hanya bersama dengannya. Dan aku pun juga akan bahagia. Maka cinta untukku akan tetap ada darimu.”

***

Memperjuangkan cinta? Termasuk hal bodoh kah itu? Jika memang itu sesuatu tindakan bodoh, tapi entah mengapa aku tetap melakukannya. Rela untuk terbang ke LA hanya karena sebuah cinta. Teman-temanku mengatakan kalau memang ini yang harus aku lakukan. Awalnya hanya aku yang tak akan pergi ke pesta pertunangan itu. Tapi aku menjadi kuat karena sang malaikatku yang memberiku keyakinan untuk tetap berjuang. Dan lagi karena sejak awal aku memang harus menuntaskan janjiku padanya.

Aku membuka buku diaryku. Aku menggunakan buku ini hanya saat aku ingin menulis lyric lagu. Selama aku menjalani kesempatan keduaku, dia selalu membuatku terkesan, dan akhirnya aku ungkapkan dengan menulis lyric-lyric cinta untuknya. Dia menyukainya. Dulu dia menyukai apa yang aku tulis walaupun itu hanya penggambaran situasi hatiku saja.

Tak terasa aku sudah 18 jam duduk terdiam, dan ternyata pesawat yang aku tumpangi sudah mendarat dibandara. LA. Kota dimana aku akan kembali mengejar cinta. Mengejar kebahagiaanku.

***

Hari dimana dia akan melangsungkan pertunangannya, sampai sudah. Dan sampai sini, hatiku kembali merasa mundur. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan. Kegamangan menyelimutiku sekarang.

Aku memandang keluar jendela hotel. Memandang langit yang cerah. Langit ini bertolak belakang dengan apa yang saat ini terjadi dihatiku. Mendung.

Seekor kupu-kupu terbang dihadapanku, terbang menghiasi angkasa. Ini mengingatkanku pada apa yang Jessica ucapkan. “aku mencintainya. Aku sangat mencintainya. Aku menginginkan Tiffany kembali kepelukanku. “ aku berucap pelan sambil memejamkan mataku. Air mata kembali mengalir disini. Isakanku kali ini memburu dengan cepat.

“yakinlah!” suara itu kembali muncul. Kembali memberiku kekuatan didalam sini. Didalam hatiku. Aku akan tetap mencoba, setidaknya aku akan memperjuangkan cintaku. Jessica yakin akan itu, dan aku juga harus yakin sebagai diriku yang diyakininya.

Aku segera merapikan gaunku yang memang sudah aku kenakan sejak tadi. Aku memang rencana akan hadir pada pesta pertunangan itu. Tapi karena suasana hatiku, aku mengurungkannya dan kali ini akhirnya aku benar-benar yakin.

Aku mulai melangkahkan kaki ku. Melangkah untuk berpetualang didalam gejolak kisah cintaku. Aku berharap ini akan menjadi yang terakhir.

“tetaplah bersamaku, dan bimbing aku my butterfly”

***

Masih ada waktu. Aku berlari melewati pelataran gereja dimana pertunangan tiffany dilangsungkan. Berlari secepat dan semampuku. Aku sempat terjatuh karena high heels yang aku kenakan. Aku tetap berdiri. Tetap menahan rasa sakit yang aku rasakan. Aku tau kaki ku kini terkilir, tapi adrenalinku memaksaku untuk membiarkan itu.

“klapp.” Pintu gereja terbuka saat aku sedikit mendorongnya sekuat tenaga. Bisa kulihat dengan jelas semua mata tertuju kearahku. Menatapku dengan bingung. Dia. Dia Nampak canti dengan gaun putih itu disana. Aku menatapnya tanpa henti, berjalan pincang karena ternyata rasa sakit itu semakin terasa.

“taeyeon~ahh.” Walau aku tak mendengar, tapi aku bisa melihat dia menyebut namaku lirih.

I didn’t have a chance to be in pain although I let you, although you left me
Happy memories of us are endless and still remain
The sound of your footsteps that I got used to back then makes my heart rush again

Because I love you so much, because I miss you so much
I couldn’t forget you in the end – because I’ve been waiting for all this time
I just, I just, I just smile and smile again
Because of you, who is standing before me again

I smile and smile, smile and smile, smile and smile again and
I pull you into my arms

The endlessly flowing tears have stopped, this isn’t a chance, it’s a miracle
I can’t dream a better dream than this, even if I die twice, I won’t ever let you go

I can’t hide my swelling heart that feels like it’ll explode, I can’t hide it
Even I am proud of myself for enduring through it, for waiting for you

As if I’m looking into the sun, my eyes are blinded
You are still so pretty, more than anyone else

Because I love you so much, because I miss you so much
I couldn’t forget you in the end – because I’ve been waiting for all this time
I just, I just, I just smile and smile again
Because of you, who is standing before me again

I smile and smile, smile and smile, smile and smile again and
I pull you into my arms

***

Aku menyanyikan sebuah lagu yang aku gambarkan untuknya. Untuk dia yang kini berada dihadapanku. Sangat deras, air mataku mengucur setelah aku menyanyikan lagu ini. Aku pun melihatnya menangis. Dan akhirnya aku runtuh. Pertahananku ternyata tak sekuat apa yang aku perkirakan. Dia berlari kearahku. Mendekapku dalam pelukannya. Sangat erat. Kubiarkan dia menangis bersamaku. Aku akui memang kali aku benar-benar sudah pecah. Segala emosi dan cinta yang ada dihati membludak.

“kau cantik sekali dengan gaun itu miyoung~ahh..” aku berucap lemah disela isakanku.

Dia tak merespon ucapanku.

“taeyeon~ahh! I LOVE YOU!” dia berteriak. Itu membuatku terkejut. Ternyata benar. Semua yang dikatakan oleh Jessica benar. Dia tetap akan mencintaiku.

“I love you so much taeyeon~ahh. Aku menunggumu selama disini. Aku terus menangis menunggumu. Aku sangat merindukanmu.” Dia kembali memelukku erat, tampak tak peduli dengan apa yang saat ini seharusnya terjadi. Mengacuhkan semua mata yang ada didalam gereja ini yang saat ini tertuju pada kami.

***

“taman bunga matahari yang sangat indah.” aku buka suara.

“hmm… aku tau. Taman bunga ini seindah perasaan yang kini aku rasakan untukmu.”

“miyoung~ahh. Aku ingin memperkanmu dengan seseorang yang memberiku kekuatan untuk terus meraih cintaku.”
“nugu?”

Aku menengadahkan tatapanku kelangit. “dia adalah kupu-kupu yang selalu singgah dihatiku, dia selalu mendengarkanku. Dan aku tak menyangka dia akan membimbingku hingga aku bisa kembali berbahagia denganmu.”
“apa aku harus berterima kasih dengannya?” aku mengangguk menanggapi pertanyaannya.

“gomawo kupu-kupu, karena kau telah  mempertemukan kami berdua kembali.” Ucapnya dengan polos. Aku tersenyum padanya. Menatapnya lembut dengan penuh cinta. Menikmati pemandangan indah dihadapanku yang tak kalah indah dengan taman bunga matahari ini. Aku meraihnya dalam pelukanku. Kepalanya bersandar nyaman didadaku. Angin lembut berhembus menerpa kami berdua.

“gomawo sooyeon~ahh.”

***

–>>>>

waaaaaaaa… ternyata saya sudah 2 bulan kagak update. banyak kerjaan sekaligus karena susah dapet mood buat balik nulis lagi. dan ternyata dapet wangsit entah darimana bisa dapet mood buat ngelir ni sequel yang sebenernya udah kerancang lama. wkwkwkwk 😀 oke dehhh nggak panjang2. selamat menikmat dan terimakasih untuk masukannya ^^

Lost In Love [ONE SHOOT]

Main Cast : Kim Taeyeon – Hwang Miyoung

Other Cast : SNSD member

Genre : YURI

—————————————————————————————————-

Author POV

Angin bertiup sepoi-sepoi, menerpa dan mengayun-ayun rumput juga pepohonan yang tertancap kokoh dan indah di taman. Menyisakan sepi diantara 2 gadis muda yg sibuk dengan perasaan mereka masing2. Suara deru air pun sampai bisa terdengar, ketenangan yg sangat mendominasi tak terelakan, suasana mendung juga melengkapi suasana gamang yg tercipta. 10,20,30 menit berlalu begitu saja, dan belum ada kata2 terucap sejak pertama mereka berjanjian bertemu, hingga waktu sekarang sudah beranjak lebih dari 60menit. Awkward moment begitu terlihat diakhir2 ini, hubungan mereka mulai renggang, satu diantara mereka takut kehilangan, dan satunya lagi ingin memutuskan berpisah karena perubahan sikap dari lawan mainnya. Kim taeyeon, orang yg penyayang dan tak akan mudah untuk melepaskan kekasihnya yg saat ini menjalin kasih dengannya. Dia memang terlalu memforsir dirinya untuk menjauh dari kekasihnya untuk saat ini, entah karena apa, pikirannya memaksanya untuk melakukan itu.

“kau yang memanggilku kemari, kenapa kau hanya diam?” satu diantara mereka akhirnya meyerah untuk bertahan dari kediamannya.

“mianhe miyoung~ahh. Aku takut jika keputusanku menyakitimu, entah kenapa aku tak bisa menyembunyikan ini terlalu lama darimu, berbeda dengan aku yg sebelumnya, yg dengan mudah menyimpan sendiri apa yg aku rasakan.” Dia menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan perkataanya.

“apa kau benar2 bahagia bersamaku?” satu pertanyaan yg menyita segala konsentrasi dari gadis yg duduk disebelahnya, yg sebelumnya menatap kosong ketenangan danau yg melengkapi keindahan taman ini.

Kembali kediaman tercipta, setelah beberapa saat sebuah pertanyaan terlontar dari mulut taeyeon.

“aku tau kau meragukan cintaku taeyeon~ahh. Aku tau kau akan susah percaya pada gadis seperti diriku ini. aku terima itu, mungkin kau yg terlalu sempurna bagiku, karena kesempurnaanmu itu menyeretku dalam cinta yg susah untuk aku abaikan.” Pernyataan ini membuat taeyeon terus terdiam.

“aku tau pernyataanku tadi mungkin susah untuk kau percaya taeyeon~ahh.. arrassoo. Aku tak akan memaksamu untuk percaya. 11 bulan ini semenjak pertama kali kau menyatakan cinta padaku, adalah saat2 dimana aku benar2 merasa bahagia bersama orang sepertimu. Berbeda dengan orang2 yg pernah menjalani kasih denganku, you’re the last for me. But now I feel I can’t meke you the last for me.” Tiffany beranjak dari tempatnya, berjalan melewati taeyeon yg masih terduduk diam dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. tetesan air mata jatuh begitu saja dari gadis yg terus berjalan menjauh, yg berharap dihentikan oleh gadis yg masih terduduk, tapi sayangnya itu tak terjadi. Ya, sangat menyakitkan, walaupun belum ada kata putus yang terucap, tapi ini begitu menyakitkan bagi kedua belah pihak.

Kediaman masih berlanjut untuk gadis yg belum beranjak dari tempatnya. Langit semakin gelap, awan hitam mulai mendominasi, hujan perlahan turun dari habitatnya. Suara deringan handphone terdengar, 1x,2x,3x. tak ada respon dari gadis itu. masih tetap terdiam.

————————————————-

Author POV

“aiggoooo. Kemana anak ini pergi? Hujan sangat deras, dan dia tak membawa mobil. Mana telfon juga tak diangkat.” jessica mengoceh, berharap taeyeon mengangkat telfonnya tapi tak ada jawaban.

“my princess.. tenang, dia bisa jaga diri. Taeng bukan anak kecil lagi. Toh dia pergi dengan tiffany kan?” yuri memeluk jessica dari belakang, menurunkan rasa kekhawatirannya pada taeyeon.

“iya yul, aku tau. Bukan hanya taeyeon yg tak menjawab, tiffany pun aku telfon juga tak mengangkatnya. Aigoooo” jessica kembali mengeluh

Pintu perlahan terbuka. Seorang gadis basah kuyup mulai Nampak, wajahnya sangat kacau, matanya membengkak.  Bruuukkkkk.. seketika itu dia terjatuh.

“yaaaa!!! Miyoung~ahhhh!” seisi rumah langsung mendekat pada gadis yg terjatuh itu. mereka segera menggotong tubuh gadis itu menuju ke kamarnya. Pakaian yang dia kenakan benar2 basah kuyup. Warga rumah hanya bisa terbengong tak tahu apa yg terjadi pada temannya itu.

“yaaa!! Taeyeonn~ahhh.. angkat telfonku!!!” jessica kembali berteriak jengkel.

“dia masih di taman, tolong jemput dia.” Suara lemah terdengar dari gadis yg terbaring ditempat tidurnya. Semua mata masih tertuju pada gadis itu. menerka-nerka apa yg terjadi diantara 2 insan yg biasanya selalu membagi cinta, namun kini terlihat begitu kacau.

Jessica segera berlari keluar dari kamar, meninggalkan teman2nya. Dengan tergesa menyambar kunci mobil diatas meja, dan menghilang dari dalam rumah.

———————————————-

Taeyeon POV

Aku terlalu perfect? Sebegitukah diriku? Aku bahkan tak bisa menerima kenyataan yg saat ini aku alami. Miyoung~ahhh,, mianhe. Bukan maksudku untuk tak mempercayaimu, aku sangat mencintaimu. Tapi entah kenapa aku merasa kau berubah, kau tak lagi hadir disaat aku membutuhkanmu, kau selalu meninggalkanku disaat aku ingin kau dekat. Aku takut kau berpaling pada yang lain. Tapi sungguh aku akan sulit jika benar hubungan ini berakhir. Aku akan benar2 sulit untuk menemui pengganti dirimu.

Kini tersisa aku dan hujan disini, aku tak bisa menahanmu pergi menjauh, entah kenapa tanganku kaku untuk menahanmu meninggalkanku tadi. Dingin. Kurasakan tubuhku mulai melemas dan menggigil. Bodohkah aku berbuat seperti ini? sengaja memintanya bertemu, tapi yang ada aku hanya diam.

“haaaaahhhhh” aku menghembuskan nafas panjang. Memeluk erat tubuhku sendiri, menguatkan tubuhku untuk tetap kuat menahan dinginnya udara.

“yaaa! Kim babo!” suara itu menyapaku, membuatku buyar akan segala pikiranku.

“sica..” kataku lirih. Ternyata aku menggigil. Benar2 dingin.

“apa yg kau lakukan disini? Cari penyakit? Yaa! Brapa umurmu?? Childish!” dia terus memberondongku dengan pernyataan2 yg sedikit membuatku tersadar atas tingkahku. Terlihat dia membuang payung yg sebelumnya dia pegang untuk melindunginya dari hujan.

“sooyeon~ahh??” dia berjalan mendekatiku, aku terus menatapnya, aku terus menatap matanya selama dia berjalan mendekat. Dan akhirnya dia sampai dihadapanku.

“apa yang terjadi dengan kalian?” tanyanya singkat. Aku kembali terdiam, belum ingin menjawab pertanyaan yg menyangkut hubunganku dengan tiffany.

“yaa! Aku membiarkanmu bersamanya untuk kau bisa bahagia. Jika bukan dia, aku benar2 akan sakit hati telah merelakanmu. Dan kau sudah berjanji denganku akan bahagia” Katanya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya dipiku.

“mianhee. Aku tak menepati janjiku. Aku merasa terabaikan sooyeon~ahh. Bagaimana mungkin aku akan bahagia jika seperti ini?” aku meletakan kedua tanganku diatas punggung tangan jessica, menatapnya matanya dalam.

“mungkin dia yg terlalu sibuk sayang. Wake up honey! Aku benci melihatmu seperti ini. kau sangat jelek kim taeyeon. Tanpa tingkahmu yg kekanak-kanakan itu kau terlihat sangat buruk dimataku.” Jawabnya. Dia membalas tatapanku.

“apa sekarang kau bahagia?” tanyaku lirih.

“sebelum kau seperti ini aku sangat bahagia. Tapi aku tak bahagia lagi karena kau seperti ini.” jawabnya. Jessica adalah mantan kekasihku. 1 setengah tahun aku menjalin kasih dengannya. Dan dia merelakanku untuk tiffany saat itu. dia tau kalau aku dan tiffany sama2 mempunyai rasa.

Tubuhku semakin menggigil. Aku tak lagi menatap matanya, tubuhku terlalu lemah.

“taeyeon~ahh Bisakah kau berjanji tak menyakiti dirimu sendiri seperti ini? ini juga menyakitiku.” Kurasakan pelukan kuat dari Jessica. Aku ingin sekali membalas pelukannya, tapi susah untukku bergerak.

“mianhee.. jeongmalll mianhee.” Hanya itu yg mampu aku ucapkan.

“aku menyayangimu taeyeon~ahh. Aku akan selalu ada disampingmu saat kau membutuhkanku. Aku tak akan menbiarkanmu sendirian.” Dia melepaskan pelukannya, menyangga kepalaku sehingga aku bisa kembali menatapnya. Dia mendekatkan wajahnya. Jarak antara wajah kami kini hanya 1cm.

Bibir lembutnya menyentuh bibirku. Melumatnya pelan, aku tenggelam dalam ciuman ini. aku berbalik membalas ciumannya. Sudah lama aku tak merasakan kelembutan bibir jessica. mianhe sooyeon~ahh, mianhe miyoung~ahh.

Hujan semakin deras mengguyur kami berdua. Tapi pelukan dan ciuman yg masih kami nikmati terasa menghangatkan tubuhku. Aku kembali merasakan sentuhan cinta dari seorang Jung Sooyeon. Perhatiannya yang masih sangat terlihat membuatku kagum padanya.

———————————————-

Author POV

“yaa!! Apa yg kau lakukan?” sooyoung langsung menyambut taeyeon, mencengkeram kerah bajunya taeyeon. Tas yg dibawa taeyeon pun terjatuh.

“youngie~ahhh, biarkan dia tenang dulu, setelah itu kalau kau mau memarahinya silahkan.” Jessica memaksa melepas cengkraman sooyoung, dan membantu taeyeon berjalan menuju ke kamarnya.

“mianhe sooyoung~ahh..” kata taeyeon lirih sambil berlalu melewati  sooyoung.

“apa yang terjadi dengannya? Dan kenapa kau ikut basah seperti ini?” yuri mendekat pada jessica sambil membawa handuk, mengusap2 rambut jessica yg basah kuyup.

“dia tak mau pulang tadi, aku harus memaksanya dengan hujan2an, dan akhirnya aku pun juga basah kuyup.” Ucap jessica. dia tau dia tak akan jujur tentang apa yg terjadi, karena ini akan menyakiti banyak hati.

“kau tau apa yg terjadi dengan mereka?” sunny muncul dari pantry.

“bukannya aku tak mau menceritakan, tapi lebih baik biar satu diantara mereka yg mengatakannya sendiri.” Kata jessica. “aku mandi dulu.” Lanjut jessica dan pergi meninggalkan yang lainnya.

“wait for me baby. Akan kumasakan air hangat untukmu.” Celetuk yuri. Jessica membalas hanya dengan senyuman manis

——————————————

Tiffany POV
“fany~ahhh. Suhu tubuh mu panas sekali. Apa perlu ke rumah sakit?” hyoyeon yg merawatku saat ini. dia benar, aku memang paling mudah sakit, apalagi jika hujan2an seperti tadi, jelas itu akan membawa suhu tubuhku naik tinggi.

“aku,,, aku tak mau ke rumah sakit hyoyeon~ahhh..” bibirku gemetaran, badanku masih menggigil kencang. Sedikit sulit untuk bicara.

“apa kau mau bercerita sesuatu?” kata hyoyeon. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban, aku belum mau bercerita apa2. Sebenarnya apa yg terjadi denganku? Aku sendiri tak mengerti. Apa yang harus aku ceritakan?

“arrassoo. Banyaklah istirahat fany~ahh, akan ku bangunkan saat makan malam nanti.” Kata hyoyeon, dan setelah itu dia keluar dari kamarku. Aku kembali mencoba untuk terpejam, satu menit setelahnya, dan aku kembali membuka mata. Sulit rasanya untuk kembali tertidur, padahal badanku benar2 sedang demam. Deringan dari handphoneku memaksaku untuk terduduk, mengambilnya yg tadi sempat aku letakan diatas meja disamping tempat tidurku.

From : Kim Taeyeon

Apa kau tertidur?

Aku mengetikan kata2 untuk membalas pesannya “aku tak bisa kembali tertidur. Why?”. Tak beberapa lama dia membalasnya.

From : Kim Taeyeon

Bolehkah aku ke kamarmu?

Satu balasan singkat untuk mereplay pesannya. Aku yakin kediaman akan menenggelamkan kami berdua lagi. Seperti saat tadi di taman,dia yang memanggilku untuk datang, dia juga yg perlahan mengusirku dengan kediamannya. perlahan pintu kamarku terbuka, sosok lembut yg selama ini aku cinta terlihat dari sudut pandangku saat ini.

“hi.” Satu salam singkat yg begitu canggung diucapkan. Sepertinya dia benar2 berusaha untuk sesuatu yg besar yg susah untuk dia perlihatkan. Taeyeon yg biasanya tidak sediam ini. dia konyol, dia lucu, dia cute, dan dia menggemaskan. Yg saat ini didepanku bukanlah taeyeon yg biasanya.

“mianhe miyoung~ahh.. karena aku kau jadi demam seperti ini.” dia duduk ditepi kasur, memandang lurus keluar jendela. Aku menatapnya sesaat tanpa jawaban dari mulutku. Wajahnya tampak begitu gusar. Jelas sekalai kalau dia memaksakan diri untuk bersikap seperti ini. aku tak suka ini.

Pandangannya perlahan menuju menatap mataku. Kubiarkan aku juga menatapnya, eye contact yg teman2 bilang sebagai awesome love of eye contact.

“apa aku kehilanganmu?” pertanyaan ini mengalir tenang dari mulutku. Aku mencoba kuat untuk bertahan, menahan air mataku yang hampir membanjiri mataku. Dia terlihat berpikiri, berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya. Tapi sebagai orang terdekatnya, aku tau, dia juga tak kuat untuk menahannya.

“I’m here. Kenapa kau berbicara seperti itu?” jawabnya. Aku pun bisa mendengar sedikit suara paraunya.

“do you really my taenggo?” kini satu tembakan kembali aku luncurkan padanya. dan benar dugaanku, kediaman kembali merenggutnya. Aku tau, dia sulit untuk mengatakannya. Aku tadu dia memang sudah tak mencintaiku lagi, bahkan dia sulit untuk mempercayaiku.

“mm-mianhee miyoung~ahh. I’m not your taenggo now. Perkataanku yg tertunda tadi aku ucapkan sekarang. Kurasa aku begitu munafik, emm bukan, aku terlalu takut untuk mengatakan ini.” disatu sisi aku benci dengan gesturnya yg begitu tenang, tapi entah kenapa aku sulit menahan tubuhku untuk tidak memeluknya.
“kenapa kau lakukan ini padaku? Kau tak mencintaiku? Kenapa kau tega sekali taeyeon~ahh??” pelukanku semakin mengerat untuknya. Air mataku pun begitu deras mengalir, hingga tak sadar membasahi baju dipunggungnya

“miyoung~ahh.. I love you more than you know. But now, I cant fell my love for you again.” suaranya bergetar, aku bisa merasakan dadanya yg sesak. Dia menahan air matanya. Kubiarkan tetap memeluknya seerat mungkin, aku masih tak mau menerima mimpi burukku yg jadi kenyataan, mimpi yang paling aku takutkan, berpisah dengannya. Aku tak ingin bangun dari kenyamanan ini. benarkah kita berpisah?

“aku ingin waktu berhenti saat ini. aku ingin seperti ini selamanya. Aku tak peduli kalau kita sudah berpisah beberapa menit yg lalu. Forever you’re my beloved taenggo.” Ucapku. Aku tau dia mungkin susah mendengar kata2ku karena isakanku yang terlalu dalam.

“aku akan terus seperti ini sampai kau berhenti menangis, memelukmu seerat mungkin jika itu bisa membuatmu berhenti menangis. Aku akan tenang pergi jika kau berhenti menangis.” Pergi? Apa maksudmu dengan pergi?
“taeng?” sejenak aku melepaskan pelukanku, dan kembali menatap matanya, kali ini aku benar2 dalam, sangat dalam.

“pergi?” tanyaku lemah, kini kuberanikan tanganku kuletakan dikedua belah pipinya. Tatapanku masih lurus dan dalam menatap tepat dimatanya, ya. Mulai berair.

“aku akan melanjutkan studyku di prancis. Menggapai cita2ku sebagai seorang designer terkenal, lusa aku sudah harus berada disana untuk menemui kakak sepupuku. Dia yg merekomendasikanku untuk belajar bersamanya disana.” Degggg.. satu pukulan kencang tepat dihatiku. Tetes demi tetes kini kembali jatuh dari liang air mataku. Kembali kudekap dirinya dalam pelukanku, dan dia membalasnya tak kalah erat.

“temukanlah cinta sejatimu fany~ahh.. maaf jika selama ini aku sulit untuk percaya padamu. Kim taeyeon sangat jahat bukan? Aku yakin kau akan menemukan seseorang yg bisa membahagiakanmu. Hwang miyoung.” Suaranya masih tetap bergetar hebat. Aku tau dia sangat susah payah mengendalikannya.

“bagaimana jika cinta sejatiku itu kau?” tanyaku lirih, aku semakin menenggelamkan kepalaku ditengkuk leher mungilnya.

“itu tak mungkin fany~ahh.. aku tak akan bahagia bersamamu, kau pun juga tak akan bahagia bersamaku.” Jawabnya. Kami terus tenggelam dalam pelukan hangat yg menyakitkan. Untukku, aku tau ini hanya untukku, mencitai dengan sangat tulus, tapi orang yg kucintai, 360derajat berbeda dariku. Ya, dulu memang kau mencintaiku, tapi ternyata, kau sulit untuk percaya padaku, bukankah itu menyakitkan? Sangat menyakitkan. Semoga kau bahagia taeyeon~ahh… entah kenapa hatiku mengatakan kau lah yg paling terindah dan sulit tergantikan dalam hidupku.

———————————–

Author POV

Hari ini adalah hari dimana gadis ini harus berangkat meninggalkan tanah kelahirannya untuk mengejar cita2nya. Bandara begitu padat dengan orang2 yg berlalu lalang entah menunggu atau kembali dari perjalanan diatas langit.

“taeyeon~ahh.. kau harus kembali kemari setelah kau benar2 menjadi besar disana. Aku akan selalu merindukanmu. Chiki. Kau cinta pertamaku, jadi jangan sampai kau tak kembali kepelukanku.” Jessica, menghamipiri taeyeon yg berdiri tak jauh dari pintu keberangkatan.
“yaa!! Kau masih saja seperti itu. kau dan yuri adalah pasangan termanis yg pernah kulihat. Aku akan kembali kepelukanmu saat aku berhasil disana. Aku akan selalu mengingatmu.” Taeyeon menepuk pundak jessica lembut.

“cium aku.” Satu permintaan jessica yg membuat taeyeon menaikan satu alisnya. Bingung.
“aku tak ingin menyakiti yuri. Dia-“ belum selesai taeyeon berbicara jessica memotongnya.

“ya! Babo!! Aku memintamu menciumku bukan sebagai kekasih. Cium aku sebagai seorang yg terdekat olehmu dan sebagai mantan kekasihmu.” Perlahan taeyeon mengecup lembut pucuk kening jessica dengan manisnya, memeluknya dengan erat.

“kiddooo!!! Kau belum pernah merasakan hantaman genggaman tanganku?? Beraninya mencium kekasihku didepan mataku.” Yuri mendekat bersama teman2 yang lain.

“mianhe yuri~ahhh.. apa kau tak menginginkan ciumanku? Kau akan merindikanku bukan?” taeyeon menyengir jahil.
“hahahaha. Aku hanya bercanda. Take care and dot forget us.” Kata yuri.

“we are family, right?” dibelakangnya sooyoung menyambung.
“taeyeon~ahh,, kau bagian dari kami. 9 angels. Jangan lupakan itu.” hyoyeon ikut serta.

“unnie, you’re my best unnie!” ungkap yoona. Dan satu gadis gugup yg menatap intents dimata taeyeon.

“jaga diri baik2. Aku akan merindukanmu.” Gadis itu pun angkat bicara.
“fany~ahh.. aku juga akan merindukanmu. Kau juga jaga diri baik2.” Taeyeon perlahan membelai dan mengusap pipi tiffany lembut.

“neee… aku harus segera berangkat. Aku akan kembali, aku janji akan kembali dan menemukan kedelapannya sudah menjadi orang hebat. Salamkan pamitku pada sunny dan seohyun. I will miss you.” Lambaian tangan darinya harus memutus sementara pertemuan mereka. Dan mungkin akan memutus selamanya hubungan antara taeyeon dan tiffany.

——————————————–

Tiffany POV

Apapun yang kau katakan,

bagaimanapun kau menolaknya,

cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.

Aku tetap akan mencintainya.

dia memang melepasku,

tapi sulit bagiku untuk harus bisa melepaskannya juga.

Cinta hanya membutuhkan seperenam detik untuk terjadi,

namun butuh ribuan tahun untuk dapat melupakannya

dan itu pun jika ada yang beruntung.

Pada awalnya, semua itu adalah tentang senyuman,

hadiah romantis juga indah, kebahagiaan, dan sukacita.

Kemudian, saat cinta itumenghilang,

yang tersisa adalah kesepian yang mengerikan dan sakitnya tak tertahankan.

Ketika cinta menjauh pergi,

ia akan meninggalkan mimpi buruk yang mengganggu yang tidak akan berakhir bahkan setelah terjaga…

sampai kemudian,

ia pun akan menjadi bagian yang utuh dalam kehidupan ku.

Aku bisa saja mencari pengganti,

tapi apakah aku bisa mencitainya secara tulus sama seperti saat aku mencintaimu?

Apa aku bisa berjuang mempertahankan kehidupan cintaku,

setelah kau hancurkan dengan rapi puing2 hatiku yg kupersembahkan untukmu?

————————————-

“Sudah hampir 2 tahun lebih setelah kau berada jauh dariku. Apa kau sudah menemukan yg baru? Aku yakin iya. Kau sangat menawan bukan? Aku yakin kau dengan mudah mendapatkan seorang pencari cinta yg membutuhkan seorang putri sepertimu. Hhhaaahhh! Kurasa aku kembali merindukanmu. Aku merasa bersalah pada kekasihku saat ini. Aku ingin mencintainya, tapi kenapa aku selalu merindukanmu? Tapi aku benar2 mencintainya. Aku ingin bercerita panjang lebar padamu, tentang rencana pertunanganku dengannya. Aku yakin kau bahagia disana my TaeTae. Jaga dirimu baik2.” Sebercik tulisan yang selalu kutulis dibuku diaryku yang akhir2 ini menemaniku. Entah kenapa sudah beratus-ratus lebih halaman disini hanya tertulis tentang dirimu. Bahkan aku sudah menyimpan buku diaryku yang lama yg juga sudah penuh dengan tulisanku untukmu.

“fany~ahhh.. cepat sedikit. Klienku sudah menunggu.” Teriak yuri dari lantai bawah. Kehidupan baru kami. Aku, jessica dan yuri berada dalam satu rumah. Yuri meneruskan perusahaan ayahnya di seoul. Dan ternyata kami begitu beruntung. Delapan sahabat bekerja didalam satu kantor, dan aku tak habis pikir kami semua bisa menjabat sebagai director diperusahaan itu.
“iyaaaa.. aku turunnn..” aku berlari tergesa. Dan menghampiri yuri yg sudah ada didalam mobil.

“dimana jessie?” tanyaku. Yuri terfokus pada jalanan yg lumayan lenggang dipagi hari ini.
“yaa! Apa harus setegang itu caramu berkendara? Jelek sekali wajahmu.” Kurapikan helai demi helai rambut yg berantakan dibagian atas telinganya.

“ahhh.. emmm.. jessica berangkat lebih awal, dia harus berangkat ke jeju untuk tugasnya disana. Tadi pagi aku mengantarnya kebandara.” Ucapnya. Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai jawaban.

“apa kau hari ini kosong?” lanjutnya.
“emmhh, aku jarang jobless yuri~ahh.. selalu penuh, dan aku sama sekali lupa akan khun oppa jika begini caranya.” Omelku. Yuri tertawa renyah. Dia beruntung karena jessica berada didekatnya, secara kami semua adalah partner kerja.

Setelah sampai, aku segera masuk dalam ruanganku, membuka handphoneku yg berdering saat perjalanan menuju ruanganku. Ternyata khun oppa menelfonku. Langsung aku tekan speed dial nomor 4.

“miyoung~ahhh.. kau lama sekali mengangkatnya.” Ucap sebal dari khun oppa.

“oppa. Kau cerewet sekali. Waee oppaa?? Tumben sekali kau pagi2 sudah menelfonku. Biasanya kau masih tertidur.”

“yaa! Aku juga punya pekerjaan. Kau sudah minta berbicara dengan yuri kalau mau mengambil cuti untuk acara pertunangan kita nanti di paris?” ahhhh.. aku sampai lupa membicarakan hal ini pada yuri.

“ahhh.. yuri sedang banyak klien oppa. Rencana akan berangkat kapan?”

“yaa! Kau ini cantik2 tapi pelupa. 3hari lagi kita brangkat honeyyy..”

“omoo.. oke oppaa.. hari ini aku akan bicara dengan yuri. Oppa, aku harus menerima klienku, akan kuhubungi lagi nanti saat makan siang.” Sekretarisku memberi tanda kalau ada orang yg ingin bertemu, jelas itu klienku yg sudah berjanji untuk bertemu.

———————————–

Author POV
“yuri~ahh,, 3 hari lagi aku akan berangkat ke paris, untuk acara pertunanganku dengan khun oppa. Jadi aku harus meninggalkan pekerjaanku. Kurasa 1 bulan aku akan berada disana.” Kata tiffany, menatap rekannya yg berada didepannya.

“emmh…” yuri belum menjawab. Dia masih sibuk menghabiskan makanan dalam mulutnya.

“yaaa! Kau tak mengundang kami?” celetuk sooyoung.

“aku berniat mengundang kalian. Tapi apakah kalian ada waktu???”

“oke miyoung~ahhh,, 3 hari mendatang kan? Arraseoooo. Kita akan kesana bersama2.” Sambung yuri setelah sekian lama menyelesaikan kunyahan demi kunyahan. Semua mata kini tertuju pada dirinya. Yuri memang memegang kendali besar diperusahaan ini, secara perusahaan ini adalah milik ayahnya.

“lalu? Siapa yg akan mengurus semuanya? Ayahmu?” sahut tiffany.

“yaa! Apa kalian tak mempunyai sekretaris? Paling juga kita disana selama satu sampai dua munggu. So? Ada masalah?” gestur dan cara bicara yuri begitu santai.

“daebaaakkk unnie! Rasanya ingin kulumat bibirmu itu..” celetuk yoona, dan langsung mendapat lemparan tissue dari yuri.

“fany~ahhh,, bagaimana dengan taeyeon? Apa kau tak mau memberitaunya?” sunny yg sedari tadi terdiam, akhirnya buka suara. Kini semua hanya terdiam menanggapi pertanyaan sunny.

Wajar jika mereka hanya diam, sudah hampir 3 tahun taeyeon meniti karir diluar negri, sampai sekarang belum ada kabar darinya.

“aku merindukan taeyeon unnie. Sudah seperti apa dia sekarang? Apakah sudah lebih tinggi dari aku?” celetuk seohyun.

“huuaahhh!! Gadis pendek itu benar2 menjengkelkan, dia bilang dia akan kembali secepatnya, dan akan selalu memberi kabar. Nyatanya sampai sekarang dia juga belum kembali, bahkan tak ada kabar sedikitpun darinya.” Omel hyoyeon.

“mungkin dia memang benar2 sedang sibuk.” Jawab tiffany singkat.

Suasana canggung mulai terasa, terutama untuk tiffany. Dia tau kalau luka lama yg sudah lumayan mengering kini terpaksa harus terbuka lagi. Terlebih karena sebentar lagi dia akan melaksanakan tunangan dengan kekasihnya yang sekarang, Nickhun.

—————————————

Author POV

Hari yg ditunggu-tunggu pun tiba, tiffany dan nickhun yang akan melaksanakan pertunangan mereka. Teman2nya pun ikut dalam rombongan.

“aku benar2 tak sabar merasakan udara paris. Aku ingin berlibur bersama bunnyku” celetuk sooyoung sambil memainkan pipi sunny yang ada disebelahnya.

“yaa! Choi sooyoung, nicky tidur, bisakah kau pelankan suaramu! Berisik sekali!” omel hyoyeon yang berada dibelakangnya.

“tak tau kah kau sekarang kita sudah dimana?? Makanya, kalau tau nicky tidur, liat pemandangan, jangan hanya memandangi wajah tidur baby nicolemu itu. Kita sebentar lagi sudah hampir sampai airport. Babo!” sooyoung membalas omelan hyoyeon.

Setelah menempuh 10 jam perjalanan udara, sampailah mereka di Charles de Gaulle International Airport.

“huaaaaa… ternyata dingin sekali.” Teriak yuri saat merasakan udara yang berhembus diluar airport.

“yuri~ahhh,, jika kau masih seperti itu, aku akan menolak gandengan tanganmu.” Ancam jessica, sambil mengecurutkan bibirnya.

“dasar kampungan” tambah sooyoung.
“mworagooo??! Ucapkan sekali lagi!” yuri berbalik badan dan menatap tajam pada temannya itu.
“yaa! Kalian berdua. Kalau kalian masih seperti ini, akan kupulangkan kau ke korea.” Tiffany turun tangan, dan membuat keduanya memasang wajah melas.

“setelah ini kita langsung menuju ke hotel. Akan kuceritakan sedikit, hotel ini adalah kepunyakan orang korea. Dia designer terkenal disini, dan aku sudah menyewa tempat untuk kita menginap dan yg pasti tempat untuk pelaksanaan pertunangan. Karena dia juga designer, dia juga sudah mempersiapkan design gaun yang akan kau gunakan.” Nickhun menceritakannya panjang lebar.

“permisi, apakah anda tuan nickhun dan rombongan?” percakapan mereka terhenti dengan seorang laki2 berjas rapi, dan berbahasa korea.
“ahh nee.. apakah anda pegawai ms. Kim?”

“ya. Saya bawahan dari ms. Kim. Beliau menyuruh saya untuk menjemput anda di airport.” Ucap sang laki2 itu.

“ne. kamsahamnida.” Segera mereka bergegas memasuki minibus yang sudah dipersiapkan dari pihak hotel.

—————————————-

Tiffany POV
15 menit kami menempuh perjalanan dari airport menuju ke hotel. Kesan pertama melihat hotel ini adalah. AWESOME. Sangat megah. Dan pasti sangat bangga, ada orang korea yg bisa mendirikan hotel semegah ini di negara lain. Aku masih melihat sekitar.

“oppaaa. Halamannya luas sekali. Bagaimana dengan dalamnya? Dari mana kau menemukan tempat seperti ini oppa?” tanyaku beruntun dengan muka yg masih terkagum-kagum. Kurasa bukan hanya aku, teman2ku pun juga begitu, bahkan mereka sekarang sedang berfoto2 ria di depan air mancur ditengah halaman hotel yang luas ini.

“hahaha. Jujur aku juga belum pernah melihat hotel ini. Aku mendapat saran dari rekan kerjaku yang sebelumnya pernah melaksanakan pertemuan besar perusahaan di tempat ini. Mewah sekali bukan?” jawab nickhun oppa. Aku hanya mengangguk. Masih terpesona dengan tempat ini.

“silahkan tuan, ms. Kim sudah menunggu anda di ruangannya.” Sambut laki2 yang tadi mengantar kami.

“aku akan menemuinya dulu, kau dan yang lainnya akan dihantar oleh mereka menuju ruangan meeting untuk membicarakan pertunangan kita nanti.” Sekilas khun oppa mencium keningku dan berjalan pergi.

“mari kami hantar.” Kata pelayan2 dengan ramah. Benar2 berasa menjadi seorang putri disini. Khun oppa daebaaakkkk!!!

Dan akhirnya aku bisa menyaksikan suasana dalam hotel, ini benar2 luar biasa. Di luar dugaanku. Benar2 seperti istana jaman modern, emm.. istana jaman modern seperti apa saja aku juga tak tau pasti. Ya yang pasti sangat indahhh.

“silahkan masuk.”

“apa ini benar2 ruangan untuk meeting??” celetuk sooyoung. Disisi lain aku setuju dengan sooyoung, ini tak bisa disebut sebagai ruang meeting. Ini lebih tepat disebut aula raksasa dengan taman kecil disetiap sudut ruangan.

Sang pelayan hanya mengangguk dan tersenyum ramah.

“yaa! Ini benar2 gila. Dari mana nickhun oppa mendapatkan tempat seindah ini miyoung~ahh??” sambung jessica.
“dia bilang, dia mendapat saran dari rekan kerjanya. Aku sendiri juga hanya bisa mengatakan WOW.” Jawabku.

“yakk! My princess dan teman2, ini dia sang pemilik hotel.” Seketika aku menengok kearah khun oppa yang berada di depan pintu ruangan. Tak sabar ingin menyapa orang korea yang benar2 berhasil ini.

“annyeonghaseoo. Kim Taeyeon imnida.” Degg… jantungku seketika berpacu sangat cepat, mataku terbelalak. Kim Taeyeon? TaeTae? Taeyeonie?

“taeyeon~ahhh.” Serentak teman2ku berteriak tak percaya.

Gadis ini? Kim Taeyeon. Aku menatapnya intens dari ujung kaki hingga kepala. Dia benar2 taeyeon. Apa aku bermimpi?? Apa ini benar2 terjadi?
“hello teman2. Aku tak menyangka bertemu kalian disini. Mianhe aku belum bisa menepati janjiku untuk kembali ke Seoul.” Ucapnya sambil memberikan bow.

—————————-

Author POV

Reunion. Mereka semua termasuk taeyeon tak percaya jika akan bertemu ditempat ini. Betapa rindunya mereka berdelapan pada taeyeon dan juga sebaliknya. Jessica berlari seketika dan langsung memeluk taeyeon.
“yaa!! Kau!! Apa kau benar2 My Beloved Chiki?” ucap jessica dalam isaknya. Mereka terharu. Ya. Yang pasti karena rasa rindu mereka, juga rasa bangga pada sahabatnya yang sudah benar2 menjadi besar.

“nee.. i’m your beloved chiki. Do you miss me??” jawab taeyeon santai.

“kau! Haaahh! Kalau saja aku tak mencintai yuri, rasanya aku ingin kembali mencintaimu!” jessica semakin mengeratkan pelukannya.

“hahaha. Aku tak akan menolakmu jika kau benar2 mencintaiku lagi. Honey” taeyeon mencium pucuk kening jessica.

“taeyeon~ahhh.. kau benar taeyeon gadis kecil ingusan yang 3tahun lalu pergi dari korea?” hyoyeon menatap tak percaya.

“yaa! Apa maksudmu dengan gadis kecil ingusan? Aiggoo hyonie~ahh.” Jawab taeyeon masih merengkuh jessica yg berada dipelukannya.

“aaaaaaa… kidddoooo!!!” yuri dan sooyoung serentak berlari dan menubruk taeyeon dan jessica.

“yaa! Kau berat yuri~ahhh! Minggiirrr!! Aku tak bisa bernafas! Apa kau juga mau membunuh kekasihmu!?” taeyeon berusaha mengelak pelukan mereka berdua.

Suasana gembira menerangi mereka. Satu diantara mereka merasa begitu canggung. Bagaimana tidak, pertemuan kembali yg sangat tak terduga, dan tak tepat waktunya. Apakah ini yang dinamakan takdir??

“mereka begitu senang. Apa kau tak mau ikut bersama mereka honey?” ucap nickhun, memberikan backhug untuk tiffany

“ahhh.. oppa.” Hanya itu yang terucap darinya.

“lama tak jumpa miyoung~ahhh..” dan akhirnya taeyeon memulai terlebih dahulu.
reaksi yang sama seperti sebelumnya. Awkward.

“ahhh.. ne taeyeon~ahh..” hanya itu yg terucap. Singkat, dan yang pasti dengan begini akan menyakiti kedua belah pihak.

Setelah beberapa saat selang pertemuan, mereka semua berkumpul dalam satu meja, membicarakan banyak hal. Yg terutama adalah tentang pertunangan tiffany dan nickhun.

—————————-

Taeyeon POV

Sudah terjadi. Aku yang melepas, dan aku yang menderita. Bodoh bukan? Merasa tidak rela karena dia akan melangsungkan pertunangan. Baru pertunangan, belum pernikahan. Dan ini benar2 membuatku menahan segalanya. 2 jam sudah kami menghabiskan waktu bercakap-cakap. Yg jelas tentang rencana pertunangan tiffany dan nickhun~ssi. Semenjak pertama kali tau kalau ternyata tunangan nickhun~sii adalah tiffany, betapa robohnya semua yg ada dalam diriku. Mungkin ini karma untukku, melepaskan seseorang, dan dilepaskan seseorang. Impas.

“taeyeon~ahh.. mau bercerita?” ucap jessica lirih. Aku tau maksudnya. Ya, memang hanya dia yg mudah mengerti aku. Sekali lagi aku harus mengeluarkan pemikiranku untuknya.. aku mengangguk perlahan, sebagai jawaban setuju.

“emmm.. aku permisi ke toilet sebentar.” Jessica memberi alasan. Aku melihat dia mengedipkan sebelah mata kepada yuri. Kurasa aku tau maksud anak ini.

“mau kemana kita?” tanyaku lirih.

“yaa! Kau yang punya hotel ini. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. My chiki so cute.” Dia mencubit pipi kiriku.

“arraaa.. kita ke taman belakang saja. Sepertinya cuacanya mendukung. Tempat favoriteku di hotel ini memang ada di taman belakang. Aku sering sekali berdiam diri berjam-jam disana dari sore hingga malam tiba.

“kau tau, taman ini indah sekali taeyeon~ahh.. dari mana kau dapatkan design-design tempat seperti ini?” ungkap jessica. Sebenarnya kalau menurut diriku sendiri, taman belakang ini memang aku rancang lebih sederhana dari pada taman depan. Karena hotelku ini berada persis didepan lautan, jadi kurasa cocok jika hanya dengan tempat duduk santai, gazebo dan meja2 kecil ditemani pemandangan laut yang indah.

“kalau dibandingkan dengan taman depan, aku memang lebih memilih taman belakang. Suasana disini lebih clasic. “ aku mengulas senyuman.

“hmmm.. bagaimana dengan kehidupan cintamu?” jessica mulai masuk dalam pointnya. Huh! Benar2 tak berubah, menyeret lawan bicaranya kedalam mood yg baik, setelah itu pointnya memakan hati.

Aku berpikir sejenak sebelum menceritakannya. “emm.. kurasa aku tak seberuntung dirinya. Dia begitu bahagia bukan?” jawabku.

Jessica mengangguk “kau bodoh taeyeon~ahh.”
“ya, memang aku sangat bodoh. Kurasa memang aku belum layak untuk mendapatkan sebuah kebahagian dalam cinta. Aku sudah berhasil dengan karirku. But not for of love. Mianhe.”

“seperti inikah nasib chiki ku? Kau membuatku sedih. Kupukir kau sudah mempunyai anak disini. Ternyatan mengenaskan sekali.” Jessica menundukan kepalanya. Aku tau dia juga ikut terpukul akan kisahku ini. Dia juga bagian dari diriku.

“seandainya saja sejak awal kau tak melepaskanku. Aku pasti bahagia. Hahaha.. aku hanya bercanda.” Aku tak akan kembali bersama jessica itu yang pasti. Karena aku juga menyayangi yuri sebagai sahabatku, walaupun dia yang meminta kembali.

“kau membuatku menangis. Dasar nakal!” jessica memelukku erat, aku merasa kembali saat dulu kami masih bersama. Merasakan pelukan hangatnya, merasakan aroma tubuhnya. Cukup indah dimataku. Tapi tak jujur ini tak seindah hubunganku dengan tiffany. Gelap mata aku memutuskan hubungan dengannya, dan sekalang aku benar2 menyseal. Sangat tersiksa dengan keputusanku.

“kenapa kau harus menangis? Aku bukan milikmu lagi. Ini juga membuatku merasa sedih sooyeon~ahh.” Aku membalas pelukannya, tak kalah erat. Aku tak mau munafik, saat ini aku memang sedang membutuhkan ini.

“aku sangat menyayangimu,, lebih dari seorang sahabat. Dan kau tau itu. Jika kau seperti ini, apakah kau yakin aku tak akan menangis?” jessica menepuk pelan dadaku.

“jadi, kau harus bahagia. Anggap saja aku hanya sekedar mantan kekasihmu. Masalalumu yang tak pernah kau ingat2 lagi.” Ungkapku. Aku tau ini percuma untuknya, aku yakin dan aku tau jawaban apa yang akan dia katakan.

“kau pikir aku bisa seperti itu? Babo!” bingo! Tebakanku tak meleset. Jessica menatapku dalam dengan air mata yg sudah membendung.

“aku kuat sooyeon~ahh.. aku bukan taeyeon yang lemah. Kau lihat hasil kerjaku bukan? Aku akan membiarkannya bahagia. Karena aku tau, dia juga tak mungkin bahagia jika bersamaku. Saatnya kembali sooyeon~ahh,, mereka pasti menunggu kita.” Ajakku, melepaskan pelan pelukan darinya.

“aku ingin menciummu. Bolehkah?” aigggooo… anakk ini benar2 membuatku gila.

Satu gerakan cepat membuatku mati kutu. Lumatan lembut darinya, benar2 membuatku tak bergeming. Aku berusaha menahan untuk tak membalas ciumannya, tapi entah kenapa fungsi motorikku tetap memaksaku untuk melakukannya. Perlahan aku ikut membalas ciuamannya. Beberapa menit kami menikmati ciuman sederhana, emm.. menurutku lebih tepatnya lumatan sederhana. Dan setelah tatap kami bertemu. Masih sama. Matanya memang masih indah.

Dan kami memutuskan untuk kembali bergabung bersama teman-teman yang lainnya untuk melanjutkan perbicangan.

——————————————–

Tiffany POV

“yaaaa!!! Taeyeon~ahh,, kau benar2 hebat. Aku masih tak percaya kalau kau bisa sehebat ini sekarang.” Perbincangan kembali berlanjut setelah makan malam. Teman2 yang lain memaksa taeyeon untuk tidak kembali ke kantornya. Dan jelas dia akan menerimanya. Kurasa dia juga merindukan teman2. Aku hanya terduduk diam di atas sofa, sambil melihat photobook tentang hotel ini.

“ohh iyaa… aku hampir lupa. Miyoung~ahhh.. chukaeee. Ternyata kau mendahuluiku. Hahaha..” kenapa dia begitu tenang? Apa dia sedang beracting? Atau memang dia sudah memiliki calon? Aiiggoooo… taeyeon~ahh, aku saat ini sedang dilema, kenapa kau begitu setenang ini???
aku menarik nafas dalam sebelum berkata “gomawooo taeyeon~ahh..” canggung, sangat canggung! Really driving me crazy.

Suasana semakin ramai, dengan datangnya wine dari pelayan. 3 botol. Apa mereka ingin gila?? Aku menolak ajakan mereka untuk minum, karena besok mungkin ada acara dengan khun oppa. Aku masih terus membolak-balik photobook ini sambil sesekali mencari chanel TV yang bisa menghilangkan penatku.

Semua teman2ku sudah terkapar, tersisa aku seorang diri. Kulangkahkan kakiku perlahan menuju balkon kamar. Udara malam hari di paris sangat berbeda dengan korea. Disini lebih dingin. Kubiarkan angin yang berlalu-lalang menyambar dan meniup2 kulitku. Kupejamkan mataku, menurunkan penatku. Kurasa aku mampu dengan ini.

“kukira kau sudah benar2 terlelap tadi.”

“ahh.. anni,, aku tadi memang terlelap, tapi tak sepenuhnya tertidur. Kupikir kau ikut teler bersama mereka.” Aku menghindari tatapannya, kupalingkan tatapanku kearah pemandangan luar ruangan.

“bolehkah aku jujur?” ucapnya. Dia kini sudah berada tepat disampingku.mengikutiku menatap pemandangan.

Aku mulai bereani menatap wajahnya. Tak banyak perubahan dari wajahnya, hanya saja dia semakin cute. Mungkin benar apa yang dulu pernah dia katakan, kalau wajahnya semakin tua akan semakin cute.

“aku menyesal dengan apa yang aku lakukan terhadapmu. Tapi aku sadar, kalau aku sudah tak ada hak lagi atas kehidupanmu dan kebahagiaanmu. Kurasa memang benar, hanya kau kebahagiaanku. Haaahhh! Aku harus kembali ke kantor miyoung~ahh.. kurasa aku besok tak bisa menghadiri acara pertunanganmu. Aku sudah menyiapkan segalanya. Apapun. Mianhe. Aku menjadi pengecut seperti ini.” Taeyeon memelukku dari belakang. “mungkin ini akan menjadi pelukan terakhirku untuk mu. Annyeoong” setelah melepaskan pelukan dia bergegas pergi meninggalkanku.

Kenapa baru sekarang kau merasa menyesal taeyeon~ahh?? Kenapa baru sekarang!!!! I still have love for you.

“i still have. I still love you taeyeon~ahh.” Ucapku lirih untuk dirinya dan diriku sendiri.

Neoreul saranghae

Kkeut do eobtneun gidarim irado, gwaenchanha

Niga nareul dashi chajeul ttaemyeon, eonjena

Neoreul hyanghae useo julsu itneunde, Oh….

Suara deringan Hpku berbunyi dan menghamburkan segala lamunanku.

“neee oppaaa.. kau belum tidur??”

“harusnya aku yang bertanya seperti itu miyoung~ahhh.. kau harus tidur, besok acara besar kita.”

“ne oppaa.. ini aku juga akan pergi tidur. Kau juga tidur oppa.”

“arraaaa miyoung~ahh.. good night honey. Luv you.”
“nn..nneee oppaa.. Luv you too.” Aku menungu hingga suara disana menghilang. Kini suasana hatiku benar2 tak enak. Kenapa dipikiranku saat ini khun oppa belum hadir?? Kenapa dia yang harus hadir menghajar pikiranku??? Taeyeon~ahhhh.. aku ingin berteriak, meneriakan namamu, tapi sayang itu hanya bisa terjadi dalam hatiku sendiri.

——————————————

Taeyeon POV
hari ini. Ya.. hari ini adalah hari kebahagiaannya dan akhir dari kebahagiaanku. No problem, i can accept this. Miyoung~ahh.

Pemandangan pagi indah. Bunga matahari didepan jendela rumahku mekar dengan indahnya. It’s starting now.

“TaeTae.” Satu panggilan lembut dan parau memaksaku untuk memalingkan pemandanganku dari sang bunga matahari.

Deeeggg……. pemandangan ini lebih indah dari sang bunga matahari. Lebih bersinar. Apakah aku bermimpi?? Apa ini hanya fantasi dan fatamorgana yang tercipta karena aku sangat mengharapkan dirinya?

 

“Miyoung~ahh.. kau mencintainya bukan??” nickhun memberikan sebuah buku. Buku yang sangat tiffany jaga. Buku dimana semua tulisan tentang taeyeon tertulis disana.

“ahh oppaa. Kenapa bisa ada di oppa??” tiffany merasa sangat kacau saat ini. Selain memikirkan tentang taeyeon, dia juga harus memikirkan tentang jalan cintanya bersama nickhun.

“mungkin terjatuh di kamarku saat kau mau mengambil tasmu miyoung~ahh..” nickhun menarik nafas panjang sebelum dia melanjutkan bicaranya.

“semalam aku berniat mengembalikan buku itu. Tapi saat aku berniat keluar balkon. Aku mendengar semua. Mendengar semua curahan hati taeyeon padamu. Oleh karena itu aku terpaksa membaca apa isi buku ini. Kau selalu membawanya kemana-mana. Hampir tak pernah kau tinggalkan bukan? Aku juga merasa ada yg hilang darimu. 2 tahun sudah kita menjalin hubungan, aku merasa kita belum perfect, bahkan jauh dari perfect. Dan ternyata dia yang kau harapkan.”

“kau mendengarnya oppa?”

“semuanya. Aku mendengar kau mengatakan kalau kau masih mencintainya. Kau serius mencintainya?”

“anniioo oppa. Aku sudah milikmu sekarang. Kita akan melangsungkan pertunangan bukan? Aku ingin bahagia bersamamu.”
“kau akan lebih bahagia jika bersamanya bukan?? Dari buku itu aku bisa tau kalau kau sangat mencintainya. Bahkan tak ada tulisan yang kau tujukan untukku dibuku diarymu itu. Kalau kau benar2 mencintainya, gapailah. Aku tau kau juga tak bisa hidup tanpanya. It’s true right?”
“tapi oppa.. bagaimana-“
“jangan pikirkan aku miyoung~ahh.. aku memang sempat marah karena ini, tapi ini aku lakukan demi orang yang benar2 aku cintai. Aku benar2 akan merasa bahagia jika kau bahagia juga. Goo!!”

 

Taeyeon POV

“kenapa kau disini? Bukannya harusnya kau dan nickhun oppa-“ belumm sempat aku menyelesaikan kata2ku, dia berlari kearah dan merengkuh tubuhku dalam pelukannya.

“kenapa baru sekarang kau menyesal? Aku menunggumu. Aku selalu menunggu, aku yakin bahkan sangat yakin jika kau akan kembali padaku.” Tangisannya meledak. Aku tau ini semua salahku. Mianhe miyoung~ahh.. kau harus mengalami hal seperti ini. Mianhe khunie oppa.

“i’m so sorry. But, i have anythink else to say about that. I’m so speechles. But i still love you. Before, and forever.” Ucapku lirih.

Mata kami bertemu, best of eye contact yang selalu kami banggakan. Saling mengikatkan janji selamanya di tempat ini, untuk selalu mencintai satu sama lain. Hujan badai dalam hatiku sudah berlalu, pelangi indah kini menghiasi kehidupanku yang sebelumnya belum sepenuhnya berwarna.

-END-

yeeyyyyy!!! setelah sekian lama menghilang dari peradaban, saya kembali muncul ^^ mempersembah FF one shoot terbaru saya. ndak panjang2 deh, cuman ngasih saran aja, bacanya sambil ndengerin lagu mereka yakkk u,u annyeeoonngg.. trima kasih buat kunjungan dan masukannya 🙂

[Chap 7] Back To Reach Your Love

page

 

Author POV

Malam ini benar2 membahagiakan untuk orang2 yg berada diruangan. Kembalinya taeyeon membuat semua kawannya bersorak gembira, memeluknya, mencium2nya serasa bertahun2 mereka tak bertemu dengannya. Satu perkara setelahnya datang tiba2 bersamaan dengan sadarnya taeyeon dari kondisi kritisnya.

“taeyeon~ahh..” gadis ini mendekat kearah taeyeon yg sebelumnya berada jauh dari ranjang taeyeon. Tiffany menatapnya lekat. Tapi balasanyya hanya dengan tatapan kaku dan bingung dari pihak taeyeon. Jelas sekali jika tiffany juga merasa sangat senang karena kembalinya taeyeon. Dia berjanji akan meminta maaf atas apa yg selama ini terjadi, dan memintanya kembali, walaupun belum tentu taeyeon akan menerimanya, lagi. Teman2nya menatap kearah tiffany, masih bingung dengan tingkahnya tiba2 yg mendatangi taeyeon, terkecuali yuri dan jessica yg memang sudah tau menau tentang hal apa yg sebenarnya terjadi. Seulas senyum mereka dibibir tiffany, eyesmile yg indah kembali Nampak untuk gadis dihadapannya. Tapi disisi lain hanya menimbulkan kebingungan yg mendalam. Masker yg menutupi sekitar mulut taeyeon menyebabkan dia tak bisa berucap, dan lagi karena kesadaranya yg juga baru beberapa menit pulih.

Dokter dan suster yg menangani taeyeon, mulai memeriksa keadaan taeyeon. Kembali kedelapan temannya harus menunggu diluar.

“taeyeon daaeeebbaakkk!” seru sooyoung dengan bangganya. Kesenangan mereka benar2 tak bisa disembunyikan, karena gadis itu benar2 berharga bagi mereka. Nine Is One. Itu semboyan mereka bersembilan. Layaknya girl group.

Beberapa menit berselang. Dokter keluar dengan seulas senyuman bangga.

“hebat. Kondisinya naik sangat drastis. Benar2 gadis yg sangat kuat. Baru kali ini saya menangani pasien seExtream dia. Koma yg cukup panjang dan 2X hampir kehilangan nyawa, bukan kah itu sangat hebat? Hahaha. Saya merasa sangat bangga memiliki pasien sehebat dia. Kalian boleh kembali masuk kedalam.” Mereka tertawa bersama dokter itu, sambil menjabat tangannya. Berterima kasih karena selama ini juga ikut khawatir atas keadaan taeyeon.

———————————-

Tiffany POV
hatiku merasa berbunga-bunga bisa kembali melihatnya hidup. Aku akan mengungkapkan permintaan maafku juga mengungkapkan segala perasaanku setelah dia benar2 bisa kembali terlihat ceria, kembali tersenyum, tertawa dan melakukan hal2 konyol lagi. Aku akan menunggunya jika dia belum bisa menerimaku atau memaafku, tapi aku benar2 yakin dia akan memaafkanku walau belum bisa menerimaku kembali. Taeyeon bukanlah gadis yg buruk dalam memaafkan apalagi jika aku yg meminta maaf. Aku yakin itu.

“ya! Apa kau sudah benar2 sadar?” sooyoung dengan cepat mendekat kearah taeyeon dan dibalas dengan mehindari wajahnya yg sangat dekat dengan wajah taeyeon. Jelas dia belum bisa bicara dengan bebas karena masker oxy yg masih melekat disekitar mulut hingga menutupi hidungnya. Terlihat jelas kalau dia benar2 tak nyaman dengan itu. wajah tenangnya membuatku semakin ingin mencium pipinya. Bukan wajah tenang yg selama ini membuatku muak. Itu wajah tenang yg membuatku sangat gemas.

“apa ini membuatmu tak nyaman? aku bisa membantumu untuk melepaskannya.” Dengan refleks cepat jessica mengambil alih perhatian taeyeon. Taeyeon mengangguk sebagai jawabannya. Sudah kuduga sebelumnya kalau dia benar2 merasa tak nyaman dengan itu. dengan perlahan jessica membantunya melepas masker itu. kini taeyeon benar2 nampak seperi boneka. Wajah polosnya terlihat jelas, walaupun masih belum juga bersinar seperti biasanya bak mentari di pagi hari, tapi ini sungguh membuatku kembali teristimewa mengaguminya.
“kamsahee sooyeon~ahh. Wae? Kenapa aku bisa disini? Ada apa denganku? Kenapa banyak sekali kabel berserakan disekujur tubuhku?” tanyanya beruntun. Ini sedikit kelawatan bagi orang yg baru saja bangkit dari koma. Keadaannya dengan cepat naik membaik.

“kau benar tak mengingat apa2 taeng?” jessica balik bertanya, sesekali mengusap peluh wajah taeyeon. Aku ingin melakukannya tapi fungsi fisiologisku melarangku untuk itu. Karena itu akan membuatnya terkejut dan mungkin akan melakukan penolakan.

“kenapa dikepalaku rasanya hanya ada angin? Blank. Bahkan..” dia berhenti sesaat saat memandangku, mengalihkan pandangan kearahku. Menelaah tatapan mataku. Tatapan polos yg belum bisa aku artikan. Dia masih memandangiku, entah kenapa aku tak bisa menolak eye contact diantara kami. Apa ini pertanda bagus untukku?
“nuguyaa??” Tanya lemas, polos, dan membuatku terhentakk kaget. Semua mata kini tertuju kearah taeyeon. Dan satu lagi yg membuatku berpikir. Hanya aku yang tak dia ingat? Apa itu benar? Dia tak mengenaliku? Jantungku berdenyut kencang. Seketika itu juga pandanganku sedikit kabur.

“taeyeon~ahh..” jessica membuyarkan kesunyian.

“wae?” aku bisa makklum dengan jawabannya yg lemas, karena dia baru saja keluar dari masa komanya. Lirih, aku harus memasang telingaku baik2 untuk mendegarnya. Tapi tadi benar2 terdengar jelas. Benarkah dia tak mengenaliku??

“taetae? Aku miyoung. Tiffany hwang miyoung.” Aku mendekat kearahnya, menggenggam tangannya dan tak lupa terus menatap matanya berharap dia mengenaliku, dan tadi hanyalah imajinasiku.

“mianhee.” Setelah itu dia melepaskan genggamanku, berbalik meremas bagian kepalanya. Wajahnya kembali memunculkan raut kesakitan.

“waeee??” Tanya kami bersamaan. Tapi tak ada jawaban darinya, hanya erangan kesakitan yg terdengar. Dengan cepat sooyoung dan yoona berlali mencari dokter untuk pemeriksaan.

Dokter kembali datang dengan suster dan juga alat2 medis. Kembali taeyeon harus menerima suntikan penenang. Dia memang belom boleh banyak melakukan aktifitas, berbicara pun juga bagian dari aktifitas yg sedikit memacu kerja otaknya. Dia harus istirahat total. Perkataan dokter membuat kami masih belom puas dengan keadaan taeyeon. Sama halnya dengan tadi, aku terdiam lemas diluar ruangan taeyeon. Masih terngiang tentang pertanyaan simple tapi begitu menyakitkan untukku. aku tak bisa membayangkan jika taeyeon benar2 harus kehilangan ingatan tentangku, tentang kita, yg jelas tengtang masa lalu percintaan kami berdua.

“fany~ahh.. aku ingin memberitahukan sesuatu padamu.” Yuri menghampiriku. Wajahnya tampak gusar, seperti baru saja menerima informasi buruk.

“wae?” aku menyipitkan mataku.

“emmmhh… tadi aku sempat berbincang2 dengan dokter. Aku mnyadari karena tadi aku juga ikut mendengar dan ikut merasa khawatir. Dokter mengatakan kalau taeyeon mengalami amnesia desosiatif. Benturan dikepalanya itu penyebabnya. Gegarotak ringan, dan gantinya dia harus mengalami hal itu.  Memorinya tentang seseorang yg berharga baginya hilang.” Kakiku semakin melemah. Kepala pun kini sangat pusing, apa yg yuri katakan benar2 membuatku shock. Ternyata benar, ini memang balasan untukku, ini memang karma yg harus aku terima, karena selama ini akulah yg bersalah, akulah yg menyakitinya, menenggelamkannya dalam lautan kesedihan. Aku menerimanya, ya memang sejak awal aku sudah bersiap untuk menerima hal ini. Apapun yg terjadi, aku tetap akan berusaha untuk kembali membahagiakannya, untuk merengkuh kembali cintanya, tak peduli apakah dia menanggapinya atau bahkan membiarkannya. Hati benar2 susah untuk memaafkan diriku sendiri. Semua ini memang salahku. Dia terus memikirkanku. Teringat saat dulu dia pernah mengatakan…

Flashback :

“sudah sangat lama sekali aku ingin kesini bersamamu miyoung~ahh.. dan akhirnya kita benar2 bisa datang kemari.” Senyum dorknya yg selalu membuatku sangat gemas. Hari itu aku bersama dia pergi ke taman bermain. Dia begitu memaksa ingin pergi, dia merelakan sehari kuliahnya hanya untuk memaksaku menemaninya ke taman bermain. Lucu sekali.

“tapi seharusnya kita pergi kesini saat libur. Bukanya harus bolos seperti ini.” Omelku. Memang aku kurang setuju dengan apa yg dia lakukan. Tapi kalau dia sudah rewel dan sangat berisik, bagaimana bisa aku menolaknya.

“anddwwweee! Jika libur kau pasti pergi bersama sunny untuk jalan2 ke maall, dan melupakan aku yang masih tertidur di kamar..” Bibirnya mengerucut. Aku menganggap dia seperti anak SD yang masih sangat polos dan manja. Sama sekali tak mencerminkan anak kuliahan yg sibuk dengan berbagai tugas, paper dan sebagainya. Itu yg aku banggakan dari dirinya.

Banyak sekali wahana yg kami nikmati. Dari pagi hingga tak terasa sudah menginjak malam. Kami memutuskan untuk makan disebuah restoran paris. Lagi2 dia yg selalu memaksaku. Aku sudah memintanya untuk pergi ke rumah makan cina kesukaannya. Aku tau kalau dia tak begitu menyukai masakan barat. Alasanya karena dia ingin menuruti permintaanku, padahal aku tak meminta apa2. Tapi sudahlah, namanya juga cinta.

“miyoung~ahh.. sebenarnya apa tujuanmu hidup?” dia membuka bicara. Dengan polosnya, dan wajah kiddonya yg menggemaskan.

“hmmm.. aku ingin memotret semua yg ada didunia, memotret keindahan, dan kecantikan dunia. Tapi bukan dengan kamera. Dengan hatiku. Kenangan yg indah bersamamupun ingin kupotret dengan hatiku.” Ucapku dengan seulas senyuman. “lalu, bagaimana denganmu?” aku berbalik Tanya.

“kalau akuuu..” dia mengeluarkan aegyonya sebelum berucap. Anak ini benar2 bisa membuatku gila. Bagaimana bisa aku tidak mencintainya jika dia sampai setega ini melelehkan hatiku.

“aku sangat ingin memiliki kekasih yang benar2 bisa membahagiakanku. Dan aku percaya itu adalah Miyoungku tersayang. Aku rela harus menerima apa saja jika Miyoungku merasa bahagia, itu jelas sangat membuatku bahagia. Itu alasan aku hidup untuk saat ini. Miyoung is my reason.” Dia menarik tanganku dan meninggalkan ciuman dipunggung tanganku.

——————————

“fany~ahh.. jangan terlalu dipikirkan. Dokter juga mengatakan kalau itu bisa dikembalikan. Tapi memang membutuhkan waktu yg cukup lama. Kau sanggup bukan?” jessica ikut bergabung dalam perbincangan, sambil mengaitkan tangannya kelengan yuri.

“aku sudah mengatakan sebelumnya, aku sudah siap dengan ini. Jadi aku tak akan mundur. Sampai saat ini aku belum bisa membahagiakannya, hanya menyakitinya. Aku ingin mewujudkan tujuan hidupnya. Sooyeon~ahh, yuri~ahh.. aku membutuhkan kalian untuk ini.” Aku menundukan kepalaku, rasanya lelah sekali. Aku ingin tidur panjang, pening dikepalaku benar2 sudah membanjir.

“kami akan selalu disisimu fany~ahh.. masih ada teman2 yg akan membantu, kau tak perlu khawatir. Apa kau mau kuantar pulang?” ucap yuri. Sepertinya akan lebih baik jika aku memang harus beristirahat untuk beberapa saat. Pusing yg menghampiriku tadi semakin mengambil alih kondisiku.

Aku mengangguk meniyakan setelah beberapa detik berpikir. Yuri dengan sigap merangkulku karena melihat jalanku yg limbung.

——————————–

Taeyeon POV
seluruh tubuhku rasanya pegal, ingin sekali aku bangkit dari tidurku, meregangkan tubuhku, tapi kabel2 ini benar2 menggangguku, satu lagi yg membuatku susah, pegal2 ini nampaknya tak mengizinkanku untuk bangkit. Menyebalkan! Aku membuka perlahan mataku. Bosan dengan tidurku yg tadi. Suntikan penenang itu memang berhasil membuatku tertidur. Tapi tetap saja aku melawannya karena aku bosan terus2an memejamkan mataku dan beristirahat.

“yaa! Kenapa kau bangun?” dihadapanku kini sooyoung kembali mendekatkan wajahnya. Anak ini benar2 mengganggu.

“youngie~ahhh..” eluhhku. Detik selanjutnya dia menjauhkan wajahnya, disambung dengan usapan lembut didahiku.
“kenapa kau bangun? Kau harus banyak istirahat taeyeon~ahh..” sunny mengusap2 dahiku.

“aku bosan jika harus tertidur sepanjang hari.” Aku celingukan. “kemana jessica dan yuri?”

“mereka sedang pulang beristirahat. Kau tak mencari tiffany?” jawab sooyoung. Tiffanya?? Nuguya?? Nama itu rasanya tak asing untukku. tapi kenapa aku tak mengingat dia? Arrggghhh.. nuguyaaaa???? Ahhh jinnjjaaa… kenapa aku  tiba2 mendadak menjadi pusing begini??

“yaa! Taeyeon~ahh! Waeegurae???”
“kepalaku pusingg youngie~ahhh. Akhhhkkh..”

———————————–

Tiffany POV

Masih terasa pening yang tadi sempat bersarang dikepalaku, bahkan belum berkurang sedikitpun… itu mungkin karena sampai sekarang aku masih memikirkan taeyeon, aku merasa kalau ini adalah sebuah rencana yang sudah tersusun rapi dalam hidupku, membentuk sebuah labirin besar yang harus aku temukan jalan keluarnya.

Seorang Taeyeon yang mampu membuatku merasa tertekan. Bukan karena rasa sakit hati. But my feel make her so hurt, and because of me make her until now. Taeyeon~ahh,, kurasa saat ini adalah giliranku untuk menggantikan sang bulan untuk membahagiakanmu. Sang bulan yang dulu telah menyakitimu, dan kini bulan yang baru akan hadir untuk mewujudkan tujuanmu, dan juga membahagiakanmu. Kau kini begitu bermakna bagiku, layaknya dulu. Kau adalah hartaku yang tak ada harganya, bukan berarti gratis, tapi memang tak terhingga, sehingga tak ada satu orang pun yang bisa meraih cintamu.. memang aku sangat bodoh meninggalkamu waktu itu. aku menelan habis-habis preasaan cemburu dan membuatku tak mencari setitik kebenaran. Beruntun. Aku terima itu. mungkin kedepan masih akan ada tantangan yang masih harus aku terima dan harus juga untuk aku lalui.

“miyoung~ahh.. kau memikirkanku?” suara ini.. suara ini muncul kembali. Tak terasa membuatku harus mengeluarkan air mataku.

“taeyeon~ahhh??? Kau mengingatku?” tanyaku lemah.

“aku yang disana memang melupakanmu. Tapi aku yang sekarang yang berbicara denganmu sama sekali tak bisa dan tak akan melupakanmmu. Kuharap kau memintaku kembali, dan mengembalikan taeyeon ini ke taeyeon yang melupakanmu.” Dengan sangat lembut dia mengucapkan itu.

“aku minta maaf, aku terlalu egois oleh perasaanku dan membuatmu sampai sekarang.” Suaraku tenggelam dalam isakan, tak bisa menahan perasaan meluap ini, kesalahan dan cinta yang sangat kuat bercampur aduk menjadi satu.

“kau ingat kalimat yg aku ucapkan, saat-saat terakhir kita menjalin hubungan? Aku tak akan menerima permintaan maafmu, karena aku mencintaimu miyoung~ahh. Cinta tak mengenal kata maaf. Cinta tak membiarkan pihak miyoung dan taeyeon melakukan kesalahan, jika itu terjadi, maka kata maaf akan terucap dalam hati.” Aku merasakan. Aku merasakannya, dia menyentuh pipiku. Aku ingin menyentuhnya, aku ingin menggenggam tangannya dan merasakan kehangatan tubuhnya. Aku ingin memeluknya. Aku ingin kembali merasakan cintanya.

“taeyeon~ahh.. aku ingin memelukmu. Aku merindukanmu. Merindukan semua tentangmu. Aku sangat lemah sekarang. Begitu rapuh. Aku..akuu-“ tak kulanjutkan kata-kataku. Aku terlalu tenggelam dala tangisan dan itu membuatku susah untuk mengungkapkan apa yang ingin aku ungkapkan didedapnya.

Kini tangannya berpindah mengusap rambutku. Aku merasa dia sangat dekat. Dia sangat dekat, wajahku dengan wajahnya sangat dekat. Aku bisa merasakannya. “miyoung~ahh.. apapun yang terjadi, aku selalu disisimu. Aku tak akan membiarkanmu sendirian.” Kini tubuhku rasanya semakin menghangat.

“kau bisa merasakannya?? Sayang sekali aku belum bisa merasakan ini. Kau sangat menginginkanku bukan?? Berjuanglah miyoung~ahh.. reach back taeyeon!” kehangatan yang tadi sempat menenggelamkanku dalam lautan kerinduan semakin lama semakin memudar, bahkan hilang. Dan kali ini tangisanku benar2 meledak. Aku ingin berteriakk.. aku ingin berteriak sekeras-kerasnya.

“ya! Kenapa kau malah semakin kencang menangis!?? Hapus air matamu. Sebentar lagi jessica akan menghampirimu. Aku harus pergi dulu. Miyoung~ahh.. saranghae.” Katanya. Dan setelahnya aku tak merasakan lagi kehadirannya.

———————————

Author POV

Mendengar tangisan tiffany dari kamarnya. Jessica pun datang menghampirinya, yang jelas dia sangat takut jika terjadi sesuatu pada tiffany.

“fany~ahh.. gwenchana??” dengan langkah cepat jessica mendekap tiffany dalam pelukan. Dua gadis ini nampaknya benar2 sudah kembali seperti disaat mereka pertama kali kenal. Saling memperhatikan, dan tampak seperti saudara kembar.

“why? Kau membuatku takut. Kenapa kau menangis begitu kencang?” Tanya jessica lagi. Dipihak lain tiffany semakin tenggelam dalam pelukan jessica, menahan tangisannya supaya tak keluar. Tapi apa daya, dia tetap tak kuat.

“sooyeon~ahh.. kau mungkin tak akan percaya.” Dengan susah payah tiffany mencoba berucap. Suaranya masih saja tenggelam dalam isakan.

“wae?? Ceritakan padaku. Apa yg sedang kau pikirkan hingga menangis sangat kencang seperti tadi?” Tanya jessica, masih penasaran tentang hal apa yg membuat tiffany hingga sebegini sedihnya. Situasi memang sangat mendorong tiffany menjadi sangat sedih, tapi bagaimanapun juga jessica memang belum pernah mendengar tangisan histeris dari tiffany.

“dia masih mengingatku. Dia menyentuh pipiku, mengusap2 rambutku, bahkan dia memelukku. Aku merasakannya sica. Aku merasakan sentuhan2 lembutnya. Aku bahkan bisa berbicara dengannya. Aku. Aku. Ahhhh.. jinnja. Aku sangat lelah. It’s all make me crazy.” Bahkan saat tiffany berbicara dia sama sekali tak berenti mempererat pelukannya pada jessica.

“aku percaya itu fany~ahh. Sekarang kau tidurlah. Kau terlihat sangat lelah.” Layaknya seorang ibu, jessica menenangkan tiffany, mengusap2 rambutnya, sesekali menepuk lembut punggunya. Jelas sekali jika jessica ikut merasa sedih tentang apa yg terjadi pada sahabatny ini.

“apa kau mau kubuatkan susu hangat untuk penghantar tidur?” yuri pun ikut masuk dalam obrolan, yuri dan jessica benar2 tampak khawatir pada tiffany. jika dia tidak beristirahat, dia akan sakit juga. Tapi ternyata tak ada jawaban dari tiffany. jessica menyingkirkan helai demi helai anak rambut yg menutupi wajah tiffany. tak menyangka, ternyata tiffany sudah lelap dalam tidur.

“yul tubuhnya hangat.” Jessica meletakkan telapak tangannya didahi tiffany. dengan cepat yuri keluar dari kamar, mengambil air hangat.

“sepertinya dia benar2 terpukul. Baru kali ini dia seperti ini, saat berpisah dengan taeng, dia tak pernah sampai sebegini kacaunya. Penyesalan memang datang diakhir. Fany~ahh.. jangan putus asa, kami akan membantumu.” Yuri mengusap lembut dahi tiffany, selanjutnya jessica mengompres.

Terlihat sekali tiffany tertidur sangat tak nyaman. beberapa kali dia mengigau, wajahnya tampak pucat. Orang gadis yg masih berjaga disana ikut merasa tak tenang.
“apa lebih baik kita bawa saja dia kerumah sakit? Tampaknya dia memang membutuhkan perawatan dokter yul.” Ucap jessica.

“no sicaa.. aku hanya ingin tidur. Aku tak mau ke rumah sakit. Biarkan aku dirumah saja. Aku yakin besok aku akan sehat. Gwenchanna.” Tiffany memotong. Masih terpejam.

“arrraa fany~ahh.. tidurlaahhh..” jessica mengerti keadaan temannya itu. dan lagi, tiffany memang sangat anti dengan perawatan rumah sakit.

————————————-

Tiffany POV
Haruskah aku kembali menahan air mataku? Yang bahkan aku sendiri juga tak tau artinya. Malam ini sungguh dingin. Sedari tadi aku terus terpejam, tapi aku tetap terjaga. Rintik air yg berdenting di genting membuatku merasa hati ini sedikit perih mengingat saat ini adalah saat2 dimana aku harus  bergelut dengan emosi dan cinta. Jika saja hujan bisa menjawab dan membantuku menyelesaikan ini. Tapi sayang hujan hanya bisa mendengar. Kurasa memang hanya hujan yg mengerti aku.

Aku takut kembali harus membuka mata untuk suatu kisah yang baru. Akan kah adalagi?  Rasa lega yg sempat aku rasa di masalalu. Benarkah ini akan terjadi padaku? Benarkah begini adanya? Bayangmu semakin jauh didunia nyata, walau aku tau kau begitu dekat padaku.

Cinta seperti pembawa, bukan pemberi. Aku takut jika, aku menemaninya tapi dia tak singgah. Aku menemukannya tapi tetap mencari. Aku mengejarnya tapi dia disini. Akan kah hal ini terjadi? Taeyeon~ahh.. kenapa baru saat ini aku merasakan kegamangan yg begitu merebut segala hidupku? Aku baru sadar jika kau itu begitu berharga bagiku. Aku ingin menggapaimu. Aku merindukanmu, aku tak bisa lagi menggambarkan seperti apa aku membutuhkanmu.

Perlahan kubuka mataku, mengembalikan laju pandangku. Jessica dan yuri tertidur di sofa kamarku dengan hangatnya pelukan mereka. Membayangkan jika mereka itu adalah aku dan dia. Betapa indah rasanya.

Aku berjalan keluar kamar. Sedikit terhuyung, kepalaku masih terasa pusing, memang benar ternyata memang badanku hangat. Ini masih lebih baik dari pada saat di rumah sakit. Bahkan aku tak bisa merasakan apa2. Mati rasa.

Balkon, tempat ini begitu tenang tapi tetap dingin karena air hujan yg masih berjatuhan menimpa bumi. Kuletakkan tubuhku dikursi santai, menatap menerawang langit mendung. Menyerap dinginnya malam hujan ini.

“kau belum tidur?” suara lembut kini hadir lagi menyapaku, membuatku kembali harus menahan air mata.

“taetae. Kukira kau tak akan hadir lagi. Aku tak bisa tertidur. Aku terlalu memikirkanmu, membuatku merasa kalau rasa kantukku terhisap blackhole.” Sergahku.

“sudah kubilang, aku akan selalu datang untukmu. Kau sakit miyoung~ahh. Tidurlah.”

“aku masih ingin bersamamu, jebal temani aku.” Air mataku perlahan kembali mengalir membahasahi pipiku.

“arraaa.. aku akan menemanimu sampai tertidur, sekarang masuk ke kamarmu.” Ucapnya. Entah kenapa aku merasa suaranya itu benar2 taeyeon yg asli. Emm.. bukan hanya dibayangku saja.

Aku mengangguk lemah, berjalan kembali kekamar. Jessica dan yuri masih pada posisi seperti sebelum aku meninggalkan kamar ini. Tampaknya mereka berdu sangat kelelahan. Mulai kubaringkan tubuhku diranjang, kutarik selimut hingga tubuhku tertutup.

“With every appearance by you, blinding my eyes,
I can hardly remember the last time I felt like I do.
You’re an angel disguised.

And you’re lying real still,
But your heart beat is fast just like mine.
And the movie’s long over,
That’s three that have passed, one more’s fine.

Will you stay awake for me?
I don’t wanna miss anything
I don’t wanna miss anything
I will share the air I breathe,
I’ll give you my heart on a string,
I just don’t wanna miss anything.

I’m trying real hard not to shake. I’m biting my tongue,
But I’m feeling alive and with every breathe that I take,
I feel like I’ve won. You’re my key to survival.”

Aku bisa mendengarnya, senandung lembut nan merdu ini. Kembali sekian kali nya aku harus menangis. Aku bisa mendengarkan dia menyenandungkan lagu ini. Betapa menyentuh dan merdu suaranya.

“kau suka lagu ini bukan??” ucapnya.

 

I’m staring at the glass in front of me, 
is it half empty of our wins or have i ruined all you’ve given me?
I know I’ve been selfish, 
I know I’ve been foolish, 
but look through that 
and you will see, 
I’ll do better, I know, 
Baby, I can do better.

If you leave me tonight, I’ll wake up alone, 
don’t tell me I will make it on my own, 
don’t leave me tonight, 
this heart of stone will sing till it dies 
if you leave me tonight. 

Sometimes I stare at you while you are sleeping, 
I listen to your breathing, 
amazed how I somehow managed to 
sweep you off your feet girl, 
your perfect little feet girl 
I took for granted what you do. 
But I’ll do better, I know 
Baby, I can do better.

Aku pun ikut menyanyikan sebuah lagu. Lagu favoritenya. Lagu ini begitu menggambarkan diriku yg saat ini merasa sangat bersalah padanya. masih belum selesai segala penyesalanku. Aku masih marah, aku masih sangat membenci diriku sendiri. Belum bisa memaafkan segala yg aku lakukan, hingga menyakitinya.

“aku suka lagu tadi taeng. Kau membuatku menangis.” Isakanku kembali terdengar.

“kurasa bukan hanya kau yg menangis. Kau tau, lagu yg kau nyanyikan barusan? Ternyata kau juga masih mengingat betapa aku sangat menyukai lagu itu.” ya, aku juga mendengar perubahan suaranya.

“stay close don’t go! Taetae. Aku masih takut.”

“I will forever close to you miyoung~ahh. You’re my jewel. You’re my key to survival. Now, go sleep.”

Aku menganggukan kepala, sebagai jawaban.

pagi ada ketika malam berlalu, dan engkau ada ketika malamku berlalu. Sebuah cinta datang tanpa memberitahu kehadirannya. Tapi ia menyentuhku saat disampingku bisakah aku menyentuhnya juga, dan menggenggamnya ketika akan pergi.  ataukah ia akan tinggal selamanya ? atau hanya ada jika engkau ada?
Tuhan, bisikan aku sesuatu tenangkanlah jiwaku, biarkan hatiku mengerti tentang cinta
mengerti tentang apa yang kurasakan. Ini begitu menyiksakuu.. bukan hanya menenggelamkanku dalam lautan airmata, ini rasanya sudah mati tenggelam..

memejamkan mataku, kembali masuk dalam drama indah di dalam mimpi. Berlari-lari kecil, mengejar seorang gadis memutari air mancur. Betapa menggemaskannya gadis itu. pelangi di langit yg menghiasi taman indah ini benar2 menambah suasana hangat. I will reach you taetae! Wait for me. Aku akan tetap tegar untukmu. Tak akan menyerah hingga kau kembali padaku.

-TBC-

haaahhhhh!!! maaf readerss, lama menghilang dari peradaban, saya lupa bilang dichaps sebelumnya kalau mau hiatus dulu, banyak tugas yg menanti, dan ujian sudah dekat. kembali saya harus berusaha mencari waktu yg pas buat nulis, karena benar2 belum diijinkan oleh tugas dan update’an soshi yg makin bejibun >.<

dan sekarang saatnya saya menyampaikan, mau hiatus dulu sesaat, mungkin akan comeback sekitar 2mingguan 🙂 caaaaooooo ^^